Senin, 01 Juni 2009

14.55.00

Blogging with Paid Review

Having blog and like update regulary?

Want to make money with an enjoying way?

I sugest you to try paid review. Maybe it is a bored article, you have watched it in some other place, but no matter if you want to see my sharing.
The simple thing, nothing venture if we try it. Writing about anything or something that be assigned in our blog and we get dollars. Just simple and easy. The hardest thing maybe just take an topic, but that is not a matter if remembering we have writing for along our age.

To starting review, you can try this website. You should not have to writing all of the task, as a blogger you can choice. So if just writing about sport, you should not writing about music online. You can keep your blog on whatever you want.
It is easier than you put an advertising in your blog and waiting for someone who want to click it, or you would be banned if you determine to click it by your self. I have prooft and never get money from it, but you can complain me if I get wrong (peace).

Maybe somebody underestimate the paid review. Blogging with money motivated. Or somebody make fun with make money blogging. But lets take the positive ones, we can make money with a right way. There is not rule that forbid to explore the internet to get money.

And keep remember, we do not just take a money like a robber steal in bank. We do something, we writing. Make a good writing and adjust it with the advertiser request need an effort. It is not a easy things as like as take a money for bank.
So, do not confusing with a topic, just write about anything that you want. Or your blog will be looks disorganized? Do not worry about that, you can make other blog which use to paid review specialy.

Try paid review, become self employment for a moment, and you will find the advantage.



10.29.00

Belajar dari dongeng

Pada hari sabtu kemarin (gaya memulainya ga banget, mengingatkanku pada lagu pada hari minggu kuturut ayah ke kota), seperti ditulis Teh Echi, kami ngetem di gramedia Denpasar sampai tiga jam. Ada sudut yang aku sukai disana, di bagian buku anak tepatnya di bagian dongeng. beberapa buku dongeng disana terbuka sampulnya, dan dua kali ketemu teh Echi, beliau selalu menemukanku disana.

Masa kecilku hanya dipenuhi oleh permainan petak umpet, main karet, metembing (indonesianya ga tau), maen dengkleng-dengklengan (ini apa lagi). Belum ada buku bacaan waktu itu, terutama karena memang tinggal di desa dan fasilitas belum memadai. Aku baru bisa baca dongeng saat sekolah, itupun baca dari buku pelajaran bahasa indonesia. Buku cerita lepas yang pertama aku baca itu waktu kelas 5, yang bercerita tentang anak yang berbohong dan kepalanya ditumbuhi tomat. Jadi saat itu aku sama sekali tidak tahu dongeng cinderela, putri salju atau yang lainnya. Tapi... nyah, kok jadi curhat sih.

btt, sabtu lalu selain Robin Hood, aku juga membaca buku kumpulan dongeng. Satu dongeng yang menarik perhatianku, walau sebelumnya pernah membacanya di sebuah karikatur anak dengan cerita yang sangat jauh berbeda.
Disini aku coba menceritakan kembali dongeng itu.
****


AIR SUSU DIBALAS AIR TUBA


Suatu waktu hiduplah seorang petani bodoh. Ia sedang pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar ketika mendengar suara tangisan. Berapa lama mencari, akhirnya ia menemukan dari mana asal tangisan itu. Ternyata seekor ular sedang terjepit di bawah batu.

"Petani, tolong lepaskan aku," pinta ular itu.

Petani yang bodoh itu menolak. "Tidak, nanti kalau aku melepaskanmu, kamu akan menggigitku."

Ular itu menggeleng. "Tidak mungkin, aku tidak akan menggigitmu. Kamu telah berbuat kebaikan padamu, tidak mungkin aku membalasnya dengan kejahatan."

Akhirnya petani yang bodoh itu percaya, ia membantu sang ular dengan mengangkat batunya. Akhirnya ular itu senang bisa lepas, dan apa yang terjadi?
Ternyata ular itu melupakan perkataannya dan hendak mematuk petani bodoh itu.

"Kamu bilang tidak akan membalas kebaikanku dengan kejahatan tapi mengapa kamu tetap mau mematukku?" tuntut petani itu.

Ular itu tertawa. "Mana ada di dunia ini hal seperti itu. Dimana-mana kebaikan selalu dibalas dengan kejahatan!" kata ular itu.

"Mari kita tanyakan pada orang lain," usul petani itu.

Ular setuju dan akhirnya mereka berkeliling hutan untuk menanyai yang lain.
Hewan pertama yang mereka temui adalah seekor kuda tua.

