Rabu, 27 Mei 2009

10.12.00

Saat Tergelap WaktuMalam

Dhewy_re
"Saat paling gelap terjadi tepat sebelum fajar merekah namun setelah itu adalah awal dari segalanya"
Mocca_chi
Emang jam berapa fajar merekah yak?

Dhewy_re
"Yang jelas, kalao di bali lebih cepet (+/-) 1 jam, haha"
Mocca_chi
Ngeles dia, wuakakak


**********************************************



"Ko,emang benar malam paling gelap itu saat sebelum matahari terbit?"

Koko tidak langsung menjawab, melainkan bersidekap sambil memandang ujung kakinya yang bergelantungan. Mereka berdua duduk di balkon rumah, memandangi bintang-bintang kecil yang kadang timbul tenggelam di balik awan. Embun belum turun, matahari baru menghilang satu jam lalu di belakang sana.

"Koko malah tahunya malam itu paling gelap saat jam sembilan malam."

"Lho, kata buku yang di baca Mama begitu, katanya malam paling gelap itu muncul sebelum matahari terbit,"

"Memang Kiki pernah lihat malam saat matahari mau terbit?"

Kiki menggeleng polos, ia memeluk bonekanya erat sambil menggoyangkan kakinya. Kokonya memandangnya dengan wajah mengejek, sesekali memainkan alis menggoda karena Kiki tidak bisa membuktikan perkataannya.

"Kiki bangunnya siang melulu, sih! Mana bisa lihat matahari terbit."

"Kan, Kiki belum sekolah. Jadi Mama bilang boleh bangun jam tujuh. Koko juga bangunnya siang terus, sampai Mama marah-marah karena Koko mau telat sekolah, baru Koko bangun," balas Kiki.

Koko tidak mau kalah. "Yey, tapi kan kata Koko Malam paling gelap itu saat jam sembilan malam, bukan saat matahari terbit seperti Kiki bilang!"

"Tapi Koko ngejek Kiki yang bangun siang," Kiki merajuk.

"Biarin, memang Kiki selalu bangun siang,"

"Koko juga,"

"Nggak!"

"Iya,"

"Nggak!"

Mama muncul dari belakang, dengan baju tidur warna putih dan rambut terurai. Beliau tersenyum dan menyentuh bahu keduanya.

"Sudah, ayo tidur, Sudah jam sembilan ini, biar besok tidak kesiangan."

Kedua kakak beradik itu menurut, masuk kamar dan tidur di ranjang masing-masing. Kiki masih takut tidur sendiri, jadi Mama meminta Koko menemani.

"Selamat Malam, Kiki dan Koko. Tidur nyenyak, ya!" ujar Mama sambil menyentuh tombol lampu.

Seketika lampu padam dan ruangan menjadi gelap. Setelah Mama menutup pintu, Koko berbisik pada adiknya.

"Kiki, benar kan kata Koko, malam paling gelap itu pada jam smebilan malam, yaitu saat Mama mematikan lampu dan menutup pintu."

Namun tidak ada jawaban, Kiki sudah terlelap dengan sangat cepat, dan bermimpi sedang duduk dengan kokonya di balkon sambil menyaksikan detik-detik sebelum matahari terbit.


Denpasar, 27 May 2009
10.31 AM
*maksud cerita ini apa ya? ada yang tahu? hiii



Senin, 25 Mei 2009

12.25.00

Pembeli adalah raja, benar?

Pembeli adalah raja.
Itu pepatah tua, tapi apakah bener?
Sabtu lalu, sehabis kerja aku mampir beli makan di salah satu warung sekitar kawasan Rumah Sakit Sanglah. Setelah memilih menu rutin, campuran berbagai macam sayur sama ayam, aku menuju ke kasir sambil membawa label harga yang diberi sama mbak yang ngebungkusin.

Bersama label, aku serahkan selembar uang lima puluh ribuan. Bukannya kaya, justru karena benar-benar cekak dan uang di kantong hanya lima ratus perak, lalu narik di ATM.
Kasir, seorang Bapak keturunan India, yakin juga dia yang punya warung, berwajah jutek dan sepengalaman beli disana memang tidak pernah senyum.

