Saat Si Obat Nyamuk Berbicara
Sahabatku,
sampai kapan aku harus menunggu di sudut meja ini? Menatapi dirimu dan dia bermesraan begitu? Kamu ingin mengujiku, ya? Atau mau mengejekku karena aku sedang sendiri? Haahaa… hari ini kamu berhasil, memang aku sedikit iri, nih. Tapi tunggu dulu, kurasa bukan hanya kamu yang ingin mengejekku, pacarmu juga sepertinya. Jadi sebentar, aku mau bicara pada pacarmu dulu
Kau, laki-laki yang bermesraan dengan sahabatku,
Hey, ingatlah keberadaanku disini. Sedari tadi aku menunggu kalian, melihat kalian tertawa-tawa bersama di sana. Aku bukan pameran, dan aku juga bukan penonton, walaupun iyah, aku memang obat nyamuk. Tetapi ingat, aku juga mengharapkan kekasihmu.
Hey, lelaki menyebalkan. Suatu saat, akan kubuat dirimu yang ada di posisiku, meradang menjadi penonton dengan sebal dan dongkol mau memuncak. Nanti aku yang akan merebut kekasihmu, mengajaknya ke suatu tempat yang tidak ada sangkut pautnya denganmu.
Lelaki, dengarlah. Aku sudah terlalu lama tidak bertemu dengan kekasihmu. Hampir sebulan, semenjak ia terakhir kali pindah dari kamar kost di sebelahku. Selama itu pula kamu memonopolinya, menemaninya setiap malam. Nah, karena itu, berhubung sekarang aku sedang sakau tong sampah, maka ijinkan aku menyabotase kemesraan kalian. Dan akan kulakukan sekarang juga!
Sahabatku,
Aku sudah cukup dengan pacarmu, maka kesinilah sebentar.
Kita lama tak bertemu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. kamu tahu bukan, aku menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri, karena itu, banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu, seperti banyak hal yang ingin aku renungkan sendiri.
Sahabatku, kemarilah! Tinggalkan sebentar pacarmu itu. Mari kita membagi cerita, bertukar tawa dan sedih. Ada banyak hal yang mungkin tidak bisa kamu bagi pada pacarmu, tapi kamu bisa dengan gamblang membaginya padaku. Mumpung masih ada banyak ruang kosong di hatiku, yang sekarang masih tersia-siakan oleh seseorang. Jadi aku bisa sepenuhnya mendengarkanmu.
Sahabatku, dengarkanlah aku. Malam kemarin, aku sedang merenung ketika tiba-tiba sebuah telpon masuk. Seorang teman lama yang terlupakan karena egoisitasnya. Dia langsung bertanya tanpa basa-basi, tentang apakah di tempatku menerima karyawan baru. Oh, kamu tahu apa yang aku katakana untuk menjawabnya, aku langsung mengatakan TIDAK!
Oh, aku benci pada seseorang yang seperti itu. Dia, hanya mengaku sebagai teman saat dia butuh, sama seperti dulu-dulu. Sejenak aku merindukan sosok sepertimu, namun aku tidak enak kalau harus langsung menutup telpon. Aku layani ia mengobrol, dengan sedikit basa-basi basi. Sampai akhirnya mungkin ia sadar, dan menutup telpon dengan pesan “kalau ada info, kasih tahu aku ya!” Ih, menyebalkan! Maka aku langsung melupakannya, melupakan teman yang lama dan terlupakan itu. Aku lebih menyukai orang sepertimu.
Sahabatku, kamu tahu apa yang membuat kita dekat? Kurasa aku tahu, kita saling memberi, memberi waktu dan ruang, memberi kesempatan dan feedback yang baik untuk masing-masing. Setelahnya kita saling menerima, dihargai dan kadang-kadang, menerima saran-saran.
Kala aku sedang gundah, entah kenapa dirimu selalu menjadi setitik embun. Aku suka embun, karena itu aku menyebutmu embun. Engkau selalu tahu apa yang aku butuhkan dalam gundah, sebuah dorongan, sebuah pembelaan, terserah apakah aku memang benar atau salah. Kamu selalu bisa memberikannya, dan lalu mengkoreksinya ketika perasaanku sudah membaik. Jadi, bercerita kepadamu, itu sama artinya dengan mengadu tanpa sedikitpun diadili.
Kamu ingat saat seseorang memakiku? Aku bersyukur karena kamu ada disampingku. Kamu bersedia menambah dosa hanya karena tidak tahan melihatku dicaci, kamu memakinya balik, melemparkan sesuatu yang seperti kutukan hingga akhirnya orang itu melarikan diri dengan segudang kemarahan. Setelahnya, kita berdua tertawa, lega sekaligus tak habis pikir, kenapa ada orang seperti itu.
