Tampilkan postingan dengan label Serial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serial. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Januari 2010

15.18.00

SpongeBob SquarePants, Fakta (2)


SpongeBob terakhir kemarin sampai pada pertanyaan, Dan mengapa SpongeBob tinggal di rumah nanas? Bukankah di dalam lautan itu tidak ada nanas?

Hehehe.. bang iwan uda jawab soal Nanas Peterpan yang jatuh ke laut. Aku belum nonton sih episode itu. Namun ada beberapa tambahan sendiri tentang mengapa SpongeBob diciptakan tinggal di rumah nanas.

Nanas merupakan bentuk yang umum di kerajinan Polynesian, sebuah pulau yang lokasinya dekat dengan lautan Pasifik tempat Bikini Bottom berada. Selain itu Hillenburg bilang kalau SpongeBob itu "would like the smell" of a pineapple home, kurang lebih translatenya itu SpongeBob itu "akan seperti bau" sebuah rumah nanas"


Menurut persepsiku sendiri, Bau SpongeBob seperti bau nanas. Bisa bayangkan bau nanas seperti apa? Manis, kecut, asem, renyah.. ah pokoknya ramai. Jadi kenapa SpongeBob tinggal di rumah nanas karena nanas itu merefleksikan karakternya sendiri.
Bukankah rumah itu mencerminkan kepribadian pemiliknya? *benar ga benar, jangan digetok*

Setelah itu, pertanyaan selanjutnya, Berapa Umur SpongeBob? Dia bekerja dan hidup sendiri. Tetapi dia juga mengikuti sekolah mengemudi dan telah gagal hampir ribuan kali. Dia juga sudah hampir 300 kali menjadi Karyawan Teladan Bulan Ini di Krusty Crab. Dari fakta ini bukankah dia sudah hidup lama sekali, tetapi kenapa tingkahnya masih seperti anak kecil?

Pada sebuah episode *nyontek dari sebelah* SpongeBob bermimpi mendapatkan SIMnya dan SIM itu menunjukan semua informasi tentang dirinya, tentu saja tanggal lahirnya juga. Ternyata hari lahirnya adalah tanggal 14 July 1986. Dua tahun lebih muda daripada konsepnya ditemukan. Jadi tahun 2009 kemarin umurnya adalah 23 tahun. Ayo, siapa yang ulang tahunnya barengan dengan SpongeBob?

Lalu apa lagi ya?
Banyak sih pertanyaanku tentang SpongeBob, yang paling utama, kenapa episode yang tayang di Global TV diulang-ulang terus? *pertanyaan ga jelas*
Huhuu... cape dehh

Ada SpongeBob ala china juga, ga enak banget videonya, agak-agak komunis gitu sih.


Hmm... sekarang sih sudah jarang nonton Spongebob, maklum bangunnya lebih sering siang. Jam 8, langsung mandi dan cao begitu saja. Kadang kalau bisa bangun lebih awal, SpongeBob keduluan sama yang lain.


Dan....
hahha maaf, hari ini ngantuk banget.
Selesai, ga ada sambungannya.

Jumat, 08 Januari 2010

09.09.00

SpongeBob SquarePants, History (1)

Yihaaa... ini dia salah satu kartun favoritku. SpongeBob Squarepants, si spon kuning yang ceria, lugu dan lucu. Dia hadir setiap hari, pagi dan sore. Umurnya sudah 10 tahun 2009 kemarin, tapi tidak banyak yang tahu sejarah SpongeBob itu sebenarnya.

Bagaimana sejarahnya? Hahah... mari kita runut dari dia masih belum berupa.

Dimulai dari tahun 1984, konsep tokoh SpongeBob sudah ada di kepala Creatornya, yaitu Stephen Hillenburg. Pada saat itu ia masih mengajar Bilogi kelautan (bener ga sih itu translate dari marine biology?) Pada saat itu ia menulis sebuah komik berjudul The Intertidal Zone dengan salah satu karakternya bernama Bob Sponge.

Stephen Hillenburg juga mengikuti sekolah animasi. Ia bergabung dengan Nickelodeon animated series sebagai penulis, produser sekaligus storyboard artis pada beberapa produksi film animasi Nickelodeon, salah satunya Rocko's Modern Life. Tahun 1996 merupakan akhir dari seri animasi ini dan mulailah SpongeBob SquarePants digarap.