Ia melihat uangku dan bertanya. "Tidak ada uang kecil?"

"Nggak ada, Pak," jawabku sambil tersenyum.

"Lima ribuan?" tanyanya lagi dengan wajah judesnya.

Aku kembali menggeleng.

"Seribu lima ratus?"

"Ga ada, pak. hanya lima ratusan saja!" jawabku pelan.

Sepertinya dia dongkol, mengambil uangku yang masih tergeletak di meja. Sambil menyerahkan kembalian dia berkata, "Besok-besok, kalau ga ada uang kecil jangan belanja kesini!"

Weuw!

Pernah merasa punya uang tapi ditolak untuk berbelanja? Itulah saatnya, dan seterusnya aku berkata dalam hati, ga akan belanja disini lagi!



Jumat, 22 Mei 2009

11.36.00

Mereka Sebelum Masehi

Siapa sangka pada abad sebelum masehi para blogger telah bernapas dan hidup, walaupun (mungkin) hanya berupa benih awal yang tak berbentuk, seperti jiwa yang menyawai sebuah makhluk hidup.

Dan kemarin, setelah melalui perjalanan singkat dan mampir sana sini untuk makan lumpia, aku berhasil mengabadikan para blogger lewat sebuah kamera pinjaman yang setingannya hancur hingga beberapa gambar yang aku ambil jadi blur. Tapi blur lebih baik daripada ga ada.

sebelum baca, ada sebuah perjanjian yang harus diikuti. Bagi yang akan menekan readmore, harus bersumpah semati sehidup untuk mengikat hawa kemarahannya yang mungkin timbul atas sesuatu yang akan terjadi setelah readmore. Apalagi komplain dan dendam, karena bagaimanapun, aku menemukan kalian seperti ini atas dasar nama (ga) cinta.
Oke?
Yang tidak mau jangan tekan readmore, yang mau.. silahkan.


Salah satu pagar ayu yang menyambut pengunjung, rupanya cantik walau dia bisu. Walau begitu, dengan salah satu bahasa (animal) roaming aku tahu namanya.
Nama : Fany.
Edisi: Tahun 54 SM





Yang ini sedikit pemalu daripada yang tadi. Saat dipoto dia malah noleh kesamping, tapi ia benar-benar imut dengan bulu hijaunya.

Nama :Rahmi
Edisi : Tahun 64 SM



Seorang yang berponi, hobbynya sama anak kecil dan tidak marah ketika dinaiki keliling sungai.

Nama : Neng Aia.
Edisi : Tahun 85 SM





Tubuhnya imoet bin mungil. Saat dipoto, dia sedang tiduran di atas ranting, nampak sedang bermalas-masalan. Wajahnya juga nampak melow, mirip sekali dengan profilnya di terbitan edisi terakhir.

Nama : Vie_three.
Edisi : 003 Masehi




Nah, yang ini lucu. Baru saja terlihat, sudah bikin orang ngakak. Sedah heboh-hebohnya dunia memberitakan tentang sebuah penyakit yang terjadi akibat bersin dia, eh, dia sekarang malah enak-enakan mengais-ngais tanah.

Nama : JOnkGakKece (emang ada yang bilang dia kece?)
Edisi : Tahun 4 Masehi



Yang ini kecil(whatt?) dan lincah. Pasti pernah dengar kan tentang kancil yang mencuri ketimun? Nah, kali ini dia ga nyuri ketimun. tapi wortel dan bumbu-bumbu lain untuk masak.

Nama : Henny YC
Edisi : 59 SM




Yang ini, hmm... ga tau juga ya, Entahlah aku merasa segan dan tegang saat menghampirinya. Mungkin karena secara logika dia itu si raja hutan alias ertenya utan plurk, jadi ups... aku kan bukan warga hutan jadi ga perlu takut. Tapi beneran, dia galak banget sama anak-anak.

Nama : Lindabelle
Edisi : 446 SM



Dia makhluk nocturnal, beraktifitas pada malah hari. Rata-rata para penyair menggunakan kata malam sebagai sebuah simbol romantisme, karena yakin ga ada yang namanya candlelight Lunch. Entahlah, belun pernah nyoba

Nama : Echi
Edisi : 56 SM










Ini dia salah satu makhluk langka, makan pavoritnya madu, bukan daging binatang atau tumbuhan jadi tidak merusak rantai makanan dan ekosistem. Termasuk pencinta alam bukan?!

