Payung Cantik Itu Kembali
Ada yang bilang dulu kalau payung itu sudah ada yang punya, dan saya memaksa diri untuk percaya. Namun tempo hari, saya kembali melihatnya di etalase toko. Sang payung cantik masih tertidur disana dengan nyenyaknya, tidak tampak ia pernah diboyong ke sebuah rumah atau dimiliki orang lain.
Perlahan, keinginan terdahulu kembali menyeruak ke permukaan. Seperti membuka album kenangan, padahal lembaran brosur dan poto sang payung sudah tersimpan sangat rapat di sudut tersembunyi, lukanya sudah hampir sembuh pula. Tetapi, semenjak melihatnya kembali di etalase setelah sekian lama, saya kembali merasakan romansa yang mengerikan itu. Ternyata, tidak bisa dipungkiri, jauh di lubuk hati, saya masih belum bisa melupakan payung itu.
Manusiawi mungkin. Sungguh shock saat melihatnya kembali. Walau penampilan luarnya sedikit berubah, saya masih bisa mengenalinya. Payung itu ternyata masih tetap sama, masih suka menawan orang dengan keunikannya. Dan yah, saya juga masih sama, tetap tertawan walaupun sudah berusaha sekuat tenaga melangkahkan kaki melewati etalase tanpa menoleh.
Saya akhirnya berdiri di depannya, memandangnya dengan senyum. Namun ternyata dia tidak mengingat saya. Ia lupa dengan, bagaimana saya dahulu memandanginya sepanjang waktu, atau bahkan lupa kapan terakhir kali kami bertemu. Yang lebih menyakitkan, entah kenapa seakan ada jarak, kaca etalase serasa semakin menebal. Walaupun tempo hari itu kami begitu dekat berdampingan, tapi entah kenapa saya merasa dia sangat jauh, semakin jauh, semakin jauh tak terjangkau.
Semakin saya melihatnya, semakin saya sadar bahwa saya tidak pantas memilikinya. Ada banyak tangan lain di luar sana yang lebih cocok, yang lebih sepadan, yang lebih indah. Dan nampaknya memang iya, sebuah tangan sepertinya mulai terjulur ke arahnya. Tangan yang belum bisa saya lihat, tapi bisa saya rasakan. Dan nampaknya payung itu juga mulai mendekat ke arah tangan misterius itu.
Iyak, mungkin memang begitu, walau saya percaya jodoh, tapi saya tidak tahan untuk terus sakit. Memandanginya sangat indah, di dekatnya sangat nyaman. Tapi tahukah dia, bahwa semakin saya melihatnya di etalase, semakin saya kembali terjerat. Rasanya sesak saat kembali pulang setelah memandanginya di etalase. Rasanya sakit membayangkan tangan misterius itu. Rasanya.... mixed like juice, but not a delicious as juice..
Perlahan, keinginan terdahulu kembali menyeruak ke permukaan. Seperti membuka album kenangan, padahal lembaran brosur dan poto sang payung sudah tersimpan sangat rapat di sudut tersembunyi, lukanya sudah hampir sembuh pula. Tetapi, semenjak melihatnya kembali di etalase setelah sekian lama, saya kembali merasakan romansa yang mengerikan itu. Ternyata, tidak bisa dipungkiri, jauh di lubuk hati, saya masih belum bisa melupakan payung itu.
Manusiawi mungkin. Sungguh shock saat melihatnya kembali. Walau penampilan luarnya sedikit berubah, saya masih bisa mengenalinya. Payung itu ternyata masih tetap sama, masih suka menawan orang dengan keunikannya. Dan yah, saya juga masih sama, tetap tertawan walaupun sudah berusaha sekuat tenaga melangkahkan kaki melewati etalase tanpa menoleh.
Saya akhirnya berdiri di depannya, memandangnya dengan senyum. Namun ternyata dia tidak mengingat saya. Ia lupa dengan, bagaimana saya dahulu memandanginya sepanjang waktu, atau bahkan lupa kapan terakhir kali kami bertemu. Yang lebih menyakitkan, entah kenapa seakan ada jarak, kaca etalase serasa semakin menebal. Walaupun tempo hari itu kami begitu dekat berdampingan, tapi entah kenapa saya merasa dia sangat jauh, semakin jauh, semakin jauh tak terjangkau.
Semakin saya melihatnya, semakin saya sadar bahwa saya tidak pantas memilikinya. Ada banyak tangan lain di luar sana yang lebih cocok, yang lebih sepadan, yang lebih indah. Dan nampaknya memang iya, sebuah tangan sepertinya mulai terjulur ke arahnya. Tangan yang belum bisa saya lihat, tapi bisa saya rasakan. Dan nampaknya payung itu juga mulai mendekat ke arah tangan misterius itu.