Pilot Episode atau episode pertama sebuah seri acara televisi ditayangkan pertama pada tanggal 1 May 1999. Pilot episode ini direkam pada tahun 1997. Nama asli SpongeBob sebenarnya adalah Sponge Boy, menggunakan topi merah dengan dasar hijau dan kemeja bisnis putih dengan dasi. Namun Nama itu sudah menjadi trademark untuk produk lainnya. Namun Stephen Hillenburg ingin tetap menggunakan kata "sponge" untuk karakternya dan sejak itulah karakter SpongeBob yang sebenarnya muncul.

Sejak diluncurkan tahun 1999, Seri SpongeBob SquarePants mengalami beberapa perkembangan. Episode pertamanya berjudul Help Wanted/Reef Blower/Tea at the Treedome. Seri ini tidak begitu berhasil, popularitasnya kalah dengan serial Rugrats yang sudah hidup sekian lama. Rating jelek membuat penciptanya yakin kalau serial SpongeBob SquarePants akan dibatalkan, namun ternyata tidak. SpongeBob SquarePants tetap dilanjutkan sampai sesi kedua.

Sesi kedua diawali dengan episode yang berjudul Your Shoe's Untied/Squid's Day Off pada tahun 2000. Sesi ini meraih sukses hingga dilanjutkan ke sesi ketiga. Puncaknya pada tahun 2002, SpongeBob SquarePants mencapai puncak kesuksesan. banyak acara-acara yang mengikuti gaya humor ala SpongeBob SquarePants, namun lebih condong ke arah dewasa.

Pada tahun 2003-2004 bisa dikatakan jangka waktu terburuk yang dihadapi oleh SpongeBob. Episode yang ditayangkan berulang-ulang membuat penonton kecewa dan beralih ke acara lain. Akhirnya untuk memuaskan penonton, pada tahun akhir 2005 diumumkan bahwa Spongebob akan memasuki memasuki musim baru.

Musim kempat SpongeBob diawali pada tahun 2005 dan berlangsung hingga sekarang. Ada banyak perubahan yang terjadi seiring dengan pengunduran diri Stephen Hillenburg sebagai executive producer dan kemudian SpongeBob ditangani oleh Derek Drymon. Suara SpongeBob kini lebih tinggi melengking dan tidak ada lagi adegan non animasi yang sering muncul pada SpongeBob sesi sebelumnya (contohnya adegan Patsi si Bajak Laut). Dari segi gaya seni, SpongeBob yang sekarang juga berbeda. Garis lebih tegas, warna lebih berani dan tebal. Karakternya juga aneh, fans kehilangan banyak dialog-dialog cerdasala SpongeBob serta situasi komedinya. Tetapi biarpun begitu, menonton tetap menikmati karakter SpongeBob yang sekarang ini. Taraaa.....



Jah, panjang juga sejarah SpongeBob SquarePants sampai saat ini. Episode SpongeBob sudah memasuki angka 80 episode, dan pihak Nickelodeon sudah memesan sekitar 20 episode lagi sehingga genap 100 episode (data tahun 2007, mungkin saja sekarang sudah 100). Untuk semua usaha itu, SpongeBob SquarePants sudah memenangkan banyak sekali penghargaan diantaranya sebagai kartun favorit, pengisi suara terbaik dan juga musik terbaik.

Huhuu... panjang banget nih postingan, tapi sebagai seorang penggemar, kita patut mengetahui sejarah jatuh bangunnya tokoh favorit kita. Jangan hanya menganggumi kegantengannya saja *digeplak*.

Eh ya, beberapa episode dari sesi pertama bisa ditonton secara online disini, keknya ada versi bahasa indonesianya juga. Jadi ga perlu nunggu di televisi lagi.

Nah, lalu pertanyaannya, kenapa SpongeBob tinggal di dalam rumah nanas? Bukankah tidak ada nanas di lautan?

Selasa, 30 Juni 2009

15.56.00

Benar Bintang Utara? (2-habis)

Bagaimana kabarnya bintang utara di hari pertama bulan Juli ini?
Mungkin yang kemarin sudah baca tentang Bintang Utara (1), ingat dengan bagian yang menyebut bintang ini seperti seorang pemimpin.

Pimpinan disini mungkin lebih tepat seperti panutan. Dengan posisinya yang sangat istimewa, para Pramuka di Bumi Belahan Utara diajari untuk dapat mengenali bintang dan rasi tempat bintang ini berada, agar mereka dapat menentukan arah bila tersesat.