"Kuda, kebaikan itu dibalas dengan apa?" tanya petani itu.

Kuda itu menjawab, "Kejahatan. Pada waktu muda, saat tenagaku masih kuat, manusia memperlakukanku dengan baik. Aku diberi kandang yang layak, jerami yang segar. Lalu sekarang, setelah tua mereka mengusirku."

Ular dan Petani kembali melanjutkan perjalanan. Hewan kedua yang mereka temui adalah domba. Mereka kembali menanyakan, kebaikan itu dibalas dengan apa.

Domba menjawab "Kejahatan. Pada musim panas manusia membiarkan buluku tumbuh hingga aku kepanasan, namun pada musim dingin mereka mencukur buluku hingga aku kedinginan."

Ular sudah siap mematuk kala itu, namun petani itu berkata bahwa mereka harus menemukan hewan ketiga. Mereka terus berjalan, dan suatu saat petani melihat seekor rubah yang lewat. Maka sebelum ular melihat serigala itu, sang petani cepat-cepat berkata pada serigala itu.

"Kalau ditanya, jawablah kebaikan itu harus dibalas dengan kebaikan. Nanti aku akan memberimu itik, anak babi dan domba sebagai makananmu."

Sang rubah setuju dan ketika ditanya oleh ular ia berkata bahwa, "Kebaikan itu harus dibalas dengan kebaikan."

Maka dengan rubah itu, petani dan ular kembali ke tempat semula. Ia meletakan ular di bawah batu, dan petani selamat dan tidak jadi dipatuk oleh ular.

Malamnya, rubah datang ke rumah peani untuk memperoleh imbalannya. Namun petani itu telah mengunci smeua kandang. Kandang itik digerendel, kandang babi diisi batu dan kandang domba diisi kayu besar.
Bahkan petani juga menempatkan anjing besar yang galak di depan kandang.

Rubah akhirnya pergi."Wah Pak petani, kau jadi pintar sekarang," katanya. "Ternyata memang benar kata ular itu, kebaikan dibalas dengan kejahatan!"
****

Rabu, 27 Mei 2009

10.12.00

Saat Tergelap WaktuMalam

Dhewy_re
"Saat paling gelap terjadi tepat sebelum fajar merekah namun setelah itu adalah awal dari segalanya"
Mocca_chi
Emang jam berapa fajar merekah yak?

Dhewy_re
"Yang jelas, kalao di bali lebih cepet (+/-) 1 jam, haha"
Mocca_chi
Ngeles dia, wuakakak


**********************************************



"Ko,emang benar malam paling gelap itu saat sebelum matahari terbit?"

Koko tidak langsung menjawab, melainkan bersidekap sambil memandang ujung kakinya yang bergelantungan. Mereka berdua duduk di balkon rumah, memandangi bintang-bintang kecil yang kadang timbul tenggelam di balik awan. Embun belum turun, matahari baru menghilang satu jam lalu di belakang sana.

"Koko malah tahunya malam itu paling gelap saat jam sembilan malam."

"Lho, kata buku yang di baca Mama begitu, katanya malam paling gelap itu muncul sebelum matahari terbit,"

"Memang Kiki pernah lihat malam saat matahari mau terbit?"

Kiki menggeleng polos, ia memeluk bonekanya erat sambil menggoyangkan kakinya. Kokonya memandangnya dengan wajah mengejek, sesekali memainkan alis menggoda karena Kiki tidak bisa membuktikan perkataannya.

"Kiki bangunnya siang melulu, sih! Mana bisa lihat matahari terbit."

"Kan, Kiki belum sekolah. Jadi Mama bilang boleh bangun jam tujuh. Koko juga bangunnya siang terus, sampai Mama marah-marah karena Koko mau telat sekolah, baru Koko bangun," balas Kiki.

Koko tidak mau kalah. "Yey, tapi kan kata Koko Malam paling gelap itu saat jam sembilan malam, bukan saat matahari terbit seperti Kiki bilang!"

"Tapi Koko ngejek Kiki yang bangun siang," Kiki merajuk.

"Biarin, memang Kiki selalu bangun siang,"

"Koko juga,"

"Nggak!"

"Iya,"

"Nggak!"

Mama muncul dari belakang, dengan baju tidur warna putih dan rambut terurai. Beliau tersenyum dan menyentuh bahu keduanya.

"Sudah, ayo tidur, Sudah jam sembilan ini, biar besok tidak kesiangan."