Iyak, mungkin memang begitu, walau saya percaya jodoh, tapi saya tidak tahan untuk terus sakit. Memandanginya sangat indah, di dekatnya sangat nyaman. Tapi tahukah dia, bahwa semakin saya melihatnya di etalase, semakin saya kembali terjerat. Rasanya sesak saat kembali pulang setelah memandanginya di etalase. Rasanya sakit membayangkan tangan misterius itu. Rasanya.... mixed like juice, but not a delicious as juice..
hehehehehe baca cerita ini, mengingatkan diriku kepada semua barang2 yang hanya bisa kupandang diluar kaca etalase tanpa pernah memilikinya...... hiks-hiks.... jadi sedih.... karna udah ada pemilik yang telah berjodoh dengan dia.
BalasHapusmbak, khusus cerita yang ini aq suka banget, banget-banget dech.....
apakah payung itu menggambarkan someone yg tak bisa kau gapai hatinya? hnya bisa dilihat saja tapi tak bisa kau miliki?
BalasHapusbaca tulisan mu yang ini kok aku jadi keinget ama video clipnya agnes monica yang naksir piano yah...
BalasHapusbolak-balik ke toko musik, naksir sebuah piano...sambil ngumpulin duit...sampe cukup buat beli piano itu.
taunya, setelah duitnya cukup, tuh piano dah kebli ma orang lain...sedihnya...
*nyambung gak?*
payung mengapa kau begitu jahat (loh kok)
BalasHapusMba..pecahin aja kaca etalasenya biar ga ribet...
BalasHapusbes itu colong payungnya
( Asal jangan payung org ninggal aja di colong...ntar bisa didatengin ama yang dipayungin )
sepertinya ada sesuatu yang tidak tergapai yaa....
BalasHapusbegitu dekat kok tambah cuek dan nggak kenal yaa...
don wowwyy...kata neng rihanna "u can stand under ma umbrella" hehehe...
BalasHapushmmmm...baguss tulisana...loved it!!
mungkin payung itu sangat berbahagia dalam etalasenya
BalasHapusdan mungkin kita perlu mencari payung yang tidak dalam etalase
Petromaxx...ehh bukan..
BalasHapushohoho...yang ngomongin payung...kayakna ane setuju tuh yang dibilang sama teh fanny...selamat aja kalo payungnya dah kembali...
lain kali di gembok yah biar nggak di colong lagi...
setuju dgn Fanny...apakah spt itu?
BalasHapuscoba cek liriknya the hardest part-coldplay :D
btw lam kenal ya...
payung....
BalasHapustak ku sangka kau miliki kharisma jua....?!
pas nih, medan lagi musim hujan. aku masih punya payung ga ya? cek dulu ah.....
kamu suka makan pizza ngga?
BalasHapuskak, mendingan eksis di blog aja lbh enak..., aku blg tau siapa saja yg pny blog kayak kk, yg slalu meratiin blognya ?
BalasHapuswen cantik datang kembali wat setor muka huehehe mohon dterima yah;)
BalasHapustapi wen gak suka mixed juice sukanya vanilla aa stroberi milkshake gitu:p bener2 komeng gak nyambung *pentungpentung* kabur bawa payungnya chi
aku numpang berpayung sore ini disini
BalasHapusyg kayak gimana sih payungnya bisa membuat mbak mocca tersedu-sedan begini?? *penasaran[dot]com*
BalasHapusknp si mesti pake di sembunyiin, knp mesti samar, mesti pake ibarat de es be de el el :( napa gk blak-blakan aja, sebut jenis nya, orang apa setan, namyana, mahmud apa sapa gtu ??? :((
BalasHapuskuk jd gw yg sewod ya???
Kmrn entong nasi, skrg payung.. Garis merah yg sderhana tp bgtu bermakna..bsk pa lg ya? Sendok garpu gmna?hehe
BalasHapuspayun itu bisa dipakai berteduh ya mba :D,
BalasHapussaya yakin ini tulisan untuk someone. Setuju dengan mba Fani :)
Mati satu tumbuh seribu mba, kejar terus hohoho
Thanks dah ksh solusinya?? Wah blm posting ya? nti ivan balik lagi dah...hehehe
BalasHapuspinjem payung dong.
BalasHapuskeknya bukan hanya sebuah payung deh. lebih dari itu. hayoooo ngaku...
BalasHapuscha, diluar hujan neh
BalasHapuspinjem payungnya ya
jangan sedih non
keep smile
apakah sang payung dah jadi milik orang lain?masih banyak kok payung lain yang mau melindungi dari terpaan hujan dan teriknya matahari.
BalasHapuspayungku dimana yah ? hiks.. hiks..
BalasHapusada award buat kamu nih,,
BalasHapusambil yah