Diambil dari Note Facebook seorang teman, kakak dan sekaligus yang aku anggap guru atas 'ketidakberuntungan' yang ia alami belakangan ini. Sudah mendapat ijin mengcopasnya tanpa menyebut siapa dia dan dimana linknya. Jadi yang merasa punya note ini dilarang protes!
*******
Maafkan saya ibu R. A. Kartini
Sunday, October 11, 2009 at 10:58pm
Permohonan maaf ini mungkin bukan hanya pada ibu R. A. kartini saja pantas saya persembahkan, tetapi juga kepada wanita-wanita hebat di muka bumi terutama di negeri yang saya cintai ini. Tulisan ini hanya sebagian isi kepala yang ingin saya bagi sekedar untuk mengosongkan kesesakan kepala saya yang sudah hampir overload, jadi maaf bila ada yang merasa kurang berkenan.
Emansipasi, sebuah bentuk pengakuan atas hak dan martabat wanita di negeri ini yang begitu diagung-agungkan oleh kaum saya. Saya mohon maaf sebelumnya kalau saya TIDAK SETUJU dengan generalisasi emansipasi pada setiap aspek kehidupan.
Jika hanya untuk memperoleh hak mendapatkan pendidikan yang layak, saya pikir itu memang merupakan kewajiban bagi setiap manusia di muka bumi untuk meningkatkan kualitas diri tetapi tidak lantas mengaburkan maknanya menjadi sebuah bentuk pembuktian eksistensi diri.
Hmm.. gini, secara sederhana manusia dibagi menjadi perempuan dan laki-laki lengkap dengan aturan-aturannya yang mengikat dan dipatenkan melalui al-quran dan hadist. Emansipasi yang sekarang didewakan oleh banyak saudari-saudari saya adalah sebentuk pengingkaran atas aturan-aturan yang mengikat tersebut, itu pendapat saya pribadi.
Saya seringkali sedih melihat anak-anak di sekitar kehidupan saya yang terpaksa dibesarkan dalam asuhan baby sitter atau maidnya hanya karena sebuah alasan yang menyesakan, ibunya sibuk bekerja...
Ketika pilihan menjadi wanita karier dilakukan karena tuntutan sang pemimpin rumah tangga karena ketidaksanggupannya memenuhi kebutuhan mereka, saya masih bisa memahaminya sebagai sebuah bentuk pengabdian. Tapi ketika menjadi wanita karier dilakukan sebagai bentuk pembuktian eksistensi diri sebagai wanita yang hebat dan bisa disejajarkan dengan kaum pria, maka respek saya seketika akan habis. Karena bagi saya, seorang wanita hanya perlu membuktikan eksistensi dirinya dengan merawat, menjaga, memenuhi kebutuhan suami dan anak-anaknya dengan sebaik mungkin yang mereka mampu lakukan.
Maafkan untuk kebodohan saya dalam berpikir, dari kedangkalan ilmu yang saya miliki saya hanya merasa bahwa apa yang Tuhan takdirkan pada kaum saya sebagai perempuan adalah melebihi kehebatan apapun yang ditawarkan oleh sebentuk pengakuan emansipasi.
Bagaimana mungkin saya bisa merasa bangga menjadi seorang vice president di sebuah perusahaan yang multinasional yang bonafide jika anak-anak saya dibesarkan oleh seseorang yang semestinya hanya membantu saya mencucikan pakaian atau menyiapkan makanan ketika saya sibuk mendengarkan anak-anak saya berceloteh, bagaimana juga saya bisa merasa tenang menjadi bagian dari sebuah perusahaan asing yang bergengsi bila anak-anak saya dididik oleh seseorang yang sewajarnya saya ajarkan padanya bagaimana cara membersihkan rumah yang baik demi kesehatan anak-anak yang saya cintai, dan bagaimana pula saya bisa nyaman dengan jabatan yang saya peroleh karena gelar-gelar akademik saya jika anak-anak saya di rumah belajar dengan seseorang yang semestinya saya ajarkan bagaimana menghitung jumlah belanjaan dengan tepat..
Saya tidak bermaksud mengecilkan arti seorang pengasuh, baby sitter ataupun maid. Peranan mereka dalam membantu kegiatan operasional rumah tangga tentu saja akan sangat membantu, tetapi kurang tepat rasanya bila kita lantas menjadikan mereka tumpuan harapan untuk kelangsungan hidup anak-anak yang kita cintai. Anak-anak kita terlalu berharga hanya untuk sebentuk pengakuan menjadi bagian dari sebuah emansipasi.