Nama : Attaya
Edisi : 16 Masehi







Dimanakah dia doyan hidup? jawabnnya adalah di pohon. Kenapa? Karena kalau di air namanya ikan, makhluk yang seumur hidupnya mandi tapi baunya selalu seperti kentut. Dan hmm... Dia suka pohon, makanya rumahnya selalu banyak pohon (miss u)

Nama : Ndies
Edisi : 0 Masehi



Yang ini alien di negeri tercinta kita Indonesia karena tidak ada padang pasir. Namun setelah berbincang sejumlah punduk di punggungnya, ketahuanlah dia orangnya lembut dan bicaranya perlahan seperti jalannya. Low profil lagi, karena dia menyukai rumah yang kecil. siapa dia?

Nama : Te3ka
Edisi : 64 SM


Hmm.. yang terakhir ini agak misterius. Susah sekali untuk mengorek informasi darinya. Poto ini saja diambil sedetik menjelang dia melempar sesuatu ke pengunjung. Ternyata dia sangat pemarah dan emosional yak. Tapi tunggu dulu, aku yakin itu bukan sifat aslinya. Kan dia sangat misterius, buktinya dia ga mau ngasi tahu namanya
Nama : The Misterious One
Edisi : Undentified.


Nah, kan sudah pada setuju dengan perjanjian, siapa yang neken readmore ga akan marah apalagi dendam. Karena itu, sekian dulu liputan si mocca_chi dari blogger's zoo kali ini. Sudah capek nih, malamnya lembur soalnya sama si insomnia.
Tapi tenang, ada beberapa poto-poto lucu yang bikin aku gemes nih....




















Rabu, 20 Mei 2009

09.03.00

Belanja? Asyik......

Ah, bagi kawan blogger hal ini mungkin bukan hal asing lagi. Tapi kalau belanja online bagaimana? Melakukan salah satu surgawi dunia tanpa harus repot-repot ke luar rumah, panas-panasan atau mengantri di meja kasir. Prosesnya mudah, hanya berkunjung ke toko online misalnya Shop Wiki, lalu pilih barang sesuai kebutuhan, pencet mouse, bayar dan tara.. beberapa hari kemudian barang yang diinginkan datang.

Tapi masak iya semudah itu?
Aku sendiri sih memang belum pernah belanja online, misalnya membelikan Sepeda kecil untuk Si cantik (perkenalkan, keponakanku namanya Si cantik) di , atau seperti kemarin waktu beli buku Roald Dahl untuk ulang tahun teman. Mungkin karena (jujur) aku tidak punya kartu kredit atau acara belanja begini belum umum di Bali, aku lebih memilih untuk mengunjungi toko.

Satu hal yang bikin ngeri kalau belanja online, apa iya barangnya beneran datang setelah kita bayar? atau, apa kualitasnya bagus dan sesuai dengan yang diinginkan? atau kalau misalnya barangnya rusak, kemana kita harus komplain dan menuntut garansi? Hahaa... yah, aku memang mengidap sindrom kuperisasi, sedikit bodoh tapi banyak pintarnya.

Namun secara logika, sebagai seorang konsumen kita harus kritis, terutama dalam belanja online seperti ini. Apalagi sebagian besar Toko online meminta pembayaran dilakukan di awal, entah itu lewat kartu kredit ataupun transfer rekening. Resikonya semakin besar kalau terjadi penyadapan data kartu kredit.

Tadi aku sempat jalan-jalan di google. Katanya telah didirkan sebuah organisasi yang dikenal dengan CASE (Consumers Association of Singapore)oleh CommerceNet Singapore. Organisasi ini tugasnya menjadi seperti konsultan konsumen, entah itu memberikan informasi, edukasi serta perlindungan bagi konsumen. Sebuah sistem berkembang dari organisasi ini, dikenal dengan CASE TRUST yang melindungi konsumen dalam transaksi perdagangan biasa ataupun melalui website

Lalu Indonesaia bagaimana? Hmm.. memang ada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)yang berfungsi menampung keluhan konsumen dan membantu konsumen melakukan klaim terhadap produsen yang telah merugikan konsumen. Namun kegiatannya belum seluas CASE TRUST.

