Selasa, 30 Desember 2008

17.32.00

Miror Miror....

"Miror miror, where did I left my heart?"

cermin itu tetap diam, tidak menyahut seperti di dongeng Putri Salju.

"Miror miror, where did i left my self?"

cermin itu tetap bening, nampak bayangan wajahnya yang kusust masai di permukaannya. Air mata masih membias di pelupuk, menyajikan bayang-bayang suram dan menyedihkan di bekas penglihatan. Sampai sekarang, ia tetap berdiri memandang cermin, entah menunggu cermin menjadi ajaib, atau karena lelah. yang jelas, ia masih tetap bersedih.

Dia, seorang gadis yang sedang galau. Bahkan tidak berubah saat bayangan lain muncul di cermin, bayangan seseorang yang gelap, tanpa mata, tanpa alis, tanpa hidung, tanpa wajah.

"Apa yang kamu risaukan?" tanya bayangan itu.

gadis itu hanya mengerjap sekali. "Aku merisaukan masa depanku!"

"Hiduplah pada batasan hari ini!" ujar bayangan dalam cermin.

Gadis itu menggeleng. air mata masih tetap meleleh di pipinya. "Dan membiarkan hari esok samar? Oh, kurasa itu bukan pilihan hidup yang baik. Sebuah pilihan hidup yang egois."

Bayangan dalam cermin hening sejenak, sampai kemudian, ia menjawab. "Masa depan yang aku tahu, Masa depan yang satu jam lagi? iya, kalau masih ada usia. Hidupku adalah hidup sampai detik ini. Makanan yang telah habis kumakan itu adalah milikku."

gadis itu terdiam, menyesapi kata-kata itu dalam. sebutir pemahaman yang selama ini ia tekankan pada dirinya, menyeruak dalam pikirannya, dan itu merusak argumen bayangan hitam. gadis itu menolak.

"Itu seperti menelusuri goa gelap dengan sebatang lilin. Dan kamu hanya terpaku pada lilin di tangan, bukan pada panjang goa yg harus kamu tempuh.

Bayangan menjawab. "Goanya berakhir dimana?"

Gadis itu melanjutkan. "Jika kamu hanya mengurus hari sekarang, maka kamu akan bahagia karena lilin masi di tangan, namun jika kamu berpikir panjang akan hari esok, maka kamu akan mulai khawatir semenjak lilin itu dinyalakan."

Sang Bayangan diam. Entah apa yang terjadi, ia terus membisu hingga sang gadis menyusut air matanya sendiri.

"Kenapa diam?" tanya gadis itu.

"Kamu sudah mengetahui jawabannya, semua pertanyaanmu sudah ada di kepalamu. Diri dan hatimu tertinggal di tempatnya, hanya kamu yang sedang tidak merasakannya saat ini. Jika kamu takut masa depan, maka hanya dirimu sendiri yang bisa menghadapinya, sama halnya saat kamu mempertanyakan dimana hati dan dirimu. Hanya kamu yang tahu, bahwa masa depanmu ada di bayangan yang akan kamu lihat di cermin ini, nanti setelah aku menghilang,"jawab bayangan di cermin.

Perlahan bayangan di cermin membayang. Samar-samar gambar hitam di permukaannya menghilang, semakin samar dan menghilang. Hingga akhirnya, cermin itu benar-benar kembali seperti semula.

Hanya bayangan gadis itu sendiri yang terlihat.
Dan itu menjawab semua pertanyaan.

Dimana kita mencari kebahagiaan?
Dimana kita menemukan kesedihan?
Dimana pula saat kita butuh bantuan dan pertolongan?
jawabannya hanyalah, dari diri kita sendiri. Hanya diri kita sendiri yang kita punya untuk menghadapi semua, hanya diri sendiri yang yakin bisa diandalkan, dan kadang itu sendiri sudah cukup.

Gadis itu akhirnya tersenyum, kembali

*Berkat obrolan menyenangkan dengan seorang ijazah SD

Sabtu, 27 Desember 2008

13.58.00

The Evil Twin, Horor Korea Yang Tidak Terlalu Horor

Semalam mampir di rumah teman, berhubung masih agak sore akhirnya memutuskan untuk nonton film.
banyak pilihan DVD, dan akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada film ini.


cover depannya seram sekali, namun teman saya meyakinkan bahwa film ini tidak seseram film horor Indonesia.
dan yap... akhirnya saya menonton.

The Evil Twin mengisahkan tentang hantu seorang gadis yang meninggal karena tenggelam di danau. Kejadian bermula saat gadis itu beserta saudara kembarnya terjatuh setelah memperebutkan gelang di danau, dan sang ibu, yang ternyata sejak awal pilih kasih hanya menyelamatkan salah satu, yaitu gadis yang memakai gelang.