Kedua kakak beradik itu menurut, masuk kamar dan tidur di ranjang masing-masing. Kiki masih takut tidur sendiri, jadi Mama meminta Koko menemani.

"Selamat Malam, Kiki dan Koko. Tidur nyenyak, ya!" ujar Mama sambil menyentuh tombol lampu.

Seketika lampu padam dan ruangan menjadi gelap. Setelah Mama menutup pintu, Koko berbisik pada adiknya.

"Kiki, benar kan kata Koko, malam paling gelap itu pada jam smebilan malam, yaitu saat Mama mematikan lampu dan menutup pintu."

Namun tidak ada jawaban, Kiki sudah terlelap dengan sangat cepat, dan bermimpi sedang duduk dengan kokonya di balkon sambil menyaksikan detik-detik sebelum matahari terbit.


Denpasar, 27 May 2009
10.31 AM
*maksud cerita ini apa ya? ada yang tahu? hiii



Senin, 25 Mei 2009

12.25.00

Pembeli adalah raja, benar?

Pembeli adalah raja.
Itu pepatah tua, tapi apakah bener?
Sabtu lalu, sehabis kerja aku mampir beli makan di salah satu warung sekitar kawasan Rumah Sakit Sanglah. Setelah memilih menu rutin, campuran berbagai macam sayur sama ayam, aku menuju ke kasir sambil membawa label harga yang diberi sama mbak yang ngebungkusin.

Bersama label, aku serahkan selembar uang lima puluh ribuan. Bukannya kaya, justru karena benar-benar cekak dan uang di kantong hanya lima ratus perak, lalu narik di ATM.
Kasir, seorang Bapak keturunan India, yakin juga dia yang punya warung, berwajah jutek dan sepengalaman beli disana memang tidak pernah senyum.

Ia melihat uangku dan bertanya. "Tidak ada uang kecil?"

"Nggak ada, Pak," jawabku sambil tersenyum.

"Lima ribuan?" tanyanya lagi dengan wajah judesnya.

Aku kembali menggeleng.

"Seribu lima ratus?"

"Ga ada, pak. hanya lima ratusan saja!" jawabku pelan.

Sepertinya dia dongkol, mengambil uangku yang masih tergeletak di meja. Sambil menyerahkan kembalian dia berkata, "Besok-besok, kalau ga ada uang kecil jangan belanja kesini!"

Weuw!

Pernah merasa punya uang tapi ditolak untuk berbelanja? Itulah saatnya, dan seterusnya aku berkata dalam hati, ga akan belanja disini lagi!



Jumat, 22 Mei 2009

11.36.00

Mereka Sebelum Masehi

Siapa sangka pada abad sebelum masehi para blogger telah bernapas dan hidup, walaupun (mungkin) hanya berupa benih awal yang tak berbentuk, seperti jiwa yang menyawai sebuah makhluk hidup.

Dan kemarin, setelah melalui perjalanan singkat dan mampir sana sini untuk makan lumpia, aku berhasil mengabadikan para blogger lewat sebuah kamera pinjaman yang setingannya hancur hingga beberapa gambar yang aku ambil jadi blur. Tapi blur lebih baik daripada ga ada.

sebelum baca, ada sebuah perjanjian yang harus diikuti. Bagi yang akan menekan readmore, harus bersumpah semati sehidup untuk mengikat hawa kemarahannya yang mungkin timbul atas sesuatu yang akan terjadi setelah readmore. Apalagi komplain dan dendam, karena bagaimanapun, aku menemukan kalian seperti ini atas dasar nama (ga) cinta.
Oke?
Yang tidak mau jangan tekan readmore, yang mau.. silahkan.


Salah satu pagar ayu yang menyambut pengunjung, rupanya cantik walau dia bisu. Walau begitu, dengan salah satu bahasa (animal) roaming aku tahu namanya.
Nama : Fany.
Edisi: Tahun 54 SM





Yang ini sedikit pemalu daripada yang tadi. Saat dipoto dia malah noleh kesamping, tapi ia benar-benar imut dengan bulu hijaunya.

Nama :Rahmi
Edisi : Tahun 64 SM



Seorang yang berponi, hobbynya sama anak kecil dan tidak marah ketika dinaiki keliling sungai.

Nama : Neng Aia.
Edisi : Tahun 85 SM





Tubuhnya imoet bin mungil. Saat dipoto, dia sedang tiduran di atas ranting, nampak sedang bermalas-masalan. Wajahnya juga nampak melow, mirip sekali dengan profilnya di terbitan edisi terakhir.