Terlepas dari adanya yayasan tersebut, kita sebagai konsumen harus lebih pintar dan kritis demi kebaikan kita sendiri. Berbagai tips bisa kita lakukan saat belanja online. Bisa diawali dengan mencari kebijakan privacy situs belanja tempat kita berbelanja. Perusahaan tersebut harus memberitahukan konsumen informasi apa yang dikumpulkan, bagaimana menggunakannya dan apakah akan menjual atau memberikan informasi tersebut kepada yang lain. Bagian ini mengingatkanku pada kejadian seorang teman saat aplly kartu kredit, yang ternyata datanya diinformasikan ke pihak lain sehingga temanku dapat penawaran yang berhubungan dengan kartu kreditnya.

Selain itu kita juga perlu meminta jaminan kepada seller, bahwa barang yang dijual bukan barang Reject ataupun jaminan uang kembali 100% jika hal itu tidak dipenuhi. Meminta identitas seller baik itu nomer telpon atau keterangan lain hingga memudahkan kita untuk berkomunikasi (biasanya kan sebuah toko online yang baik akan memberikan nomer telpon secara sukarela yang bisa memudahkan kita menghubungi mereka).

Duh, kok panjang ya... biar ga panjang, mungkin tips belanja online dari Komisi perdagangan Amerika (FTC)bisa dilihat di sini dan jadilah konsumen pintar. Atau jika belum pintar, belajar (sambil main bisa loh) lagi biar lebih pintar.


Btw, Henny YCsudah sampaikah kiriman hapenya? hiiii



Tips dari berbagai sumber

Selasa, 19 Mei 2009

09.00.00

Oh, Indonesia. Kenapa Engkau Begini?

Tutt…...

Itu nada sambung yang kelima, panggilanku yang entah keberapa kalinya. Aku tunggu beberapa saat lagi, sekali suara tut pendek, sampai akhirnya suara cewek yang menyebalkan menyahut dari sana.

“Uh, sial!” aku kesal, dengan gemas memencet tombol end.

Udara Guangzhou yang dingin, agak berkabut sehabis hujan tadi ternyata tidak juga bisa membuatku semakin sabar. Dadaku panas, perutku banyak semutnya. Lagipula, siapa juga yang bisa sabar dengan keadaan yang seperti ini.

Aku menghenyakan pantatku di atas kasur apartemen sederhana seharga enam ratus yuan, atau uang makanku selama sebulan sewaktu sekolah menengah atas di Indonesia dahulu. Serbuan angin buatan dari pendingin yang lupa aku matikan sebelum berangkat ke sekolah, semakin membuatku kesal. Hah, beginilah aku kalau sudah emosi.

“AC geblek! Musim dingin begini baru anginmu dingin,” gerutuku.

Iya, dipikir-pikir, AC itu sebenarnya tak salah. Dia tak berdosa karena saat musim panas anginnya tidak dingin, wajar juga kalau sesekali dia mogok karena freonnya terlambat diganti. Yang salah adalah Pak Hidayat, orang geblek pegawai kedutaan Indonesia untuk Cina. Salahnya lagi dia yang mengurusi bagian kesiswaan, dan yang paling salah aku membutuhkannya SEKARANG untuk mentranslate ijazahku yang berbahasa Indonesia ke bahasa Inggris agar aku bisa mendaftar sekolah.

Aku menggeleng heran. Kalau saja aku bisa melegalizirnya sendiri, urusan ini tak akan aku serahkan pada dia. Tapi berhadapan dengan hukum segala macam aku takhluk. Awalnya kemarin aku sudah senang karena dia berjanji mau membantuku setelah berjalan lima belas menit dari apartemen lalu naik Zhan Bis no 54 menuju stasiun Subway, naik Subway sampai di stasiun Gongyuan Qian, kemudian ganti line menuju stasiun Yuexiu Park, lagi jalan enam ratus meter sampai ketemu Dongfang Hotel dan akhirnya sampai di depan kedutaan di lantai dua. Oh.. begitu panjang perjalananku, dan ternyata tidak cukup setimpal untuk mendapatkan bantuan yang layak darinya.