Beberapa orang sahabat menyangkal, mereka menjadi wanita pekerja sebagai bentuk persiapan jika kelak suami mereka meninggalkan mereka entah karena kematian atau alasan lainnya. come on, ada banyak pilihan kegiatan yang menghasilkan jika memang hanya mempersiapkan diri untuk memperoleh materi sebagai tujuannya.. lagipula kenapa tidak percaya pada kekuatan Tuhan yang memerintahkan kita dengan aturan-aturan-Nya siyh ? bukankah Allah akan mencukupkan rejeki masing-masing dari kita jika kita senantiasa berada di jalan yang di tetapkan-Nya ?
singkat kata, saya mohon maaf jika saya terpaksa menjadi ANTI EMANSIPASI..
saya juga minta maaf jika pada kenyataannya cita-cita saya adalah hanya menjadi seorang ibu rumah tangga biasa saja meskipun kelak saya memiliki gelar yang berbaris memenuhi rangkaian nama pendek saya, cukuplah ilmu itu saya baktikan dengan cara yang tidak perlu membuat saya menyesal dan merasa berdosa hanya karena menyia-nyiakan anugerah Tuhan menjadikan saya sebagai wanita.
Selamat malam teman-teman, maafkan jika kurang berkenan dengan kekurangwarasan saya kali ini..
********
Belakangan banyak peristiwa yang aku dan juga orang-orang alami, dan tentunya itu semakin membuat aku takut tentang sebuah kehilangan akan sesuatu yang bisa aku miliki dimasa depan. Bersamaan dengan itu, note ini pernah mengilhamiku untuk hanya menjadi seorang ibu rumah tangga pada nantinya. Seperti pada isinya, dimana adanya kesalahan persepsi tentang arti emansipasi yang sebenarnya, menurutku emansipasi pada prinsipnya untuk mensejajarkan diri, bukan mengungguli hingga mengabaikan prinsip kehidupan lain yang tidak kalah pentingnya, kewajiban sebagai seorang wanita.
Namun aku ingat, aku masih ada beberapa mimpi yang mungkin 'kurang' bisa terwujud seandainya aku menjadi ibu rumah tangga biasa. Selain juga karena malu jika nanti mau beli bedak saja harus menadahkan tangan, aku tetap pengen punya persewaan buku dan rumah di dekat pantai. Dan keduanya mungkin bisa didekati jika aku tetap ikut mengais rejeki, namun dengan kadar yang sewajarnya.
Sekedar sharing, mungkin bisa jadi renungan bagi anda-anda yang sudah berstatus sebagai Ibu. Kalau ada yang tidak berkenan, jangan marahi saya yang sok tahu mengenai itu, tapi marahi yang bikin note. wkwkwkkw
N.b akan ada kelanjutan dari serial Duta ini, tetap masih mengcopas note dari orang yang sama. Ngg.. duta apa ya
*******
Maafkan saya ibu R. A. Kartini
Sunday, October 11, 2009 at 10:58pm
Permohonan maaf ini mungkin bukan hanya pada ibu R. A. kartini saja pantas saya persembahkan, tetapi juga kepada wanita-wanita hebat di muka bumi terutama di negeri yang saya cintai ini. Tulisan ini hanya sebagian isi kepala yang ingin saya bagi sekedar untuk mengosongkan kesesakan kepala saya yang sudah hampir overload, jadi maaf bila ada yang merasa kurang berkenan.
Emansipasi, sebuah bentuk pengakuan atas hak dan martabat wanita di negeri ini yang begitu diagung-agungkan oleh kaum saya. Saya mohon maaf sebelumnya kalau saya TIDAK SETUJU dengan generalisasi emansipasi pada setiap aspek kehidupan.
Jika hanya untuk memperoleh hak mendapatkan pendidikan yang layak, saya pikir itu memang merupakan kewajiban bagi setiap manusia di muka bumi untuk meningkatkan kualitas diri tetapi tidak lantas mengaburkan maknanya menjadi sebuah bentuk pembuktian eksistensi diri.
Hmm.. gini, secara sederhana manusia dibagi menjadi perempuan dan laki-laki lengkap dengan aturan-aturannya yang mengikat dan dipatenkan melalui al-quran dan hadist. Emansipasi yang sekarang didewakan oleh banyak saudari-saudari saya adalah sebentuk pengingkaran atas aturan-aturan yang mengikat tersebut, itu pendapat saya pribadi.
Saya seringkali sedih melihat anak-anak di sekitar kehidupan saya yang terpaksa dibesarkan dalam asuhan baby sitter atau maidnya hanya karena sebuah alasan yang menyesakan, ibunya sibuk bekerja...
Ketika pilihan menjadi wanita karier dilakukan karena tuntutan sang pemimpin rumah tangga karena ketidaksanggupannya memenuhi kebutuhan mereka, saya masih bisa memahaminya sebagai sebuah bentuk pengabdian. Tapi ketika menjadi wanita karier dilakukan sebagai bentuk pembuktian eksistensi diri sebagai wanita yang hebat dan bisa disejajarkan dengan kaum pria, maka respek saya seketika akan habis. Karena bagi saya, seorang wanita hanya perlu membuktikan eksistensi dirinya dengan merawat, menjaga, memenuhi kebutuhan suami dan anak-anaknya dengan sebaik mungkin yang mereka mampu lakukan.