Nama : Vie_three.
Edisi : 003 Masehi




Nah, yang ini lucu. Baru saja terlihat, sudah bikin orang ngakak. Sedah heboh-hebohnya dunia memberitakan tentang sebuah penyakit yang terjadi akibat bersin dia, eh, dia sekarang malah enak-enakan mengais-ngais tanah.

Nama : JOnkGakKece (emang ada yang bilang dia kece?)
Edisi : Tahun 4 Masehi



Yang ini kecil(whatt?) dan lincah. Pasti pernah dengar kan tentang kancil yang mencuri ketimun? Nah, kali ini dia ga nyuri ketimun. tapi wortel dan bumbu-bumbu lain untuk masak.

Nama : Henny YC
Edisi : 59 SM




Yang ini, hmm... ga tau juga ya, Entahlah aku merasa segan dan tegang saat menghampirinya. Mungkin karena secara logika dia itu si raja hutan alias ertenya utan plurk, jadi ups... aku kan bukan warga hutan jadi ga perlu takut. Tapi beneran, dia galak banget sama anak-anak.

Nama : Lindabelle
Edisi : 446 SM



Dia makhluk nocturnal, beraktifitas pada malah hari. Rata-rata para penyair menggunakan kata malam sebagai sebuah simbol romantisme, karena yakin ga ada yang namanya candlelight Lunch. Entahlah, belun pernah nyoba

Nama : Echi
Edisi : 56 SM










Ini dia salah satu makhluk langka, makan pavoritnya madu, bukan daging binatang atau tumbuhan jadi tidak merusak rantai makanan dan ekosistem. Termasuk pencinta alam bukan?!

Nama : Attaya
Edisi : 16 Masehi







Dimanakah dia doyan hidup? jawabnnya adalah di pohon. Kenapa? Karena kalau di air namanya ikan, makhluk yang seumur hidupnya mandi tapi baunya selalu seperti kentut. Dan hmm... Dia suka pohon, makanya rumahnya selalu banyak pohon (miss u)

Nama : Ndies
Edisi : 0 Masehi



Yang ini alien di negeri tercinta kita Indonesia karena tidak ada padang pasir. Namun setelah berbincang sejumlah punduk di punggungnya, ketahuanlah dia orangnya lembut dan bicaranya perlahan seperti jalannya. Low profil lagi, karena dia menyukai rumah yang kecil. siapa dia?

Nama : Te3ka
Edisi : 64 SM


Hmm.. yang terakhir ini agak misterius. Susah sekali untuk mengorek informasi darinya. Poto ini saja diambil sedetik menjelang dia melempar sesuatu ke pengunjung. Ternyata dia sangat pemarah dan emosional yak. Tapi tunggu dulu, aku yakin itu bukan sifat aslinya. Kan dia sangat misterius, buktinya dia ga mau ngasi tahu namanya
Nama : The Misterious One
Edisi : Undentified.


Nah, kan sudah pada setuju dengan perjanjian, siapa yang neken readmore ga akan marah apalagi dendam. Karena itu, sekian dulu liputan si mocca_chi dari blogger's zoo kali ini. Sudah capek nih, malamnya lembur soalnya sama si insomnia.
Tapi tenang, ada beberapa poto-poto lucu yang bikin aku gemes nih....




















Rabu, 20 Mei 2009

09.03.00

Belanja? Asyik......

Ah, bagi kawan blogger hal ini mungkin bukan hal asing lagi. Tapi kalau belanja online bagaimana? Melakukan salah satu surgawi dunia tanpa harus repot-repot ke luar rumah, panas-panasan atau mengantri di meja kasir. Prosesnya mudah, hanya berkunjung ke toko online misalnya Shop Wiki, lalu pilih barang sesuai kebutuhan, pencet mouse, bayar dan tara.. beberapa hari kemudian barang yang diinginkan datang.

Tapi masak iya semudah itu?
Aku sendiri sih memang belum pernah belanja online, misalnya membelikan Sepeda kecil untuk Si cantik (perkenalkan, keponakanku namanya Si cantik) di , atau seperti kemarin waktu beli buku Roald Dahl untuk ulang tahun teman. Mungkin karena (jujur) aku tidak punya kartu kredit atau acara belanja begini belum umum di Bali, aku lebih memilih untuk mengunjungi toko.