Setelah sepuluh tahun berlalu, arwah gadis yang meninggal itu gentayangan dan memburu satu per satu teman-teman semasa kecil mereka. Ia juga membayangi kehidupan kakaknya, saudara kembarnya yang hilang ingatan sejak kejadian di danau.

Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti alur ceritanya, mungkin karena perbedaan bahasa, dan juga translate dalam bahasa Malaysia yang kadang terdengar aneh, syukur sebelum nonton sudah dapat spoiler dari teman.

Sebagai film horor, film ini lumayan mengejutkan (karena pada dasarnya saya memang penakut), terutama adegan saat sang ibu menyisir rambut sang kakak dan saat ia membelah rambutnya, wajah lain muncul di baliknya. namun secara umum, kualitas horornya masih kalah jauh dengan horor Indonesia, baik dari segi make up hantu, special efek, musik dan juga kejutannya.

Dan oh, hantunya cantik sekali. walaupun dandannya sama dengan hantu Indonesia, baju putih dan rambut panjang, namun ia tidak memakai hiasan wajah,rambutnya juga lurus, ga seperti rambut kunti yang rada gimbal.
melihat hantu yang ini, memangnya siapa yang takut?



Tokoh utama prianya juga luar biasa ganteng. setelah tak search di net, ternyata namanya Jae hee. artis korea yang sempat saya lihat di salah satu dorama yang lupa ah judulnya.tapi dibandingkan dengan poto dibawah ini, rasanya dia yang di film The Evil Twin jauh lebih cakep, kekekek


dan secara umum, saya suka film ini karena temanya korea banget. sangat unik dan cantik, apalagi dengan setting pedesaan itu.
dan bagi yang ingin tahu review lebih lanjut, bisa dilihat di sini. saya kurang pintar merivew soalnya, hehehe

Rabu, 24 Desember 2008

13.41.00

Termanggu...

Pernah merasa dekat.
Ketika jalan sedang bercabang dua
dan rasa belum sepenuhnya terkenali.

Tak wajar tersia-siakan saat itu, begitu sekarang berpikir.
Karena ternyata,
dia kembali jauh sebelum sempat benar-benar dekat,
lalu benar-benar pergi saat hati baru tersadar,
bahwa ia memang selalu ada didalam sini.

Dan sekarang, yang tertinggal hanya...
termanggu....

Senin, 22 Desember 2008

10.06.00

Untuk Dua Puluh Tiga Tahun Ini....

Buat Ibu

Hari ini, memang bukan hari spesial untukmu, karena rutinitasmu tetap sama seperti kemarin. Memasak, mengurus ternak, mengurus rumah tangga, mengurus bermasyarakat. Tidak ada hal khusus, ataupun pengetahuan intelek akan hari ini, karena keseharianmu jauh lebih mulia daripada sekedar makna hari ini.

Ibu, bertahun-tahun waktu aku jauh, aku mohon maaf kalau aku tidak menjadi dekat denganmu. Kadang aku durhaka, hanya meminta namun tidak pernah memberi, ataupun tidak pernah membagi cerita. Hanya memberi cemberut saat datang.

Ibu, walaupun demikian, aku beruntung memilikimu. Wanita perkasa, tameng yang melindungiku dari takut, wadah yang mengalasiku saat butuh, ataupun pakaian yang menyelimutiku saat membutuhkan.

Semoga untuk kedepan, aku bisa lebih berbakti, walaupun sejak dua pulu tiga tahun ini belum pernah bisa untuk 'sekedar' berbakti.

Terimakasih, Ibu

Selamat hari Ibu

Sabtu, 20 Desember 2008

12.33.00

Bawang Merah dan Bawang Putih

untuk cecil yang kecepatan, selamat ulang tahun. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan bukan untuk diperbincangkan, namun semata-mata untuk membuatnya jadi indah. Miss u

Suatu hari di keranjang bumbu sebuah rumah, dua keluarga bawang sedang asyik menikmati matahari pagi yang menerobos masuk lewat jendela yang terbuka. Si Bawang Putih bertengger pongah di bagian atas, badannya yang besar dan dengan sedikit tangkai membuatnya selalu berada di atas karena akan menyesakan keranjang jika ditaruh di dasar. Sementara di bagian bawahnya, Bawang Merah terpojok di bagian dasar dengan kulitnya yang merah namun sudah keriput.

Bawang Putih paling senang mentertawakan bagian itu.