Dan sewaktu kamu pindahan, sesaat setelah kembali pulang dan menemukan kamarmu diisi orang lain,
Sahabatku, aku selalu tidak sabar menunggu kedatanganmu. Aku berusaha memberi waktu lowong untukmu, menyediakannya dan akhirnya mengisinya dengan obrolan panjang sampai lewat tengah malam. Haha… aku ingat terakhir kali kamu menginap, kita bahkan sampai membuat aturan, siapa yang berbicara setelahnya akan kena cubit. Yah, walaupun awal-awalnya malah terjadi saling cubit karena masing-masing tetap bicara, cara itu manjur. Kita bisa tidur dan terbangun pagi-pagi karena kamu harus bergegas mengejar jam kerja. Dan sejam setelahnya, smsmu kuterima, dengan ucapan terimakasih atas bagian ranjangku yang selalu lowong untukmu. Adakah yang lebih membahagiakanku selain itu?
Dengan segala kekuranganku, aku ingin menjadi seseorang berarti bagi orang walaupun hanya bisa sebatas pendengar. aku ingin membuatmu tersenyum, dalam keadaan senang atau susah. Aku ingin menjadi seseorang yang seperti itu, bagimu.
Nah, sahabatku, datanglah segera. Aku menunggumu, dengan sejuta kasih dan cerita. Kita berbagi seperti dulu lagi, dan setelahnya, kamu bisa kembali kepada kekasihmu.
sampai kapan aku harus menunggu di sudut meja ini? Menatapi dirimu dan dia bermesraan begitu? Kamu ingin mengujiku, ya? Atau mau mengejekku karena aku sedang sendiri? Haahaa… hari ini kamu berhasil, memang aku sedikit iri, nih. Tapi tunggu dulu, kurasa bukan hanya kamu yang ingin mengejekku, pacarmu juga sepertinya. Jadi sebentar, aku mau bicara pada pacarmu dulu
Kau, laki-laki yang bermesraan dengan sahabatku,
Hey, ingatlah keberadaanku disini. Sedari tadi aku menunggu kalian, melihat kalian tertawa-tawa bersama di sana. Aku bukan pameran, dan aku juga bukan penonton, walaupun iyah, aku memang obat nyamuk. Tetapi ingat, aku juga mengharapkan kekasihmu.
Hey, lelaki menyebalkan. Suatu saat, akan kubuat dirimu yang ada di posisiku, meradang menjadi penonton dengan sebal dan dongkol mau memuncak. Nanti aku yang akan merebut kekasihmu, mengajaknya ke suatu tempat yang tidak ada sangkut pautnya denganmu.
Lelaki, dengarlah. Aku sudah terlalu lama tidak bertemu dengan kekasihmu. Hampir sebulan, semenjak ia terakhir kali pindah dari kamar kost di sebelahku. Selama itu pula kamu memonopolinya, menemaninya setiap malam. Nah, karena itu, berhubung sekarang aku sedang sakau tong sampah, maka ijinkan aku menyabotase kemesraan kalian. Dan akan kulakukan sekarang juga!
Sahabatku,
Aku sudah cukup dengan pacarmu, maka kesinilah sebentar.
Kita lama tak bertemu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. kamu tahu bukan, aku menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri, karena itu, banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu, seperti banyak hal yang ingin aku renungkan sendiri.
Sahabatku, kemarilah! Tinggalkan sebentar pacarmu itu. Mari kita membagi cerita, bertukar tawa dan sedih. Ada banyak hal yang mungkin tidak bisa kamu bagi pada pacarmu, tapi kamu bisa dengan gamblang membaginya padaku. Mumpung masih ada banyak ruang kosong di hatiku, yang sekarang masih tersia-siakan oleh seseorang. Jadi aku bisa sepenuhnya mendengarkanmu.
Sahabatku, dengarkanlah aku. Malam kemarin, aku sedang merenung ketika tiba-tiba sebuah telpon masuk. Seorang teman lama yang terlupakan karena egoisitasnya. Dia langsung bertanya tanpa basa-basi, tentang apakah di tempatku menerima karyawan baru. Oh, kamu tahu apa yang aku katakana untuk menjawabnya, aku langsung mengatakan TIDAK!
Oh, aku benci pada seseorang yang seperti itu. Dia, hanya mengaku sebagai teman saat dia butuh, sama seperti dulu-dulu. Sejenak aku merindukan sosok sepertimu, namun aku tidak enak kalau harus langsung menutup telpon. Aku layani ia mengobrol, dengan sedikit basa-basi basi. Sampai akhirnya mungkin ia sadar, dan menutup telpon dengan pesan “kalau ada info, kasih tahu aku ya!” Ih, menyebalkan! Maka aku langsung melupakannya, melupakan teman yang lama dan terlupakan itu. Aku lebih menyukai orang sepertimu.