Pagi tadi, dengan kepercayaan yang besar bahwa ijazahku akan siap untuk dipergunakan besok, aku menelponnya. Dia bilang sudah diurus dan aku tinggal menunggu telponnya nanti siangan untuk pengambilannya. Nah, aku masih tenang dan melanjutkan aktifitasku di sekolah mandarin. Sepulang sekolah, karena dia tak kunjung menelpon, aku memutuskan untuk menghubunginya. Jawabannya…

“Cill, saya masih di Hongkong. Kamu telpon ke kantor saja, ya!”

Itu awal kekesalanku. Tapi yah aku masih berusaha bersabar. Di depan sekolah akhirnya aku menelpon ke kantor kedutaan, nah jawabannya ini bikin aku disambar geledek langit cina.

“Tunggu jam 2 ya, Dik, soalnya semua sedang sholat jumat.”

Oh sial, kenapa pula aku hari ini hari jumat, gerutuku. Aku menoleh ke jam di handphone, masih ada sekitar dua jam lagi untuk menelpon, karena itu aku memutuskan untuk pulang saja. Langit Cina sedang menurunkan hujannya saat itu.

Nah sekarang sudah jam 2, lewat malah. Aku sudah sampai di apartemen, bertemu dengan AC geblek ini, dan sudah menelpon selama lima menit tapi tak diangkat-angkat. Hayo, apa lagi yang akan terjadi sekarang?

aku heran, benar-benar heran. Apa sih susahnya membantu anak pelajar macam aku? Mana papa akan datang pula hari sabtu. Dia pasti akan marah padaku kalau saja ijazahku tak selesai besok. Papa, dengan wataknya yang pemarah itu, tak akan mau mengerti bahwa aku sudah berusaha untuk menyelesaikannya secepat aku bisa. Dia pasti akan menohokku dengan pernyataan, ‘kenapa tidak kamu urus lebih awal?’

“Hoh, tidak!” erangku. Tapi tak urung aku mencoba untuk menelponnya lagi.

tut… tutt… tut…

“Halo..”

Yeah diangkat! Aku bersorak girang.

“Halo, saya Cecillia, pak. Saya mau menanyakan soal ijazah saya yang hendak saya translate. Kemairn saya sudah berikan kepada Pak Hidayat dank arena beliau sedang di Hongkok jadi saya disuruh nelpon ke kantor saja.”

“Oh.. yang ijazah yang itu ya? Sebentar hmm.. “ bapak diseberang bergumam sebentar, terdengar juga dia sedang bertanya pada seseorang lainnya, dan ini yang bikin aku deg-deggan.

Oh.. bapak kedutaan terhormat, ayolah bantu pelajar kecil seperti saya, saya tidak berdosa, saya hanya ingin mendapat pendidikan yang lebih layak saja di sini, bukan karena saya tak percaya Indonesia sudah maju dan berkembang, tapi Papa saya yang tidak percaya. Ayolah, bapak! Jangan korbankan saya lagi. Saya…

“Halo..” suaranya membuyarkan ocehanku.

“Iya, bagaimana, Pak?” tanyaku penuh harap.

“Begini, Dik. Sebelumnya saya mohon maaf, karena yang mengurus ini adalah Pak Hidayat dan berhubung beliau sednag pergi jadi ijazah adik tidka bisa selesai sekarang. Adik ambil hari Senin saja bagaimana? Kalau senin bapaknya sudha kembali.”
APA? SENIN?

“Aduh, Pak! Saya pakai buat besok, lho. Tidak bisa diusahakan?”

“Maaf, Dik. Tidak bisa. Harus Pak Hidayat, prosedurnya memang begitu.”

Ohh.. tidak! Kenapa aku harus mengalaminya? Apa salahku? Apa yang kurang lengkap lagi?

Oh, Indonesia! Kenapa dirimu selalu begitu kolot. Kenapa engkau harus meribetkan sesuatu yang sebenarnya mudah hanya dengan alasan prosedur? Oh, Indonesia! kenapa kau buat administrasi yang beribet itu? Kenapa pula sampai di Cinapun engkau masih Indonesia?