Satu hal yang bikin ngeri kalau belanja online, apa iya barangnya beneran datang setelah kita bayar? atau, apa kualitasnya bagus dan sesuai dengan yang diinginkan? atau kalau misalnya barangnya rusak, kemana kita harus komplain dan menuntut garansi? Hahaa... yah, aku memang mengidap sindrom kuperisasi, sedikit bodoh tapi banyak pintarnya.

Namun secara logika, sebagai seorang konsumen kita harus kritis, terutama dalam belanja online seperti ini. Apalagi sebagian besar Toko online meminta pembayaran dilakukan di awal, entah itu lewat kartu kredit ataupun transfer rekening. Resikonya semakin besar kalau terjadi penyadapan data kartu kredit.

Tadi aku sempat jalan-jalan di google. Katanya telah didirkan sebuah organisasi yang dikenal dengan CASE (Consumers Association of Singapore)oleh CommerceNet Singapore. Organisasi ini tugasnya menjadi seperti konsultan konsumen, entah itu memberikan informasi, edukasi serta perlindungan bagi konsumen. Sebuah sistem berkembang dari organisasi ini, dikenal dengan CASE TRUST yang melindungi konsumen dalam transaksi perdagangan biasa ataupun melalui website

Lalu Indonesaia bagaimana? Hmm.. memang ada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)yang berfungsi menampung keluhan konsumen dan membantu konsumen melakukan klaim terhadap produsen yang telah merugikan konsumen. Namun kegiatannya belum seluas CASE TRUST.

Terlepas dari adanya yayasan tersebut, kita sebagai konsumen harus lebih pintar dan kritis demi kebaikan kita sendiri. Berbagai tips bisa kita lakukan saat belanja online. Bisa diawali dengan mencari kebijakan privacy situs belanja tempat kita berbelanja. Perusahaan tersebut harus memberitahukan konsumen informasi apa yang dikumpulkan, bagaimana menggunakannya dan apakah akan menjual atau memberikan informasi tersebut kepada yang lain. Bagian ini mengingatkanku pada kejadian seorang teman saat aplly kartu kredit, yang ternyata datanya diinformasikan ke pihak lain sehingga temanku dapat penawaran yang berhubungan dengan kartu kreditnya.

Selain itu kita juga perlu meminta jaminan kepada seller, bahwa barang yang dijual bukan barang Reject ataupun jaminan uang kembali 100% jika hal itu tidak dipenuhi. Meminta identitas seller baik itu nomer telpon atau keterangan lain hingga memudahkan kita untuk berkomunikasi (biasanya kan sebuah toko online yang baik akan memberikan nomer telpon secara sukarela yang bisa memudahkan kita menghubungi mereka).

Duh, kok panjang ya... biar ga panjang, mungkin tips belanja online dari Komisi perdagangan Amerika (FTC)bisa dilihat di sini dan jadilah konsumen pintar. Atau jika belum pintar, belajar (sambil main bisa loh) lagi biar lebih pintar.


Btw, Henny YCsudah sampaikah kiriman hapenya? hiiii



Tips dari berbagai sumber

Selasa, 19 Mei 2009

09.00.00

Oh, Indonesia. Kenapa Engkau Begini?

Tutt…...

Itu nada sambung yang kelima, panggilanku yang entah keberapa kalinya. Aku tunggu beberapa saat lagi, sekali suara tut pendek, sampai akhirnya suara cewek yang menyebalkan menyahut dari sana.

“Uh, sial!” aku kesal, dengan gemas memencet tombol end.

Udara Guangzhou yang dingin, agak berkabut sehabis hujan tadi ternyata tidak juga bisa membuatku semakin sabar. Dadaku panas, perutku banyak semutnya. Lagipula, siapa juga yang bisa sabar dengan keadaan yang seperti ini.

Aku menghenyakan pantatku di atas kasur apartemen sederhana seharga enam ratus yuan, atau uang makanku selama sebulan sewaktu sekolah menengah atas di Indonesia dahulu. Serbuan angin buatan dari pendingin yang lupa aku matikan sebelum berangkat ke sekolah, semakin membuatku kesal. Hah, beginilah aku kalau sudah emosi.

“AC geblek! Musim dingin begini baru anginmu dingin,” gerutuku.