Sahabatku, kamu tahu apa yang membuat kita dekat? Kurasa aku tahu, kita saling memberi, memberi waktu dan ruang, memberi kesempatan dan feedback yang baik untuk masing-masing. Setelahnya kita saling menerima, dihargai dan kadang-kadang, menerima saran-saran.
Kala aku sedang gundah, entah kenapa dirimu selalu menjadi setitik embun. Aku suka embun, karena itu aku menyebutmu embun. Engkau selalu tahu apa yang aku butuhkan dalam gundah, sebuah dorongan, sebuah pembelaan, terserah apakah aku memang benar atau salah. Kamu selalu bisa memberikannya, dan lalu mengkoreksinya ketika perasaanku sudah membaik. Jadi, bercerita kepadamu, itu sama artinya dengan mengadu tanpa sedikitpun diadili.
Kamu ingat saat seseorang memakiku? Aku bersyukur karena kamu ada disampingku. Kamu bersedia menambah dosa hanya karena tidak tahan melihatku dicaci, kamu memakinya balik, melemparkan sesuatu yang seperti kutukan hingga akhirnya orang itu melarikan diri dengan segudang kemarahan. Setelahnya, kita berdua tertawa, lega sekaligus tak habis pikir, kenapa ada orang seperti itu.
Dan sewaktu kamu pindahan, sesaat setelah kembali pulang dan menemukan kamarmu diisi orang lain,
Sahabatku, aku selalu tidak sabar menunggu kedatanganmu. Aku berusaha memberi waktu lowong untukmu, menyediakannya dan akhirnya mengisinya dengan obrolan panjang sampai lewat tengah malam. Haha… aku ingat terakhir kali kamu menginap, kita bahkan sampai membuat aturan, siapa yang berbicara setelahnya akan kena cubit. Yah, walaupun awal-awalnya malah terjadi saling cubit karena masing-masing tetap bicara, cara itu manjur. Kita bisa tidur dan terbangun pagi-pagi karena kamu harus bergegas mengejar jam kerja. Dan sejam setelahnya, smsmu kuterima, dengan ucapan terimakasih atas bagian ranjangku yang selalu lowong untukmu. Adakah yang lebih membahagiakanku selain itu?
Dengan segala kekuranganku, aku ingin menjadi seseorang berarti bagi orang walaupun hanya bisa sebatas pendengar. aku ingin membuatmu tersenyum, dalam keadaan senang atau susah. Aku ingin menjadi seseorang yang seperti itu, bagimu.
Nah, sahabatku, datanglah segera. Aku menunggumu, dengan sejuta kasih dan cerita. Kita berbagi seperti dulu lagi, dan setelahnya, kamu bisa kembali kepada kekasihmu.
huwooohoo..
BalasHapusmanis sekali, rik..
;)
semoga dia segera tiba :)
eniwei, akankah kau merindukanku jika nanti aku benar-benar pergi?
:P
kau mau kurindukan?
BalasHapusberilah aku kenangan manis
wuakakka
sahabat sejati memang seharusnya selalu ada di kala susah dan duka. bukan hanya di saat senang dan ada perlunya saja. tapi gak mudah mendapatkan sahabat seperti itu
BalasHapussemoga dia tetap menjadi sahabat terbaikmu
BalasHapusamiiin
BalasHapusuntuk sahabat yak.... semoga dia juga merasakan kerinduan yang sama terhadapmu nchi.... amien
BalasHapusSahabat adalah jiwa yang sama dalam badan yang berbeda.
BalasHapusCitra seorang sahabat yang sebenarnya diperlukan kriteria khusus untuk disebut dengan sahabat sehati. Dalam pengertian umum sahabat artinya teman. Sahabat Karib juga diartikan teman dekat. Sementara teman sehati artinya teman dekat yang setia menemani dalam keadaan suka dan duka yang saling mendukung dan menerima semua kelebihan maupun kekurangannya.
BalasHapusaku koq serius banget sih komentnya??
BalasHapuskata org seh, sahabat sejati itu selalu perngertian,g pnah ninggalin temannya kala dy puny do'i. blom tentu seorang sahabat itu dapat dipercy selamany krn org yang akan menghanyutkan kita pertqama x adl sahabt sendiri
BalasHapusBagi saya seorang sahabat memiliki makna 3 hal, membahagiakan,
BalasHapusmenggembirakan dan menyenangkan. Jika kehidupan selalu silih berganti
datangnya kebahagiaan dan penderitaan namun seorang sahabat hadir dalam
bentuk 3 hal diatas sehingga kehadiran orang sahabat saling memuliakan
membuat hidup ini menjadi indah.
Nanti, lowongkan juga setengah ranjang kos mu untuk aku, biar aku tidur disana..
BalasHapus(kalo rumahku kebanjiran...)
xixiixiixix
Bagus geggggg....! xo