Denpasar, 2 Juli 2008
Dilaporkan langsung dari korbannya, seorang pelajar (saat cerita ini ditulis) Indonesia di cina. Sumpah, bukan rekayasa, hanya dibumbui merica, garam dan tanpa cabe.


eh eh eh, dikasi jejak kucing sama si Juragan Kucing, katanya blog jelek ini masuk blog terapdate versi kucingnya dia, ter dari mana ya.....??

meongnya lagi ngantuk keknya tuh,,,

Jumat, 15 Mei 2009

09.01.00

Danau Pinggir Laut Yang Biru

Kenapa malah jadi ada label jalan-jalan ya disini, padahal tujuan awalnya hanya ingin share poto. Tapi tak apalah, kemarin ada beberapa yang minta untuk dipostingin tentang Bali. Dan, yah kali ini kebetulan ada poto-poto bagus.

Obyek Wisata baru, mungkin belum banyak yang tahu. Aku sendiri jujur belum pernah kesana, hanya temanku berkali-kali. Malangnya, selalu ada halangan setiap aku mau ikut, dan poto-potonya membuatku penasaran pengen kesana.

Kali ini, wisata pantai (lagi). Sebuah pantai kecil yang ada di dekat pelabuhan Padangbai. Namanya Blue Lagoon. Tadi tak coba search di gogle, ternyata pantai ini lebih terkenal dengan keindahan biota lautnya, sehingga sangat cocok digunakan sebagai tempat diving ataupun snorkeling.

Dari dua teman yang pernah berkunjung kesana, garis pantai Blue Lagoon dibilang pendek, dan pantainya sendiri sangat privatte. Masih harus jalan kaki untuk mencapai tempat itu dari parkiran.

Namun tidak sia-sia sih. Kata temanku, kalau pantai sedang surut maka kita bisa renang agak ke dalam untuk melihat ikan-ikan. Bisa berenang sambil dikelilingi ikan-ikan berwarna-warni, kan seperti terapi gigitan ikan. heeh.
Disana bisa juga sewa kaca mata untuk snorkeling, tarifnya hanya sepuluh ribu rupiah, sepuasnya. Tapi jangan sampai hilang, karena kalau hilang harus ganti rugi. Temannya teman merogoh kocek empat ratus ribu untuk ganti. Yahh... sayang kan.
Bagi yang ga bisa berenang (aku contohnya), disana juga bisa sewa pelampung. Tarifnya bisa ditawar. Kunjungan pertama temanku dikasi tarif 30.00, kedua 20.000 dan terakhir 15.000. pinter pinter nawar saja.

Pantai ini semacam teluk, yaitu lautan yang menjorok ke daratan. Namanya juga Lagoon, danau di pinggir laut. Jadi kalau tidak salah membayangkan, keadaannya sama seperti pantai yang ada di film The Beach nya Leonardo Dicaprio. Lebay kali, cuman dari poto-potonya seperti itu.
Nah, yang mau tahu gambarnya, ini nih, tak pajang.


































Bagi yang punya rencana ke bali dan jalan-jalan kesini, bisa lihat info lokasinya disini. Atau mungkin ada yang mau meminangkau untuk jadi gaid (atau malah aku yang digaidin heeh).

N.b Ut orang yang iseng,jangan nanya kok potonya mocca_chi ga ada. Uda dibilang aku belum pernah kesana




Rabu, 13 Mei 2009

09.32.00

Hal Yang Mengerikan Itu....

Hal mengerikan yang ada dalam pikiranku selain menonton film horor adalah......


Iya benar, mengurangi porsi makan, memperketat aliran kalori yang masuk ke tubuh, mengkonsumsi banyak air putih, duh membayangkannya saja sudah berat. Apalagi menjalankannya.
Bahkan, bertahun-tahun aku terbelenggu pada masalah obesitas yang ternyata hilang dengan sendirinya seiring jalannya waktu, bendera putih sudah melambai sebelum aku memutuskan kalau aku harus menjalani diet.

So, kenapa sekarang harus diet?
Walau nyadar sekarang lebih gemuk daripada kemarin, tetapi teman-teman bilang aku tidak gemuk lagi, tapi sekarang aku harus diet.