Iya, dipikir-pikir, AC itu sebenarnya tak salah. Dia tak berdosa karena saat musim panas anginnya tidak dingin, wajar juga kalau sesekali dia mogok karena freonnya terlambat diganti. Yang salah adalah Pak Hidayat, orang geblek pegawai kedutaan Indonesia untuk Cina. Salahnya lagi dia yang mengurusi bagian kesiswaan, dan yang paling salah aku membutuhkannya SEKARANG untuk mentranslate ijazahku yang berbahasa Indonesia ke bahasa Inggris agar aku bisa mendaftar sekolah.

Aku menggeleng heran. Kalau saja aku bisa melegalizirnya sendiri, urusan ini tak akan aku serahkan pada dia. Tapi berhadapan dengan hukum segala macam aku takhluk. Awalnya kemarin aku sudah senang karena dia berjanji mau membantuku setelah berjalan lima belas menit dari apartemen lalu naik Zhan Bis no 54 menuju stasiun Subway, naik Subway sampai di stasiun Gongyuan Qian, kemudian ganti line menuju stasiun Yuexiu Park, lagi jalan enam ratus meter sampai ketemu Dongfang Hotel dan akhirnya sampai di depan kedutaan di lantai dua. Oh.. begitu panjang perjalananku, dan ternyata tidak cukup setimpal untuk mendapatkan bantuan yang layak darinya.

Pagi tadi, dengan kepercayaan yang besar bahwa ijazahku akan siap untuk dipergunakan besok, aku menelponnya. Dia bilang sudah diurus dan aku tinggal menunggu telponnya nanti siangan untuk pengambilannya. Nah, aku masih tenang dan melanjutkan aktifitasku di sekolah mandarin. Sepulang sekolah, karena dia tak kunjung menelpon, aku memutuskan untuk menghubunginya. Jawabannya…

“Cill, saya masih di Hongkong. Kamu telpon ke kantor saja, ya!”

Itu awal kekesalanku. Tapi yah aku masih berusaha bersabar. Di depan sekolah akhirnya aku menelpon ke kantor kedutaan, nah jawabannya ini bikin aku disambar geledek langit cina.

“Tunggu jam 2 ya, Dik, soalnya semua sedang sholat jumat.”

Oh sial, kenapa pula aku hari ini hari jumat, gerutuku. Aku menoleh ke jam di handphone, masih ada sekitar dua jam lagi untuk menelpon, karena itu aku memutuskan untuk pulang saja. Langit Cina sedang menurunkan hujannya saat itu.

Nah sekarang sudah jam 2, lewat malah. Aku sudah sampai di apartemen, bertemu dengan AC geblek ini, dan sudah menelpon selama lima menit tapi tak diangkat-angkat. Hayo, apa lagi yang akan terjadi sekarang?

aku heran, benar-benar heran. Apa sih susahnya membantu anak pelajar macam aku? Mana papa akan datang pula hari sabtu. Dia pasti akan marah padaku kalau saja ijazahku tak selesai besok. Papa, dengan wataknya yang pemarah itu, tak akan mau mengerti bahwa aku sudah berusaha untuk menyelesaikannya secepat aku bisa. Dia pasti akan menohokku dengan pernyataan, ‘kenapa tidak kamu urus lebih awal?’

“Hoh, tidak!” erangku. Tapi tak urung aku mencoba untuk menelponnya lagi.

tut… tutt… tut…

“Halo..”

Yeah diangkat! Aku bersorak girang.

“Halo, saya Cecillia, pak. Saya mau menanyakan soal ijazah saya yang hendak saya translate. Kemairn saya sudah berikan kepada Pak Hidayat dank arena beliau sedang di Hongkok jadi saya disuruh nelpon ke kantor saja.”

“Oh.. yang ijazah yang itu ya? Sebentar hmm.. “ bapak diseberang bergumam sebentar, terdengar juga dia sedang bertanya pada seseorang lainnya, dan ini yang bikin aku deg-deggan.

Oh.. bapak kedutaan terhormat, ayolah bantu pelajar kecil seperti saya, saya tidak berdosa, saya hanya ingin mendapat pendidikan yang lebih layak saja di sini, bukan karena saya tak percaya Indonesia sudah maju dan berkembang, tapi Papa saya yang tidak percaya. Ayolah, bapak! Jangan korbankan saya lagi. Saya…

“Halo..” suaranya membuyarkan ocehanku.

“Iya, bagaimana, Pak?” tanyaku penuh harap.

“Begini, Dik. Sebelumnya saya mohon maaf, karena yang mengurus ini adalah Pak Hidayat dan berhubung beliau sednag pergi jadi ijazah adik tidka bisa selesai sekarang. