Senin, 29 Juni 2009

Kambing Ngepet (1)

Masih ingat desa Capugua edisi Kakaktua Gundul? Kalau tidak ingat, nggak apa. Cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan itu, tapi cerita ini lanjutannya. Kalau tengah jalan bingung, silahkan kembali saja ke bagian atas.

Setelah heboh dengan kebakaran malam itu, selanjutnya desa Capugua tengah dilanda keresahan karena saban malam ada saja uang penduduk yang hilang. Entah yang disimpan di bawah taplak meja, di bawah kasur, sampai-sampai yang disimpan di kantung celana hilang. Siapa gerangan yang ngambil? Entahlah, sampai saat ini masih simpang siur.

"Apa ada yang ikut pesugihan, ya?" celetuk seorang Bapak botak yang tengah nongkrong di warung kopi.

"Bisa jadi tuh. Abisnya waktu malam uangku hilang, aku dengar ada suara kambing di sekitar rumah. aku kan tidak punya kambing," sahut Bapak berkumis panjang di sebelahnya sambil memakan jajan.

"Tapi mana ada pesugihan yang niru kambing, adanya yang niru babi!" bapak botak tidak percaya.

"Siapa tahu ada ilmu pesugihan baru, jaman sekarang lagi ada flu babi. Mungkin dukunnya takut ketular. Lagipula, akan bahaya kalau ngepet babi. Wong orang ngelihat babi diam aja udah pada mau ngebunuh, apalagi ngelihat babi ngepet," bapak berkumis itu ngomel.

"Jadi kambing ngepet gitu?" tanya bapak di sebelahnya, "Lucu juga ya, Bang. Dunia perdukunan juga kena imbas flu babi. nanti kalau ada flu kambing, jangan-jangan kambing ngepetnya diganti ayam ngepet lagi."

"Tambah bahaya, kan ada flu burung!"

"Nah, terus gimana, Bang? masak manusia ngepet?"

Bapak berkumis panjang itu hanya mengangkat bahu. sementara itu dari luar warung, nampak Bu Kukun datang tergopoh-gopoh sambil membawa plastik kresek hitam yang nampak penuh. Entah apa isinya.

"Aduh, Bapak-bapak. Enak banget ngopi di warung sore-sore. Ga ada kerjaan ini?" sapa Bu Kukun.

"Iya nih, Bu. lagi sepi, maklum musim angin-angin begini truk jarang lewat. Dari mana ni, Bu?"

"Dari tetangga sebelah, ngambil jahitan baju untuk anak saya. dia kan mau sunatan bulan depan, harus pakai baju baru, kan?!" jawab Bu Kukun sambil menepuk kresek hitamnya. Ia lalu menoleh ke penjaga warung yang datang membawakan kopi untuk Bapak-bapak itu. "Eh, Ibu Nun. Bu, saya ambil lilin lagi, lim pax ya, Bu!"

Bapak berkumis panjang itu bertanya "Banyak sekali beli lilin, Bu?"

"Iya, lagi perlu soalnya," jawab Bu Kukun, setelah mendapat lilin dan membayar, ia pun pamit.

"Nah, tuh. Bu Kukun beli lilin banyak, jangan-jangan mau dipake ngepet lagi, Dun!" ujar Bapak Berkumis panjang.

"Memang orang ngepet pake lilin ya, Bang?"

"Lha, kan di tipi-tipi begitu. Itu lilin ditaruh di atas baskom, terus ketika suaminya ngepet, istrinya jagain nyala lilinnya biar ga mati."

Bapak yang lagi satu berpikir. Ia mengingat-ingat pilem yang ditonton anaknya saban hari di televisi. "Betul juga, Bang! apalagi sekarang Pak Kukun sepertinya hidupnya tambah makmur. Buktinya bisa ngadain sunatan buat anaknya, dia kemarin kan habis kena musibah kebakaran itu. Barang-barangnya pada basah semua. jangan-jangan memang bener, gimana ni, Bang?"

Bapak berkumis panjang berpikir. "Benar juga, Dul! bagaimana kalau nanti malam kita selidiki?"

"Setuju, Bang!"

Akhirnya, pada malam harinya kedua Bapak itu bersembunyi di belakang rumah Pak Kukun. mereka mengenakan baju hitam-hitam, muka mereka diarangi biar hitam, jadi biarpun mereka senyum, tetap tidak akan terlihat karena gigi mereka juga ditempeli kain hitam.

Suasana rumah Pak Kukun gelap gulita. Tidak ada suara, hanya nyala cahaya lemah dari ruang belakang. Kedua Bapak yang mengintai itu berpendapat bahwa itu cahaya lilin yang Ibu Kukun beli tadi siang. Maka makin besar prasangka mereka atas kambing ngepetnya Pak Kukun.