Kemarin malam aku nganter teman ke dokter. Itu kali kedua aku masuk ruang dokter kandungan, melihat USG rahim seseorang di layar monitor. Kerennya, untuk pertama kalinya kemarin aku ngelihat yang namanya test pack. Ternyata kukira tes pack itu batangan, eh ternyata hanya kecil pipih seperti jenis kertas sampul buku. Tapi... test pack sama sekali tidak ada hubungannya dengan diet bukan?

Memang tidak. Setelah dari ruang dokter kandungan, temanku mencoba tes di apotek. Tes gula darah dan tensi. pertama tes gula darah. telunjuk tangan kanan temanku ditusuk jarum, darahnya dioleskan pada selembar kertas tipis yang kemudian dimasukan ke sebuah alat mirip remote. Hanya menunggu dua belas detik, maka sebuah angka muncul di layar alat itu. 125 mg/dL, ukuran kadar darah normal orang sebelum makan itu sekitar 70-110 mg/dL, namun dokter menganggapnya wajar karena sebelumnya temanku makan gorengan.

Aku dibujuk untuk tes, dengan segala bujuk rayu dan kebohongan yang bilang bahwa sama sekali tidak sakit waktu ditusuk jarum, yang tentu saja memang bohong. Namanya ditusuk jarum ya sakit, bahkan sampai di rumah juga masih kerasa sakit (bahkan sekarang saat ngetik masi terasa, hiksss)
Dan yang membuatku shock, angka di layar alat itu menunjukan angka 135 mg/dL. Oh, tidak, kadar gulaku jauh di atas normal.

Alamak. Pamanku memang kena diabetes, dan dengar-dengar itu penyakit juga keturunan. Iseng aku search di gogle, ada sebuah artikel yang menyebutkan bahwa Diabetes berarti "mengalir terus" karena penderitanya selalu minum dan dalam jumlah banyak, kemudian mengalir terus berupa urin alias kencing. Iya betul, aku kan memang beser.

Selama ini aku paling kuat makan nasi. Walau sayur juga suka, namun perbandingannya sangat jauh, olahraga juga sangat kurang, tidak pernah gerak dan suka ngemil roti cokelat dengan teh manis.

Karena itu aku sekarang harus diet. Mengurangi nasi, tidak ada teh manis sekali sehari, tanpa roti cokelat, no ngemil, menyingkirkan gorengan, tidak ada makan malam dua kali, sehabis makan roti tidak boleh makan nasi, atau kalau sudah makan mie jangan makan nasi lagi. Duh, neraka apa pula ini.

Ada cara lain katanya untuk menurunkan gula darah. Salah satunya makan bawang merah. Sehari sekilo, biar bau badannya apek seperti kambing wkwkwkkw
Lalu katanya makan undur-undur. Yak ampun bujubuneng, makan undur-undur? tinggal buka mulut lebar-lebar kalau bawa motor malam-malam, membiarkan binatang itu masuk ke dalamnya, lalu sekali telan langsung happ... seperti cicak makan nyamuk.
Jawabannya NO WAY

Yah,memang ga ada cara lain selain DIET KARBOHIDRAT. Minta doanya ya, biar kuat menolak salah satu surga dunia. Deuh...
Dan... Eh ya bener. Gula darahku tinggi, pantes saja orang-orang bilang aku manis. Duh, jadi maluuu



Gambar dari http://www.amihungry.com

Selasa, 12 Mei 2009

15.23.00

Lihat, Ikan Mas Kokinya Segede Kucing!!!

Hari raya tidak ada matinya di Bali, benar? Tentu saja benar.
Sabtu tanggal 9 Mei kemarin, bertepatan dengan Hari Raya Purnama. Kebetulan juga perayaan hari waisak, libur. Setelah perjalanan ke Besakih tempo hari, aku sama teman serasa ketagihan untuk jalan-jalan lagi, tentunya tidak sekedar jalan-jalan, tapi jjs plus sembahyang. Selain dapat refresing juga dapat pahalanya biar nanti bisa masuk surga.

Tujuan awal Besakih, namun ternyata meleset menuju sebuah pura yang dekat dengan rumah (setengah jam perjalanan lah). Namanya pura Tirta Empul, lokasinya di desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, gianyar. Pura ini letaknya berdampingan dengan Istana presiden, yang walau orang Bali aseliii tetapi sama sekali belum pernah aku pakai lokasi bernarsis ria. Uh.. pelit.