Karena rotasi bumi, maka semua benda bergerak seperti yang telah kita pelajari dahulu. Bintang-bintang terbit di timur dan tenggelam di barat. Karena polaris terletak di sumbu bumi, maka bintang itu tidak bergerak dan diam di posisinya. Keistimewaan itu juga disebutkan dalam sebuah perumpaan dalam Kong Hu-Cu, seperti dibawah ini,


Jadilah pemimpin yang bijaksana, niscaya engkau akan seperti Bintang Utara: Ia diam di tempatnya sementara bintang-bintang lain memposisikan diri di sekitarnya.


Tak banyak kata untuk mengungkapkannya, silahkan diartikan sendiri.
Lalu kembali pada yang ingin aku sampaikan, apakah karena itu blog ini dinamai bintang utara?

Menjadi pemimpin itu adalah sebuah tanggung jawab besar, tidak semua orang bisa melakukannya, kecuali kalau dia sudah menjadi pemimpin dirinya sendiri. Dan rasanya, aku belum menjadi seperti itu. Menjadi pemimpin itu susah, bertanggung jawab pada banyak hal dan ah...

ada sebuah kata mutiara yang sering kudengar waktu SMA, mungkin banyak yang tahu. bunyinya seperti ini,

jangan berjalan di depanku
aku mungkin tidak mengikuti
jangan berjalan di belakangku
aku mungkin tidak bisa memimpin
berjalan di sampingku
dan jadilah sahabatku


So touching....
Sekitar bulan November 2008, sebagai orang yang menganut asas temporary hobbies, aku tengah menyukai sesuatu yang berbau astronomi dan astrologi. AKu mengumpulkan informasi mengenai rasi-rasi bintang dan hubungannya dengan mitologi romawi, termasuk dengan Bintang Utara kita satu ini.

Namanya megah, itu yang pertama terpikir dan aku bahkan menggunakannya sebagai judul sebuah cerita bersambung yang aku ikutkan dalam sayembara di sebuah majalah wanita dan tentunya ga menang lah (silahkan bilang aku dududz, hiii). Parahnya, aku bahkan menggunakannya sebagai nama blog yang aku bikin pada bulan November itu. Jadi satu nama untuk dua hal penting, simple kan.

Berarti aku memakai nama ini bukan karena bermaksud menjadikan bintang ini seprti layaknya pemimpin, namun secara kasar waktu itu aku asal ambil nama dari sesuatu yang sedang aku sukai. Bukankah itu hal yang wajar. Namun sekarang, sekalipun aku masih menyukai bintang, namun kadang ingin mengganti judul blog ini dan sekali lagi untuk berkali-kalinya, membatalkannya. Blog ini sudah terlanjur dikenal dengan nama itu, jadi yah... biarkan saja.

Nah, tulisan ini juga sebagai janjiku pada si Kucing garong kemarin dulu, yang sempat memuat blog ini sebagai blog terupdate versi dia. Jadi utangku lunas ya Joe dududz. hii...

Oh ya, tambahan untuk pelajaran astronomi kita. Alam semesta adalah salah satu hal yang tidak kekal. Arah rotasi bumi akan berubah secara perlahan, dalam sebuah lingkaran dalam hitungan ribuan tahun. Saat ini, Poros rotasi bumi masih pada satu derajat yaitu pada Polaris. Selama 5000 tahun, poros bumi berpusat pada bintang yang bernama Thuban (Alpha Draconis), 7500 tahun setelahnya berporos pada Alpha Cephei, lalu 15.000 tahun akan berpusat pada bintang bernama Vega dan 9.000 tahun kemudian akan kembali pada polaris. Hohooo, ternyata yang digilir bukan hanya piala, tetapi juga posisi bintang utara.

Tapi akankah kita masih hidup ketika pergiliran itu terjadi? Mungkin ada yang punya ramuan awet muda (maklum, semalam membaca kembali Harry Potter sambil menunggu filemnya dilaunching jadi feelnya masih kerasa). tapi ga usah dibagi padaku, hiii...

TAMAT

diambil dari banyak sumber



Senin, 29 Juni 2009

08.35.00

Kambing Ngepet (1)

Masih ingat desa Capugua edisi Kakaktua Gundul? Kalau tidak ingat, nggak apa. Cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan itu, tapi cerita ini lanjutannya. Kalau tengah jalan bingung, silahkan kembali saja ke bagian atas.