Maafkan untuk kebodohan saya dalam berpikir, dari kedangkalan ilmu yang saya miliki saya hanya merasa bahwa apa yang Tuhan takdirkan pada kaum saya sebagai perempuan adalah melebihi kehebatan apapun yang ditawarkan oleh sebentuk pengakuan emansipasi.
Bagaimana mungkin saya bisa merasa bangga menjadi seorang vice president di sebuah perusahaan yang multinasional yang bonafide jika anak-anak saya dibesarkan oleh seseorang yang semestinya hanya membantu saya mencucikan pakaian atau menyiapkan makanan ketika saya sibuk mendengarkan anak-anak saya berceloteh, bagaimana juga saya bisa merasa tenang menjadi bagian dari sebuah perusahaan asing yang bergengsi bila anak-anak saya dididik oleh seseorang yang sewajarnya saya ajarkan padanya bagaimana cara membersihkan rumah yang baik demi kesehatan anak-anak yang saya cintai, dan bagaimana pula saya bisa nyaman dengan jabatan yang saya peroleh karena gelar-gelar akademik saya jika anak-anak saya di rumah belajar dengan seseorang yang semestinya saya ajarkan bagaimana menghitung jumlah belanjaan dengan tepat..
Saya tidak bermaksud mengecilkan arti seorang pengasuh, baby sitter ataupun maid. Peranan mereka dalam membantu kegiatan operasional rumah tangga tentu saja akan sangat membantu, tetapi kurang tepat rasanya bila kita lantas menjadikan mereka tumpuan harapan untuk kelangsungan hidup anak-anak yang kita cintai. Anak-anak kita terlalu berharga hanya untuk sebentuk pengakuan menjadi bagian dari sebuah emansipasi.
Beberapa orang sahabat menyangkal, mereka menjadi wanita pekerja sebagai bentuk persiapan jika kelak suami mereka meninggalkan mereka entah karena kematian atau alasan lainnya. come on, ada banyak pilihan kegiatan yang menghasilkan jika memang hanya mempersiapkan diri untuk memperoleh materi sebagai tujuannya.. lagipula kenapa tidak percaya pada kekuatan Tuhan yang memerintahkan kita dengan aturan-aturan-Nya siyh ? bukankah Allah akan mencukupkan rejeki masing-masing dari kita jika kita senantiasa berada di jalan yang di tetapkan-Nya ?
singkat kata, saya mohon maaf jika saya terpaksa menjadi ANTI EMANSIPASI..
saya juga minta maaf jika pada kenyataannya cita-cita saya adalah hanya menjadi seorang ibu rumah tangga biasa saja meskipun kelak saya memiliki gelar yang berbaris memenuhi rangkaian nama pendek saya, cukuplah ilmu itu saya baktikan dengan cara yang tidak perlu membuat saya menyesal dan merasa berdosa hanya karena menyia-nyiakan anugerah Tuhan menjadikan saya sebagai wanita.
Selamat malam teman-teman, maafkan jika kurang berkenan dengan kekurangwarasan saya kali ini..
********
Belakangan banyak peristiwa yang aku dan juga orang-orang alami, dan tentunya itu semakin membuat aku takut tentang sebuah kehilangan akan sesuatu yang bisa aku miliki dimasa depan. Bersamaan dengan itu, note ini pernah mengilhamiku untuk hanya menjadi seorang ibu rumah tangga pada nantinya. Seperti pada isinya, dimana adanya kesalahan persepsi tentang arti emansipasi yang sebenarnya, menurutku emansipasi pada prinsipnya untuk mensejajarkan diri, bukan mengungguli hingga mengabaikan prinsip kehidupan lain yang tidak kalah pentingnya, kewajiban sebagai seorang wanita.
Namun aku ingat, aku masih ada beberapa mimpi yang mungkin 'kurang' bisa terwujud seandainya aku menjadi ibu rumah tangga biasa. Selain juga karena malu jika nanti mau beli bedak saja harus menadahkan tangan, aku tetap pengen punya persewaan buku dan rumah di dekat pantai. Dan keduanya mungkin bisa didekati jika aku tetap ikut mengais rejeki, namun dengan kadar yang sewajarnya.
Sekedar sharing, mungkin bisa jadi renungan bagi anda-anda yang sudah berstatus sebagai Ibu. Kalau ada yang tidak berkenan, jangan marahi saya yang sok tahu mengenai itu, tapi marahi yang bikin note. wkwkwkkw
N.b akan ada kelanjutan dari serial Duta ini, tetap masih mengcopas note dari orang yang sama. Ngg.. duta apa ya