Seperti namanya, dalam pura ini ada sumber mata air yang biasa dipakai umat untuk melukat (istilahnya pembersihan dirilah). Pura ini biasanya ramai dikunjungi saat hari purnama ini, ketika bulan sedang penuh. Ada mitos sih dulu, katanya kalau keramas saat purnama maka rambut akan jadi indah. Tapi namanya juga mitos.

Pura ini mempunyai nilai historis menyangkut cerita-cerita para dewa tempo doeloe. Yang berminat silahkan baca-baca saja disini. Atau pasti sudah ada yang pernah pergi kesana, mengingat sekarang pura itu sendiri sudah dikomersilkan untuk wisatawan. Banyak bule kesana, eh bukan bule ding. kebanyakan wisatawan cina dan domestik. Liad aja bule di bawah ini, semoga saja saat itu dia sedang tidak lagi halangan ya.



Berdelapan berangkat dari denpasar jam 9 pagi lewat (setelah ngaret setengah jam). Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam lebih, itupun setelah ngetem lima belas menit di tengah jalan untuk nungguin anggota rombongan yang ketinggalan. Agak lupa sampai disana jam berapa, yang jelas pengunjung sudah membludak. Buih, membayangkan melukat berdesak-desakan. ckk ckk ckkk...
Ini wantilan luar pura, tempat orang berganti pakaian.



Aku sih ga perlu ganti-ganti lagi karena sudah siap dari denpasar. Memakai Kain kamben dan baju kaos, akhirnya langsung nyemplung ke kolam dengan pancurannya yang banyak. sayangnya waktu itu tidak sempat bawa kamera, jadi ini poto ambil dari web sebelah. Tapi serius, ga enak banget berdesak-desakan dengan bapak-bapak gemuk yang tidak mau kalah. Bau badannya itu loh, bayangin sajalah badan basah kena matahari, menguap sama bau badannya. Hmphh...
Tapi syukurlah, dengan badan yang lebih kecil daripada mereka bisa nelungsep sana-sini.


Dari salah satu pancuran itu ada yang namanya Tirta Pengentas, dalam bahasa indonesianya ditranslate secara ga bener artinya tirta pamungkas atau tirta mungkin lebih ke sesuatu yang berarti menyelesaikan. Air dari pancuran ini khusus untuk orang meninggal, jadi dipercikan pada saat acara pemandian mayat. Jika keblalasan saja kita mengguyurkan kepala di airnya, maka akan jadi mayat. (Upss.. yang ini ga bener, bercanda doang).

Walau rame, syukur ga lama ngantri. Sekitar satu jam aku selesai dan kedinginan. Bersama teman cewek kemudian menuju kamar ganti dan... yah... anak anak cowok sempat-sempatnya juga mejeng narsis.


kebetulan waktu itu juga sedang ada desa yang merarianan (sejenis perjalanan ritual) kesana. Ada iringan umat, disertai barong sesuunan dan gong. sayang waktu itu aku lagi ganti baju jadi tidak melihat langsung. namun temanku sempat mengambil gambarnya.





Di sebelah belakang kamar ganti ada kolam dengan ikan Mas Kokinya yang gede-gede. Banyak sekali. Bagi kucing-kucing liar, tahan lidah biar ga kelenger ya (melirik seseorang) hiii







Puas poto ikan, saatnya narsisin diri sendiri. jangan ada yang protes ya!!


(kali ini anggurnya ga ada :P)





Sekitar jam 1 siang, perut sudah kelaparan. Akhirnya pulang, sampai rumah langsung, makannn.........
Ya sudahlah, segitu saja dulu.
Thataa....


Abis ngepost mampir ke blog teman dan bilang "Abis ngelihat ikan mas koki segede kucing, sekarang lihat blog teman"
Dia menjawab, "Mimpi kali lihat ikan mas koki segede kucing"
Dan kujawab, "Emang, kalau ga mimpi mana bisa lihat ikan mas koki segede kucing"
Jadi, aku lagi tidur pas bikin judulnya....



About