Setelah heboh dengan kebakaran malam itu, selanjutnya desa Capugua tengah dilanda keresahan karena saban malam ada saja uang penduduk yang hilang. Entah yang disimpan di bawah taplak meja, di bawah kasur, sampai-sampai yang disimpan di kantung celana hilang. Siapa gerangan yang ngambil? Entahlah, sampai saat ini masih simpang siur.

"Apa ada yang ikut pesugihan, ya?" celetuk seorang Bapak botak yang tengah nongkrong di warung kopi.

"Bisa jadi tuh. Abisnya waktu malam uangku hilang, aku dengar ada suara kambing di sekitar rumah. aku kan tidak punya kambing," sahut Bapak berkumis panjang di sebelahnya sambil memakan jajan.

"Tapi mana ada pesugihan yang niru kambing, adanya yang niru babi!" bapak botak tidak percaya.

"Siapa tahu ada ilmu pesugihan baru, jaman sekarang lagi ada flu babi. Mungkin dukunnya takut ketular. Lagipula, akan bahaya kalau ngepet babi. Wong orang ngelihat babi diam aja udah pada mau ngebunuh, apalagi ngelihat babi ngepet," bapak berkumis itu ngomel.

"Jadi kambing ngepet gitu?" tanya bapak di sebelahnya, "Lucu juga ya, Bang. Dunia perdukunan juga kena imbas flu babi. nanti kalau ada flu kambing, jangan-jangan kambing ngepetnya diganti ayam ngepet lagi."

"Tambah bahaya, kan ada flu burung!"

"Nah, terus gimana, Bang? masak manusia ngepet?"

Bapak berkumis panjang itu hanya mengangkat bahu. sementara itu dari luar warung, nampak Bu Kukun datang tergopoh-gopoh sambil membawa plastik kresek hitam yang nampak penuh. Entah apa isinya.

"Aduh, Bapak-bapak. Enak banget ngopi di warung sore-sore. Ga ada kerjaan ini?" sapa Bu Kukun.

"Iya nih, Bu. lagi sepi, maklum musim angin-angin begini truk jarang lewat. Dari mana ni, Bu?"

"Dari tetangga sebelah, ngambil jahitan baju untuk anak saya. dia kan mau sunatan bulan depan, harus pakai baju baru, kan?!" jawab Bu Kukun sambil menepuk kresek hitamnya. Ia lalu menoleh ke penjaga warung yang datang membawakan kopi untuk Bapak-bapak itu. "Eh, Ibu Nun. Bu, saya ambil lilin lagi, lim pax ya, Bu!"

Bapak berkumis panjang itu bertanya "Banyak sekali beli lilin, Bu?"

"Iya, lagi perlu soalnya," jawab Bu Kukun, setelah mendapat lilin dan membayar, ia pun pamit.

"Nah, tuh. Bu Kukun beli lilin banyak, jangan-jangan mau dipake ngepet lagi, Dun!" ujar Bapak Berkumis panjang.

"Memang orang ngepet pake lilin ya, Bang?"

"Lha, kan di tipi-tipi begitu. Itu lilin ditaruh di atas baskom, terus ketika suaminya ngepet, istrinya jagain nyala lilinnya biar ga mati."

Bapak yang lagi satu berpikir. Ia mengingat-ingat pilem yang ditonton anaknya saban hari di televisi. "Betul juga, Bang! apalagi sekarang Pak Kukun sepertinya hidupnya tambah makmur. Buktinya bisa ngadain sunatan buat anaknya, dia kemarin kan habis kena musibah kebakaran itu. Barang-barangnya pada basah semua. jangan-jangan memang bener, gimana ni, Bang?"

Bapak berkumis panjang berpikir. "Benar juga, Dul! bagaimana kalau nanti malam kita selidiki?"

"Setuju, Bang!"

Akhirnya, pada malam harinya kedua Bapak itu bersembunyi di belakang rumah Pak Kukun. mereka mengenakan baju hitam-hitam, muka mereka diarangi biar hitam, jadi biarpun mereka senyum, tetap tidak akan terlihat karena gigi mereka juga ditempeli kain hitam.