“Lihatlah diriku, seberapa lama aku hidup, kulitku akan selalu mengkilap dan licin. Siungku penuh, tidak mengkerut sepertimu saat dimakan usia,” ejeknya sambil tertawa.
Bawang Merah hanya tersenyum. Biasanya ia hanya mendumbel sebal dalam hati saat Bawang Putih mencemoohnya tiap hari dengan materi yang berbeda.


Namun kali ia tidak tahan. “Biarkanlah aku hidup dengan kekuranganku, kulit terkelupas, merah membara, kerisut dan membusuk. Namun setidaknya kalau tidak aku, nasi goreng tidak akan lezat!”

Mendengar hal itu, Bawang Merah tertawa. “Apa? Lezat? Tidak salah?” ia melanjutkan tertawa, sampai terpingkal-pingkal.

“Tidakah kamu pernah melihat kalau orang membuat nasi goreng tidak perlu memakai bawang merah? Yang mereka perlukan adalah aku, Bawang Putih, yang dicincang dan mengeluarkan aroma terenak sepanjang masa. Dan kau, Bawang Merah, hanya jadi penabur, bumbu tambahan yang tidak akan membuat yang memakan kehilangan selera jika kamu tidak ada.”

Bawang Merah diam sesaat, ouh, rupanya ia mengambil kelebihan yang kurang tepat.
“Terserah kamu saja, tapi Ibu-Ibu rumah tangga, lebih sering membeli aku daripada kamu! Lihatlah mereka di pasar, berkilo-kilo membeliku, sementara dirimu, paling banyak hanya satu kilo.”

Namun Bawang Putih makin terkekeh. “Kamu sungguh lugu dan bodoh. Mereka membelimu banyak-banyak karena ukuranmu yang kecil, sungguh boros saat dipakai memasak. Rasamu tidak pekat, jadi jika hanya diisi sedikit tidak akan membuat masakan lezat!” hardik Bawang Putih dengan sangarnya.

Bawang Merah kembali diam, merasa tertohok.

“Sadarlah, Bawang Merah. kamu tidak lebih berarti daripada aku. Aku banyak manfaatnya, bumbu dasar nasi goreng itu aku, siungku memiliki zat anti kanker yang baik untuk manusia, dan pernah kan kamu mendengar di Cina sana, orang-orang memakaiku untuk mengalahkan vampire?” Bawang Putih kembali terkekeh.

“Sadarlah kamu juga, bahwa ukuranmu yang besar itu juga memenuhi wadah? Merugikan manusia?” balas Bawang Merah perlahan.

Bukannya kalah, tawa Bawang Putih makin menjadi-jadi.

“Hey, cuma masalah keranjang, manusia bisa membuat banyak keranjang untuk menamung bumbu-bumbu lain. Mereka tidak akan merasa dirugikan, justru karena aku besar itu sangat menguntungkan mereka. Nyawaku banyak karena satu butir berisi banyak siung, dan itu membuat pengeluaran mereka semakin irit.”

Mendengarnya Bawang Merah hanya diam. Bawang Putih semakin senang karena ejekannya berhasil.

“Dan lagipula, kamu mempunyai gas menyengat yang menganggu. Manusia menangis saat mengirismu. Aku berani taruhan kalau mereka tidak akan memakaimu jika bisa menemukan butiran bawang lain yang lebih bersahabat. Tidak keriput, tidak kerisut, tidak berbau menyengat. Dan… kurasa juga sudah ada penggantimu, Bawang Bombay, jauh lebih besar, tidak terlalu mengeluarkan gas yang membuat perih dan… dia itu bawang impor. Aku lebih senang berkeluarga dengan dia,” Bawang Putih melirik Bawang Merah yang makin tersudut. “Bukan dengan bawang kecil menyedihkan sepertimu!”


Bawang Merah tetap diam, membiarkan Bawang Putih berbicara panjang lebar tentang Bawang Bombay itu.


Disaat yang bersamaan, pintu dapur terbuka. Penghuni rumah, seorang wanita cantik masuk bersama seorang lelaki tampan sambil membawa bungkusan. Mereka tertawa-tawa, saling bercanda, dan kedua bawang mendengar mereka akan memasak bersama.

“Sayang, kita masak apa?”

“Masak hati dengan bumbu cinta!” jawab sang wanita sambil meletakan bungkusan dan mengambil keranjang bumbunya.

Mereka kembali terkikik.

“Sayang, kupas bawangnya tolong!” pinta sang Wanita.

Lelaki tampan itu bergeser menghadap ke keranjang, memilih-milih bawang, namun menggeleng saat melihat betapa kecilnya si Bawang Merah. Ia mengambil bungkusan yang dibawa sang Wanita lalu mengeluarkan butir-butir bawang bombay yang besar dan ranum.
Bawang Putih tersenyum mengejek. “Nah, kamu lihat sendiri kan, lelaki itu lebih memilih Bawang Bombay daripada kamu!”