Menjelang tengah malam, kedua bapak yang dikerubungi nyamuk itu mendengar suara-suara aneh. Suara ribut Ibu Kukun dan juga suara mbekkan binatang. Itu suara Kambing.

"Dul, suara kambing. Benar berarti, pak Kukun itu miara kambing ngepet."

"Bagaimana ini, Bang?"

"Kita lapor saja!"

Kedua bapak itu melapor ke kepala desa. dalam sekejap, mereka telah mengumpulkan penduduk desa dan mengepung rumah Pak Kukun. Awalnya mereka bingung kenapa diajak kesini, tapi setelah dijelaskan dan mendengar sendiri suara-suara kambing dari rumah Pak Kukun, massa itu berteriak marah.

Sementara dari dalam rumah, terdengar teriakan anaknya Pak Kukun.
"Mak, lilinnya mau mati!"
"Jangan sampai mati, Nak!" teriak Bu Kukun. "Kalau lilinnya mati, nanti Bapakmu celaka. Jaga nyala lilinnya!"

massa makin beringas, obor mereka teracung ke udara sambil berteriak-teriak. Mereka sangat marah, bahkan sangat sangat sangat murka. apakah mereka mau membakar Pak Kukun sekeluarga hidup-hidup?
Bagaimana nasib Pak Kukun sekeluarga?
Lihat episode duanya ya. hiiii

to Be contuinued........

27 komentar:

  1. pertama..
    tapi to be continued nih,,,
    tunggu lanjutannya ah..

    BalasHapus
  2. siipp..selanjutnya nyepam :g:

    BalasHapus
  3. Dari pada ngepet mending cari uang di internet aja... gak perlu kawatir dengan flu babi atau flu kambing :)

    BalasHapus
  4. koq bersambung sih chi??? :k:

    di ganti lagi tempe-nya nih :n:

    BalasHapus
  5. Waduh, bener kata mbak fanny, Mocca-chi eman bakat menulis. Ko bersambung sih Chi? I am waitinglah... :)

    BalasHapus
  6. jahh.. mending drpd babi ngepet, kambing ngepet kalo ketangkep masih bisa disate, hehe...

    BalasHapus
  7. btw banner nya ganti lagi ya??
    kalo msh belum puas kasih muka q aja mba..
    dijamin laris, masuk buser dah.. wkakaka

    BalasHapus
  8. Dr babi ke kambing.. Jauh bgt yah? Tp aku nunggu lanjtanx,bis pasti lbh seru. Apa lilinx akan padam? Tw bpk ya ketahuan? Sbr menanti jwbn.

    BalasHapus
  9. serem amat...ada kelinci ngepet gak? he he he...
    chi...ada award ya untukmu.

    BalasHapus
  10. :c: kasian pak kukun selalu jadi bahan gosipan si nchi dududz nih... ckk...ckk...ckkk...

    BalasHapus
  11. lha nchi ini gimana sih? kan dah ikat kontrak ma aku, kamu jadi kucing ngepet lhaa.... aku yang jagain lilinnya :g:

    BalasHapus
  12. Waduh ..jangan digantung duk ceritanya bikin aku penasaran.
    Jangan-jangan Pak Kikun sebenarnya seorang tukang sate kambing yang sangat tekun berusaha sehingga satenya laris manis dan itulah yang membuat keluarganya makmur.

    Mudah2an tebakanku benarrrrrrrrrrrrrr.
    he-he-he

    BalasHapus
  13. :f: ckk... ckk... ckkk... aku masih nggal abis pikir nih... *cuihh... kayak pernah mikir ajah*

    BalasHapus
  14. aku tunggu lanjutannya, Chi :)

    BalasHapus
  15. walah pake continue.... pak kukun meliara kambing???? hmmm perlu diselidiki niy :n:

    BalasHapus
  16. nchi kamu yg patroli yak, aq yang jagain lilinnya disini :g:

    BalasHapus
  17. test
    :a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :k: :l: :m: :n:

    BalasHapus
  18. jiaaaaaahhhhhh ga soprannn pake bersambung hikzz..tulisan mu oke juga chaa hehheh..kalo bersambung ga boleh lama2 *pelototin heheh

    BalasHapus
  19. aku tunggu lanjutannya,asyik deeeh...

    BalasHapus
  20. mungkin tuyul kalee neng!!tapi tuyulnya kena plue babi jadi suaranya kayak kambing hehehe

    BalasHapus
  21. jiahhhhhhhhhhhhhh,,, lagi tegang2nya pake episode 2, *pentung,pentung* :g:

    BalasHapus
  22. nyepam sambil ngiler dikit :h: ...

    BalasHapus
  23. kira2 kambingnya makan lilin gak ya ,wkwkwkkwkwkw,,, kayaknya di episode 2 bakalan terungkap :a:

    BalasHapus
  24. ada ada aja kambing ngepet :g:

    BalasHapus

About