Suasana rumah Pak Kukun gelap gulita. Tidak ada suara, hanya nyala cahaya lemah dari ruang belakang. Kedua Bapak yang mengintai itu berpendapat bahwa itu cahaya lilin yang Ibu Kukun beli tadi siang. Maka makin besar prasangka mereka atas kambing ngepetnya Pak Kukun.

Menjelang tengah malam, kedua bapak yang dikerubungi nyamuk itu mendengar suara-suara aneh. Suara ribut Ibu Kukun dan juga suara mbekkan binatang. Itu suara Kambing.

"Dul, suara kambing. Benar berarti, pak Kukun itu miara kambing ngepet."

"Bagaimana ini, Bang?"

"Kita lapor saja!"

Kedua bapak itu melapor ke kepala desa. dalam sekejap, mereka telah mengumpulkan penduduk desa dan mengepung rumah Pak Kukun. Awalnya mereka bingung kenapa diajak kesini, tapi setelah dijelaskan dan mendengar sendiri suara-suara kambing dari rumah Pak Kukun, massa itu berteriak marah.

Sementara dari dalam rumah, terdengar teriakan anaknya Pak Kukun.
"Mak, lilinnya mau mati!"
"Jangan sampai mati, Nak!" teriak Bu Kukun. "Kalau lilinnya mati, nanti Bapakmu celaka. Jaga nyala lilinnya!"

massa makin beringas, obor mereka teracung ke udara sambil berteriak-teriak. Mereka sangat marah, bahkan sangat sangat sangat murka. apakah mereka mau membakar Pak Kukun sekeluarga hidup-hidup?
Bagaimana nasib Pak Kukun sekeluarga?
Lihat episode duanya ya. hiiii

to Be contuinued........

Jumat, 26 Juni 2009

08.16.00

Benar Bintang Utara? (1)

Bukan sebuah hal baru, tapi mari sekilas menjadi mahasiswa astronomi kacangan yang hanya belajar tentang satu titik bidang astronomi. Pasti banyak orang sudah tahu dengan yang namanya Bintang Utara atau istilahnya Polaris.

Ditemukan pertama kali leh William Herschel pada tahun 1780, Polaris terletak sangat dekat dengan kutub langit utara. Polaris juga merupakan bintang paling terang di sebuah rasi yang bernama Ursa Minor, suatu rasi bintang di langit utara, yang namanya berarti "Beruang Kecil" dalam bahasa Latin.

Bintang utara ini berjarak kira-kira 430 tahun cahaya dari bumi, Jarak yang sangat jauh jika dibandingkan jarak matahari ke bumi yang hanya sekitar 8,5 menit cahaya atau bulan yang hanya 1,3 detik cahaya. Ahli astronomi AS menyatakan bahwa Bintang Utara ini 2.000 kali lebih terang dibandingkan Matahari, Sebuah bintang maharaksasa dengan massa 6 kali massa matahari. namun melihat jarak, wajar jika bintang yang paling terang di bumi itu adalah matahari.





Lokasi bintang ini tepat berada di sumbu poros rotasi bumi, letaknya yang spesial menjadikannya sebagai favorit bagi para astronom. Jika bintang-bintang lain bagaikan bergerak mengikuti arah rotasi bumi dari timur ke barat, namun bintang ini tetap pada posisinya. Karena itu bintang ini telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai panduan navigasi.

Jika di kutub utara ada polaris, apa di kutub selatan juga ada bintang serupa?
Setelah tak cari-cari di banyak sumber, ternyata di kutub selatan bumi juga ada.
Ada sebuah bintang bernama Sigma Octantis. Bintang itu tidak seterkenal bintang seberangnya karena Sigma Octantis adalah bintang redup yang hampir-hampir tidak bisa dilihat dengan mata yang tidak berbaju (apa coba). Dalam terminologi astronomi, polaris 25 kali lebih terang daripada bintang ini. Oleh karena itu, kebanyakan orang awam lebih mengenal polaris daripada bintang ini, padahal keduanya menempati posisi yang sangat unik, yaitu sama-sama pada sumbu poros bumi.

Dengan begitu, pernahkah terpikir oleh kita semua bahwa kedua bintang kutub ini seperti bintang penjaga stabilnya rotasi bumi. Jika kedua posisi bintang dihubungkan, maka itulah sumbu poros bumi dengan kedua bintang pada ujungnya. Jika kita bayangkan, ini seperti tali jemuran. Polaris adalah ujung pancang satunya, dan Sigma Octantis ujung lainnya, bintang-bintang lain berotasi mengelilingi bumi sementara kedudukan mereka tetap, seperti seorang pemimpin yang menjaga segala sesuatunya agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Apakah karena hal itu nama Bintang Utara nongol di atas?
tauh ah, lihat part 2 nya ntar saja.


