Pembersih lantai Di Atas Meja
Pembersih lantai di atas meja itu masih tertutup rapat, tetapi aku tahu kalau segelnya sudah dilepas. Masih ingat bagaimana waktu kami membelinya dua hari yang lalu, di supermarket langganan kami.
"Yang ini ampuh, bener!" kata Sani waktu kami berada di supermarket. Sebelah tangannya menenteng keranjang merah yang sudah terisi setengahnya, sebelah tangannya memegang botol pembersih lantai itu sambil mengacungkannya ke arahku. "Baunya aku suka, cemara pol, seger."
Waktu itu aku menggeleng. "Tidak, aku tidak suka bau karbol!" tolakku sambil mengambil pembersih lantai merk lain, berwarna ungu dengan botol gambar bunga-bunga. "Aku lebih suka bau bunga, lebih harum!"
Sani menggeleng. "Yang itu hanya baunya saja yang bagus. Tapi kandungannya ga bagus, ga apdol pake bunuh kuman. Yang ini lebih hebat, sekali semprot kuman langsung mati!"
Aku tetap menggeleng. "Aku tidak suka bau karbol!" aku ngotot lalu memasukan botol yang aku ambil tadi ke keranjang belanjaan.
"Tapi yang belanja aku," katanya sambil ikut memasukan botol pilihannya, lalu mengambil botol pilihanku dan mengembalikannya ke etalase. "Jadi pilihanku yang dipakai," lanjutnya setengah terkekeh dan mengejek.
Aku membalas ejekannya dengan menjulurkan lidah. Ah, memang dia selalu tidak mau kalah. Kamar kami berdua yang menempati, kami berdua yang membayar, tetapi pembersih lantai, pengharum ruangan, pembersih toilet, semua dia yang memilih. Dan ah.. aku malas protes.
Setelah hati aku melirik botol pembersih itu saat menuju kasir, ada gejolak semangat yang membara di dadaku. Entah apa, wakktu itu aku bingung. Tetapi sekarang aku baru sadar bahwa gejolak itu berhubungan dengan Sani.
"Yang ini ampuh, bener!"
Iya, masih ingat aku kata Sani waktu itu. Iya, memang ampuh, bukan hanya membunuh kuman, tetapi membunuhnya dalam sekali teguk. Sekali aku cangkoki dia dengan botol pilihannya, setengah jam mulutnya berbusa dan sedetik kemudian dia mati. Aku puas, satu botol pembersih wangi karbol untuk satu tahun penderitaanku menjadi korban yang tertekan. Oleh apa? tidak akan aku ceritakan, sampai titik darah penghabisan.
"Ayo bawa dia!" suara berat seorang polisi yang sedang menarik resleting pembungkus mayat sani, dan polisi yang sedari tadi mengikat tanganku dengan borgol mendorong punggungku.
"Ayo jalan!" bentaknya kasar.
Masih ingat aku melirik pembersih lantai berwarna hijau, yang masih tegak berdiri di atas meja. Menyesal? tidak! sampai jumpa di neraka, Sany!
"Yang ini ampuh, bener!" kata Sani waktu kami berada di supermarket. Sebelah tangannya menenteng keranjang merah yang sudah terisi setengahnya, sebelah tangannya memegang botol pembersih lantai itu sambil mengacungkannya ke arahku. "Baunya aku suka, cemara pol, seger."
Waktu itu aku menggeleng. "Tidak, aku tidak suka bau karbol!" tolakku sambil mengambil pembersih lantai merk lain, berwarna ungu dengan botol gambar bunga-bunga. "Aku lebih suka bau bunga, lebih harum!"
Sani menggeleng. "Yang itu hanya baunya saja yang bagus. Tapi kandungannya ga bagus, ga apdol pake bunuh kuman. Yang ini lebih hebat, sekali semprot kuman langsung mati!"
Aku tetap menggeleng. "Aku tidak suka bau karbol!" aku ngotot lalu memasukan botol yang aku ambil tadi ke keranjang belanjaan.
*bukan promosi merk*
"Tapi yang belanja aku," katanya sambil ikut memasukan botol pilihannya, lalu mengambil botol pilihanku dan mengembalikannya ke etalase. "Jadi pilihanku yang dipakai," lanjutnya setengah terkekeh dan mengejek.
Aku membalas ejekannya dengan menjulurkan lidah. Ah, memang dia selalu tidak mau kalah. Kamar kami berdua yang menempati, kami berdua yang membayar, tetapi pembersih lantai, pengharum ruangan, pembersih toilet, semua dia yang memilih. Dan ah.. aku malas protes.
Setelah hati aku melirik botol pembersih itu saat menuju kasir, ada gejolak semangat yang membara di dadaku. Entah apa, wakktu itu aku bingung. Tetapi sekarang aku baru sadar bahwa gejolak itu berhubungan dengan Sani.
"Yang ini ampuh, bener!"
Iya, masih ingat aku kata Sani waktu itu. Iya, memang ampuh, bukan hanya membunuh kuman, tetapi membunuhnya dalam sekali teguk. Sekali aku cangkoki dia dengan botol pilihannya, setengah jam mulutnya berbusa dan sedetik kemudian dia mati. Aku puas, satu botol pembersih wangi karbol untuk satu tahun penderitaanku menjadi korban yang tertekan. Oleh apa? tidak akan aku ceritakan, sampai titik darah penghabisan.
"Ayo bawa dia!" suara berat seorang polisi yang sedang menarik resleting pembungkus mayat sani, dan polisi yang sedari tadi mengikat tanganku dengan borgol mendorong punggungku.
"Ayo jalan!" bentaknya kasar.
Masih ingat aku melirik pembersih lantai berwarna hijau, yang masih tegak berdiri di atas meja. Menyesal? tidak! sampai jumpa di neraka, Sany!
ini ripiu ya chi??? berapa dollar???
BalasHapusbeeehhhh... kali ini di penjara ya???
BalasHapussemua ceritamu sadissss.... -_-
baru tau pembersih lantai itu bau karbol??
BalasHapuskalo di rumahku bau lemon tuh... ada juga yang bau apel... tapi paling suka kalo ada bau ikan asin, pasti bikin laper tiap jam >.<
udahh ahh.. mu (sok) kerja lagi...
BalasHapuswew.... sany serangga bukan?
BalasHapusternyata nchi cinta rupiahh ...
BalasHapusripiu bahasa indonesia , www.carbol.co.id
tapi koq gak ada linknya ?
BalasHapusOOoo ...cerpen to ...
BalasHapusKok botol jus yang diatas meja sepertinya aku familiar yaa.....
BalasHapussegarrrr
promosi-buka promosi deh..
BalasHapusSi Sany mati????
BalasHapusNah loh...... siap yang bunuh???
Ayo jalan!!.........
Ooooo.... cerpen yang chi,..
BalasHapusKoq Zujoe ngawur???
Cerpennya mantap........
yah..serem amat ceritanya..
BalasHapushhmmm, oke deh kapan2 aku jugah mau bikin cerita kayak gini , dengan benda yang lain tentunya.
BalasHapusjanji,,ya baca ntar ceritaku..serem mana coba??
hhhmmm..... Kyk nya punya bakat banyak buat revIEw... hheheh
BalasHapussadis banget tuh tokoh 'aku'. ini repiu ato cerpen? he he he...wangi karbol aku suka.
BalasHapuskarbol pembunuh kecoa bukan? ampuh bener neh, boleh dicoba sepertinya huehehehe
BalasHapusini cerpen, bukan ripiuw >.<
BalasHapusCerpennya terlalu PEN! dan gua jadi penasara si Sany? Dia suka menggerayangi lo waktu tidur ya? Pantas saja menderita, kalo gayung gak bersambut ya pasti tertekan lah... Wuakakakak... cuma nebak lho...
BalasHapuschi, kan udah tika bilang jangan minum yang itu...
BalasHapusTernyata, Mochi diem2 jadi psikopat .... hiiii....atut ....
BalasHapusSiapa yang lagi pengen kamu bunuh, Chi? :P
yaahh kurang sadis mbak kalo pake wipol.. mestinya pake porstekx ato vixal biar sekalian mantebb!!
BalasHapusmerk nya kelihatan tuhh..ceritanya serem ah
BalasHapussany oh sany...
BalasHapusring of fire itu, wilayah lempeng paling rawan bencana... kekeke
Duh, ngeri nchi....atuuuttt.... :-)
BalasHapusBunga Citra Lestari / Dewiq
BalasHapusSunny.. Sunny..
jantungku berdebar tiap kuingat padamu
Sunny.. Sunny..
mengapa ada yg kurang saat kau tak ada
Sunny.. Sunny..
melihatmu menyentuhku itu yang kumau
Kau tak sempat tanyakan aku:
Cintakah aku padamu?
Tiap kali aku berlutut, aku berdoa
suatu saat kau bisa cinta padaku
Tiap kali aku memanggil di dalam hati
mana Sunny
mana Sunnyku
mana Sunnyku
uh..
Sunny.. Sunny..
Apa kabar mu
Kabarku baik baik saja
Sunny.. Sunny..
Begitu banyak cerita
tak habis tentangmu
Sunny.. Sunny..
Salamku untukmu dari hati yang terdalam
Kau tak sempat tanyakan aku:
Cintakah aku padamu?
[Reff:]
Tiap kali aku berlutut, aku berdoa
suatu saat kau bisa cinta padaku
Tiap kali aku memanggil di dalam hati
mana Sunny
mana Sunnyku
Sunnyku
uuh…
apa ini... *bingung*
BalasHapusBUSYEETTTT!!!!!!!!.............ni cerita horor banget nci!?!?!? suadiss amat wkwkwkwkw!!!
BalasHapustapi gaya berceritanya muantaaaappppp!!!
eh kapan mau mampir ke warung??? SUDAH BUKA!!!! kalo ada temen yang mau mampir boleh juga hehehehehe............(ini baru repieu)
ternyata pembersih lantainya berfungsi ganda
BalasHapusmohon maaf baru bisa berkunjung balik neh
pembersih, karbol emang enak yang wangi
BalasHapusweh..
BalasHapuspsikopat nih..
ngeri uey..
Duh ...si aku sungguh kejam ya...
BalasHapuslaaahhhh aq kok gak tau ceritaini yak..... huhuhuhuhuhu
BalasHapus