Bawang Merah hanya bisa terdiam, tersuruk di sudut.

Sang wanita menoleh, melihat pacarnya menggenggam bawang bombay.

“Aduh, Sayang, jangan bawang yang itu! kita tidak akan membutuhkan bawang yang besar itu untuk masakan kita, karena rasanya kurang kuat. Pakai Bawang Merah, yang kecil-kecil itu!”

Bawang Merah tersenyum mendengarnya. “Nah, dengarkan kamu, orang yang pintar memasak lebih memilihku daripada keluarga impor yang kamu dengungkan tadi. Sedangkan kamu sendiri, sama sekali tidak bisa memasak namun sudah berani menilai sesuatu. Lain kali, belajarlah memasak dahulu, baru kemudian menilai bumbu apa yang paling penting.”

Sang lelaki mengambil bawang merah, bersiap akan mengupas. “Bawang putihnya juga, Sayang?”

“Tidak! Kita tidak memakainya, aku tidak suka. Baunya ga enak!”

Sang lelaki mengangguk, mulai mengayunkan pisaunya ke arah kulit keriput sang Bawang Merah yang mengikik menang. Sayup-sayup, terdengar suara keresak saat kulit-kulit keriput itu diangkat, hingga akhirnya ada siung kecil yang merah merona dan indah.

“Eh, Bawang Putih, kurasa ada untungnya aku hanya punya satu nyawa,” teriak Bawang Merah dari tangan sang lelaki. “Aku lebih cepat ke surga daripada kamu, dan di surga aku tidak perlu mendengarkan ocehan orang tua seperti kamu. Selamat tinggal, berbahagialah dengan keluarga impormu si Bawang Bombay!”

Lalu sang wanita datang dan menuangkan bawang Bombay yang basah ke keranjang. Cairannya memercik, menetes di kulit Bawang Putih yang mengeryit.

“Hatcca hatcaaa haccaa Bawang Putih, saia Bawang Bombay hayaa…” teriak Bawang Bombay dengan semangat.

Dan untuk hari-hari selanjutnya, Bawang Putih makin mengkerut karena pusing mendengar suara Bawang Bombay yang nyaring sangat impor itu.

****

20 des 08

Jumat, 19 Desember 2008

10.50.00

Having Fun with Poker

Poker is general game for the gambler. Many people know this game as one of casino games. By using card as the playing mediator, poker has famous as one of casino game, both of casino online or casino on the real place.

Poker becomes more familiar now, because there are many websites that offer online free poker in the internet. Getting information about play poker online is also easily. When I try to search how to play poker in the search engine, I get thousand pages that write about.

Like other games such as blackjack or Roulette, these topics attract more visitors. The expert on this game write about the tutorial, tips or other advise to win. One of the biggest social website in the internet has provided the free media to play poker. Many people buy the chip for playing this game. But we already know, not all of the player will spend their money there. We know that poker is not always play for gamble. Many people play this game to learning how to play poker, so when their friend ask about the poker, they can explain. So the game is just to having fun not for make money or addicted like.

So we can’t judge if the poker player is a gambler. Poker is just a game, but the different of motivation makes the game become a gambler.

Rabu, 17 Desember 2008

14.41.00

Antara Datang dan Pergi itu...

Sesuatu itu akan datang ketika waktunya tepat, dan kadang waktu yang tepat bukan waktu yang baik bagi semua orang. Hal yang wajar, sesuatu yang tepat belum tentu baik, karena baik menurut persepsi orang adalah adanya kesempatan untuk memilih. Namun ketepatan itu kadang tidak memberikan kesempatan untuk itu.

Sesuatu pula akan pergi saat waktunya tepat, dan sekali lagi, tepat bukan berarti baik. Malah, kepergian seringkali lebih sadis dalam soal ketepatan waktu, tidak ada kata undur, sekalipun dalam keadaan gawat. Dan takdir, memperparah hal itu, hampir di setiap jengkal kehidupan manusia.

Datang dan pergi adalah hal lumrah dalam hidup. Bukan sesuatu yang harus dipersulit ataupun dilebih-lebihkan. Namun saat dua hal itu dipaksakan, saat itulah ia akan menjadi tidak wajar. Keadaan 'tidak wajar' ini, melahirkan berbagai akibat, yang kadang cenderung tak lebih dari sebuah sugesti pribadi, hanya perasaan yang lahir karena kekurangpuasan atas implikasi datang dan pergi itu sendiri.

Datang dan pergi, sebuah fenomena dalam hidup. Bukan kewajiban, namun unsur wajib dalam hidup.

Bingung?
silahkan bingung. Karena saya juga bingung.

Senin, 15 Desember 2008

12.40.00

No Mood For Today

Seharusnya ngerjain PR dari Memi
hari ini, tapi rasanya ini kepala ga nurut untuk nginget ke masa lalu, atau justru karena seumur-umur saya ga pernah jadi orang gokil ya?

WWhateverlah, moga Memi ga marah saya telat ngerjain PR (atau mungkin ga ngerjain), kekeke
tapi sebagai gantinya, saya bajak kalimat motivator Mario Teguh yang semalam saya tonton acaranya

"Saat anda mencintai seseorang, bangunlah rumah anda di hatinya"


Tetapi bagaimana kalau orang yang kita cintai itu begitu tertutup, hingga jangankan bikin rumah, untuk membuka pintunya saja susahnya minta ampun.


Sure, there is no mood for anything today.

Sabtu, 13 Desember 2008

09.14.00

Semangat Hidup Dari Tunas Daun Hijau

Artikel ini diambil dari Koran Sinar Harapan Online. mengisahkan tentang Seorang perempuan Jepang yang selamat dari peristiwa bom atom Hiroshima 60 tahun yang bangkit dari depresi setelah melihat tunas-tunas daun baru dari sebuah ranting pohon Payung Cina yang mengalami nasib sama dengannya.

Menyikapi maraknya kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini, artikel tersebut seharusnya mengilhami orang-orang yang kehabisan semangat hidup (termasuk saya mungkin suatu saat nanti kekeke). Bagaimana tidak, seorang Suzuko Numata yang telah kehilangan banyak hal, termasuk kedua kaki saja masih bisa tersentuh oleh pucuk daun hijau itu, hingga akhirnya ia mendapatkan semangat hidup dan mempunyai keinginan untuk menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia.

Mungkin memang beda kasus dengan di Indonesia, seperti dilansir oleh Bandung detik.com, kebanyakan kasus bunuh diri di Indonesia disebabkan oleh faktor Anomik, yaitu kebingungan. Namun intinya tetap sama, dari kebingungan itu akan menyebabkan depresi tingkat tinggi,dan seperti kasus Suzuko Numata, depresi juga menyebabkan ia beberapa kali ingin membunuh diri.

Pertanyaannya sekarang, bisakan orang Indonesia yang sedang depresi itu tersentuh oleh hanya pucuk daun hijau?
Jawabannya sepertinya meragukan, lihat jumlah pohon di Indonesia, tentu jauh lebih banyak daripada pohon di Jepang, tapi tetap saja banyak orang Indonesia yang bunuh diri.

Atau malah sekarang urusan itu kembali pada pribadi orang yang bersangkutan?

Kamis, 11 Desember 2008

14.14.00

Kontoversi PKL : Antara Keindahan Kota dan Himpitan Ekonomi

Ini topik debat di TV One semalam. Yang biasanya saya malas menonton karena terkesan peperangan, tapi setelah dibetah-betahin, ternyata punya sisi yang menarik.

Saya hanya menonton sesi pertama, debat antara koordinator Urban Poor Consortive (UPC)dengan Kepala Dinas Tata Kota DKI Jakarta, walaupun saya sama sekali tidak tahu bagaimana wajah PKL di Jakarta, tetapi berita-berita penggusuran dan penyitaan di televisi membuat saya tertarik.

Koordinator UPC mempermasalahkan penggusuran PKL, yang dinilai lebih menekan hak hidup rakyat kecil. Penggusuran dilakukan dimana-mana, relokasi wilayah PKL ke area-area yang tidak hoki ataupun penggusuran yang dilakukan dengan kekerasan termasuk perampasan georbak-gerobak ataupun barang dagangan mereka.

Saya salut dengan kordinator UPC, seorang wanita yang saya lupa namanya. Beliau berbicara dengan begitu tenang, perlahan, tetapi tajam dan menohok. termasuk saat menangapi pernyataan panelis TV One yang menanyakan kenapa PKL tersebut malah urbanisasi ke Jakarta. jawabannya membuat saya geli, "kalau di desa mereka sejahtera, tidak mungkin mereka akan datang ke jakarta."

Intinya dari yang saya tangkap, pihak UPC hanya meminta Pemda melakukan penataan terhadap PKL, dengan mengambil contoh kawasan Malioboro Yogyakarta yang walaupun berdagang di trotoar tetap tidak menganggu karena penataannya dilakukan dengan baik.
Pada saat itu sih Kepala Dinas Tata Kota menyanggupi, dengan mengatakan akan menyampaikan hal itu pihak yang berwenang, namun sekali lagi koordinator UPC menyentil dengan mengatakan "Semoga pernyataan bapak bukan hanya untuk konsumsi televisi!"