Data dari berbagai sumber



Senin, 22 Juni 2009

08.16.00

Capugua : Kakaktua Gundul

Capugua. Ini adalah sebuah desa kecil, lebarnya hanya seukuran telapak tangan manusia dewasa berumur dua puluh empat tahun kurang beberapa bulan saat dilihat dari udara. Tidak terlacak satelit manapun, tidak pula tercetak di peta saat Dora mencarinya. Intinya, hanya keajaiban yang membuat desa ini ada dan kini berpenduduk.

Namun bukan itu yang ingin dibahas sekarang, ada hal yang lebih mendesak. Keramaian sedang terjadi, pusatnya dari halaman depan sebuah rumah di sudut utara desa. Penduduk desa yang jumlahnya bisa dihitung dengan anak sempoa sedang berkumpul disana, pada terheran-heran dengan sebuah benda baru yang bertengger di sebuah dahan kecil yang sengaja dipancangkan oleh si Tuan rumah.

“Tetanggaku semuanya, ini namanya burung Kakaktua. Aku mendapatkannya dari seorang kenalan yang akan bepergian ke luar pulau dan tidak pulang-pulang. Burung ini tidak bisa dibawanya, karena itu diberikannya padaku. Burung ini burung keramat, sudah berpindah tangan secepat uang dari keluarga kaya satu ke keluarga kaya lainnya. Artinya, dimanapun ia bertengger, maka kekayaan akan memenuhi rumah itu,” ujar Pak Kukun dengan bangganya.

Tetangganya berseru, sambil menunjuk-nunjuk burung itu dengan sedikit sangsi.

“Apa bagusnya? Bagusan burung merpatiku di rumah,” seru seseorang, disambut seruan membenarkan yang lain.

“Iya, burungnya jelek juga. bulunya jarang-jarang, gundul!”

Memang burung itu wajahnya tidak menentu, bulunya jarang-jarang, nampak banyak dicabuti, satu dua mencuat-cuat seperti rambut pemuda kerempeng yang kurang gisi dan kurang mandi.

“Jangan lihat penampilannya, lihatlah kemampuannya. Burung ini bisa bicara. Tidak percaya, kita lihat sendiri.”

Pak Kukun maju mendekati burungnya, sambil menggaruk lehernya dia bertanya. “Siapa namamu burung manis?”

Burung itu menjawab, “Kak... kakkk... kakkan…”

“Rumahmu dimana?”

“Kukun.. kukun… kukun….”

“Rumahnya Pak Kukun, maksudnya,” Pak Kukun menjelaskan. Ia kembali pada burungnya.
“Apa makananmu?”

“Kakkk…. Kakk…. Kak…. Makan… Makan… Makan… kelaparan.. kelaparan… kelaparan….”

Semua tetangga berdecak kagum, ternyata burung itu bisa bicara seperti manusia. Sepanjang hari, burung itu terus saja berteriak-teriak, menyebut nama Pak Kukun tanpa henti. Itu membuat cuping hidung Pak Kukun kembang-kempis karena bangganya. Ia memamerkan burungnya sepanjang hari, dan pengunjung terus membludak seakan-akan tetangganya bisa kenyang hanya mendengar burung itu berteriak ‘Makan.. makan.. makan..”

Menjelang malam, tetangganya mulai kembali ke rumah masing-masing. Suasana sudah sepi, dan Pak Kukun meletakan burung itu di belakang rumah, di sebuah ranting tertinggi pohon yang menghadap ke timur. Nampaknya burung itu senang di tempat tinggi, karena suara berisiknya tidak terdengar lagi.

Desa Capugua terlelap dalam hening, hanya derik binatang malam dan kerling bintang yang mengintip. Anak-anak mendengkur pelan di bantalnya. Orang dewasa bergelung dengan selimut hidupnya, semuanya senyap, seakan tanpa kehidupan.

Jam lima pagi, tiba-tiba smeuanya gempar karena ada yang berteriak dengan nyaring.

“Kebakaran… kebakaran… kebakaran….”

Bu Kukun yang duluan terjaga, ia mendengar teriakan itu. Dekat sekali rasanya, ia takut rumah sebelah yang terbakar. Dengan panik ia membangunkan suaminya.

“Pak, kebakaran, pak!”

Suaminya terlonjak bangun, mendengarkan ribut-ribut di luar serta teriakan kebakaran. “Bu, selamatkan perhiasan di peti, bawa tevenya keluar, lukisan kumis Bapak yang baru dibungkus selimut, bawa keluar…”

Sambil meneriakan ini itu, Pak Kukun meloncat dari tempat tidur, menyambar selimut di lemari dan berlari menuju ruang tengah. Ia membungkus apa yang bisa dibungkusnya, televise, kulkas, DVD, netbook kecilnya. Sementara istrinya di kamar, mengambil kotak perhiasan sambil menangis meraung-raung.

“Bu, si Komat masih tidur, cepat bangunkan!” teriak pak Kukun, ingat anaknya.

Istrinya melempar kotak perhiasan, berlari ke kamar anaknya. Pak Kukun sebal, lalu meraih kotak perhiasannya, meletakannya di atas bungkusan teve dan bersama istrinya yang menggendong anak mereka, ia berlari menuju pintu.

“Ibu, orang-ornag ramai di luar. Cepat, seperti apinya di rumah sebelah!”

Bu Kukun sempat mengintip lewat tirai, “Iya, Pak. Mereka ramai sekali di depan, nampaknya rumah bu Kiyap yang kebakaran.”

“Iya, Bu! Ayo cepat!” ujar Pak Kukun sambil membuka pintu.

Ceklik… kriet…. Dan burr……

Air menyembur dari luar, menerjang ke arah pintu dan mengenai Pak Kukun. Orang-orang berteriak padanya, sambil melemparkan air dari dalam ember, Pak Kepala desa yang membawa selang, menerjang maju dan mengarahkan airnya ke seluruh ruang tamu Pak Kukun. Orang-orang ikut menerjang masuk, suasana kacau, air bertumpahan dimana-mana, lantai tanah jadi becek.

“Berhenti! Berhenti! Berhenti!” teriak Pak Kukun, namun tidak ada yang mendengar. Semuanya sudah menyiramkan air ke rumahnya dengan cepat, tanpa ba bi bu lagi. Pak Kukun dan Bu Kukun terus berteriak-teriak, meloncat-loncat sambil melindungi barang-barang mereka dari guyuran air. Namun sia-sia, semua sudah basah.

Pak Kukun merebut selang air dan balik mengguyur pak Kepala desa.

“HENTIKAN! HENTIKAN! HENTIKAN!”

Semua diam seketika, pak Kukun meloncat-loncat, menyemprot kesana kemari seperti orang gila.

“Kenapa kalian menyemprot rumah saya? Semua barang saya rusak, rumah saya kebanjiran!!!”

Pak kepala desa menajwab. “Bukannya Bapak tadi yang berteriak kebakaran?”

“Tidak, saya tidak berteriak. Justru saya kira rumah sebelah yang kebakaran!”

“Tidak, kebakarannya dari sini!” seru warga lain.

“Iya, suaranya jelas sekali dari sini!”

“Betul, itu dengar suaranya saja masih ada.”

Semua diam, memasang telinga. Teriakan yang mengatakan kebakaran masih terdengar nyaring, berputar-putar disekitar mereka.

“Siapa yang berteriak?” teriak pak Kukun.

Tidak ada yang menjawab, namun semuanya menunjuk ke atas. Mata Pak Kukun melebar, suara itu memang dari atas. Ia menerjang keluar rumah, lalu berputar ke arah pohon belakang. Suaranya datang dari atas sana. Ia mendongak, matanya bekrilat-kilat marah.

Burung kakaktua gundulnya menatap ke arah matahari terbit sambil melonjak-lonjak di sangkarnya. Suaranya yang nyaring masih juga berteriak, “Kebakaran! Kebakaran! Kebakaran!”


N.B
Selidik punya selidik, ternyata burung itu bulunya gundul karena setiap pagi dicabuti pemiliknya yang marah setelah rumahnya kebanjiran dan diguyur warga akibat teriakannya saat melihat matahari terbit. Dan pagi itu, bulunya benar-benar gundul saat berpindah tangan ke orang 'kaya' yang tidak dikenali.





About