Ada hal menarik lain dalam debat ini. Hampir sepanjang sesi pertama, koordinator UPC menekankan permasalahan pada Satpol PP, dimana satuan polisi khusus itu cenderung melakukan kekerasan saat melakukan penataan. dan memang seperti yang ditayangkan di televisi, rata-rata Satpol PP dalam melakukan penataan, entah itu PKL ataupun rumah kumuh, cenderung disertai dengan kekerasan.
Jadi mungkin wajar jika pihak PKL meminta agar Satpol PP ditarik saja, atau mungkin benar seperti yang diungkapkan UPC sembari bercanda,

"Satpol PP disuruh bersihin got saja, bukan untuk gusur PKL"

Hmm... mungkin Jakarta akan bebas banjir kali kalau Satpol PP rajin bersihin got, seperti rajin menggususr PKL. hehee
.

Rabu, 10 Desember 2008

09.08.00

Warung Kejujuran

Adalah warung dimana tidak ada kasir yang menjaga, setiap orang yang membeli diuji kejujurannya apakah membayar tepat, lebih, kurang, atau malah lupa membayar.

Semalam saya menonton berita di Metro TV, ada sebuah berita yang menarik perhatian saya. Telah dibuka warung kejujuran di Kantor KPK serta di sebuah SMP di wilayah Padang Sumatera Barat sana.

Menurut logika, harusnya sarang yang paling bersih dari korupsi di negeri kita adalah kantor KPK, namun nyatanya, setelah beberapa lama warung itu malah merugi terus. Hingga saat berita tersebut disiarkan, warung itu sudah kehabisan dagangannya, semua rak kosong, kulkas tak berisi.
Tetapi keadaan berbalik di SMP di Padang, warung kejujuran yang dibuka itu memperoleh untung yang bahkan, dalam waktu dua tahun sudah bisa dipakai membeli sebuah mobil untuk operasional sekolah.

Nah lo, kenapa bisa begitu. Apa ini mencerminkan bahwa sekarang yang tua kurang bisa menjadi jujur, hanya membayar minuman ribuan perak aja bisa lupa, bagaimana untuk mengusut aliran dana BLBI yang uangnya sampai milyaran rupiah. yakin itu kagak ada yang ditilep :P

Sabtu, 06 Desember 2008

08.30.00

Ke Malaysia dan Singapura Gratis? Ikut...

Semalam, karena sedang tidak enak badan dan meringkuk sejak jam tujuh sore di tempat tidur, sekitar jam setengah sepuluh terbangun oleh dering telpon. Ah, saya lupa mematikannya. Yang menelpon ternyata seorang sahabat jauh, yang memang sudah relatif jarang bertegur sapa karena kesibukannya.

Namanya Kiki, anak pertanian yang nyasar jadi wartawan Jawa Pos di Surabaya sana. Dengan sinyal yang agak menganggu akibat sawah beton tempat ia bekerja, ia bercerita bahwa akan pergi ke Singapura pada tanggal 10 Desember nanti. Bagian Pariwisata Singapura sana, yang entah apa namanya tengah mempromosikan wilayahnya dengan mengundang wartawan dari Indonesia untuk menyaksikan langsung daerah wisata di sana, dan teman saya beserta seorang rekannya dari Surabaya mendapat kesempatan emas itu.

Jalur perjalanannya berawal dari Singapura, liputan selama dua hari. Lalu naik kapal pesiar gratis selama beberapa saat yang ini yang paling keren, kapan lagi orang indonesia dengan perekonimian menengah bisa naik kapal pesiar? wkwwkk), untuk kemudian berlabuh di Malaysia. Di negeri itu, Kiki akan berwisata sekaligus bekerja selama dua hari.

Hmm... saya yang mendengarnya saja sudah girang bukan kepalang, masalahnya kesempatan begini tidak akan datang dua kali. Bersyukur pula Kiki sudah punya paspor,karena sebenarnya yang hendak diberangkatan adalah rekan seangkatannya yang lain, namun berhubung rekannya itu tidak punya paspor, Kiki lah yang berangkat.

Duh, padahal saya ingin ikut. Ingin lihat Merlion, Menara di Malaysia juga kota taman Singapura yang dengar-dengar besarnya tidak lebih dari Pulau Bali.
tapi apa daya, duit kagak nyampe. wkwkwk. tapi tak apalah, tidak bisa ikut, nitip cowok cakep juga boleh. wkwkwkkw

Kamis, 04 Desember 2008

13.26.00

Antara Otak dan Hati

Hari telah mencapai petang kala itu, saat terjadi perdebatan sengit antara dua buah organ di dalam tubuh manusia. Sang Hati dan Sang Otak, entah kenapa keduanya seringkali berselisih paham akan suatu hal, yang selalu diakhiri dengan kemenangan sekaligus menangisnya Sang Hati.

"Ingat, bagaimana perlakuannya pada kita, buat apa kita mengucapkan hal itu padanya?" sergah Sang Otak.

Sang Hati menggeleng, dengan sayu menjawab. "Tidak begitu! Memang kamu menganggap perlakuannya selama ini begitu asing bagi kita, tapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatinya."

Sang Otak marah. "Tidak cukupkah penderitaan kita selama ini? siang dan malam terbayang-bayang, tidak enak tidur, tidak enak makan, hanya suasana muram yang entah mengapa!"

"Tapi aku ingin, Titik!"

Sang Otak mendengus, dan akhirnya begitulah setiap saat. Hati selalu menang, ini pula pangkal mengapa ada pepatah yang mengatakan bahwa cinta tidak mengenal logika, tidak mengenal otak.

"Terserah!" tegas Sang Otak. "Tetapi aku tidak mau menanggung akibatnya!"


Akhirnya maksud Sang Hati yang dilaksanakan, mengirim sajak hari lahir pada dua organ di tubuh seberang, yang jauh dari Sang Otak namun terasa dekat oleh Sang Hati.
wish u all the best


Mereka menunggu, antara ingin dan menolak, Sang Hati dan Otak kembali berselisih paham.

"jangan ditunggu!" ingat Sang Otak.
"Iya, tapi aku berharap dia membalas!" jawab Sang Hati.
"Itu sama saja dengan bohong, jangan ditunggu!"
"Tidak!"
"Jangan!"
"Tidak!"

Akhirnya, balasannya datang, seuntai sajak terimakasih, sedikit panjang dengan penjelasan segala macam.

"Lihatlah, dia tidak melupakan kita!" jerit Sang Hati senang. Sekali lagi membaca untaian itu, tanpa berkedip.

Sang Otak hanya diam, menyaksikan. Sesekali ia ingin mengingatkan Sang Hati, agar jangan terlalu menganggap balasan itu sebagai sesuatu yang serius, karena bagaimanapun Sang Hati begitu sensitif dan bisa saja kembali tergoda untuk menyimpan bayang itu dalam relungnya. Lama Sang Otak memikirkannya, hingga akhirnya ia menyadari sesuatu.

Sang Otak menangis.

"Kenapa menangis?" tanya Sang hati yang masih bahagia.

Sang Otak menjawab. "Aku menangis, karena baru menyadari betapa besar arti dia bagimu, bagi kita dan bagi tubuh ini. Hanya balasan sedikit ini saja kamu sudah begitu bahagia, apalagi jika lebih. Membuatku makin takut, kalau kita memang benar tidak bisa lepas darinya."

Sang hati termenung, diam. Menyadari bahwa, semua itu benar.
Semua itu benar. dan masalahnya, dia adalah satu yang harus ditinggalkan kalau mau hidup tanpa sakit.
mereka terdiam, kembali menangis.




this is real

Selasa, 02 Desember 2008

09.17.00

Saat Si Obat Nyamuk Berbicara

Sahabatku,
sampai kapan aku harus menunggu di sudut meja ini? Menatapi dirimu dan dia bermesraan begitu? Kamu ingin mengujiku, ya? Atau mau mengejekku karena aku sedang sendiri? Haahaa… hari ini kamu berhasil, memang aku sedikit iri, nih. Tapi tunggu dulu, kurasa bukan hanya kamu yang ingin mengejekku, pacarmu juga sepertinya. Jadi sebentar, aku mau bicara pada pacarmu dulu

Kau, laki-laki yang bermesraan dengan sahabatku,
Hey, ingatlah keberadaanku disini. Sedari tadi aku menunggu kalian, melihat kalian tertawa-tawa bersama di sana. Aku bukan pameran, dan aku juga bukan penonton, walaupun iyah, aku memang obat nyamuk. Tetapi ingat, aku juga mengharapkan kekasihmu.

Hey, lelaki menyebalkan. Suatu saat, akan kubuat dirimu yang ada di posisiku, meradang menjadi penonton dengan sebal dan dongkol mau memuncak. Nanti aku yang akan merebut kekasihmu, mengajaknya ke suatu tempat yang tidak ada sangkut pautnya denganmu.

Lelaki, dengarlah. Aku sudah terlalu lama tidak bertemu dengan kekasihmu. Hampir sebulan, semenjak ia terakhir kali pindah dari kamar kost di sebelahku. Selama itu pula kamu memonopolinya, menemaninya setiap malam. Nah, karena itu, berhubung sekarang aku sedang sakau tong sampah, maka ijinkan aku menyabotase kemesraan kalian. Dan akan kulakukan sekarang juga!

Sahabatku,
Aku sudah cukup dengan pacarmu, maka kesinilah sebentar.
Kita lama tak bertemu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. kamu tahu bukan, aku menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri, karena itu, banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu, seperti banyak hal yang ingin aku renungkan sendiri.

Sahabatku, kemarilah! Tinggalkan sebentar pacarmu itu. Mari kita membagi cerita, bertukar tawa dan sedih. Ada banyak hal yang mungkin tidak bisa kamu bagi pada pacarmu, tapi kamu bisa dengan gamblang membaginya padaku. Mumpung masih ada banyak ruang kosong di hatiku, yang sekarang masih tersia-siakan oleh seseorang. Jadi aku bisa sepenuhnya mendengarkanmu.

Sahabatku, dengarkanlah aku. Malam kemarin, aku sedang merenung ketika tiba-tiba sebuah telpon masuk. Seorang teman lama yang terlupakan karena egoisitasnya. Dia langsung bertanya tanpa basa-basi, tentang apakah di tempatku menerima karyawan baru. Oh, kamu tahu apa yang aku katakana untuk menjawabnya, aku langsung mengatakan TIDAK!

Oh, aku benci pada seseorang yang seperti itu. Dia, hanya mengaku sebagai teman saat dia butuh, sama seperti dulu-dulu. Sejenak aku merindukan sosok sepertimu, namun aku tidak enak kalau harus langsung menutup telpon. Aku layani ia mengobrol, dengan sedikit basa-basi basi. Sampai akhirnya mungkin ia sadar, dan menutup telpon dengan pesan “kalau ada info, kasih tahu aku ya!” Ih, menyebalkan! Maka aku langsung melupakannya, melupakan teman yang lama dan terlupakan itu. Aku lebih menyukai orang sepertimu.

Sahabatku, kamu tahu apa yang membuat kita dekat? Kurasa aku tahu, kita saling memberi, memberi waktu dan ruang, memberi kesempatan dan feedback yang baik untuk masing-masing. Setelahnya kita saling menerima, dihargai dan kadang-kadang, menerima saran-saran.

Kala aku sedang gundah, entah kenapa dirimu selalu menjadi setitik embun. Aku suka embun, karena itu aku menyebutmu embun. Engkau selalu tahu apa yang aku butuhkan dalam gundah, sebuah dorongan, sebuah pembelaan, terserah apakah aku memang benar atau salah. Kamu selalu bisa memberikannya, dan lalu mengkoreksinya ketika perasaanku sudah membaik. Jadi, bercerita kepadamu, itu sama artinya dengan mengadu tanpa sedikitpun diadili.

Kamu ingat saat seseorang memakiku? Aku bersyukur karena kamu ada disampingku. Kamu bersedia menambah dosa hanya karena tidak tahan melihatku dicaci, kamu memakinya balik, melemparkan sesuatu yang seperti kutukan hingga akhirnya orang itu melarikan diri dengan segudang kemarahan. Setelahnya, kita berdua tertawa, lega sekaligus tak habis pikir, kenapa ada orang seperti itu.
Dan sewaktu kamu pindahan, sesaat setelah kembali pulang dan menemukan kamarmu diisi orang lain,

Sahabatku, aku selalu tidak sabar menunggu kedatanganmu. Aku berusaha memberi waktu lowong untukmu, menyediakannya dan akhirnya mengisinya dengan obrolan panjang sampai lewat tengah malam. Haha… aku ingat terakhir kali kamu menginap, kita bahkan sampai membuat aturan, siapa yang berbicara setelahnya akan kena cubit. Yah, walaupun awal-awalnya malah terjadi saling cubit karena masing-masing tetap bicara, cara itu manjur. Kita bisa tidur dan terbangun pagi-pagi karena kamu harus bergegas mengejar jam kerja. Dan sejam setelahnya, smsmu kuterima, dengan ucapan terimakasih atas bagian ranjangku yang selalu lowong untukmu. Adakah yang lebih membahagiakanku selain itu?

Dengan segala kekuranganku, aku ingin menjadi seseorang berarti bagi orang walaupun hanya bisa sebatas pendengar. aku ingin membuatmu tersenyum, dalam keadaan senang atau susah. Aku ingin menjadi seseorang yang seperti itu, bagimu.

Nah, sahabatku, datanglah segera. Aku menunggumu, dengan sejuta kasih dan cerita. Kita berbagi seperti dulu lagi, dan setelahnya, kamu bisa kembali kepada kekasihmu.


About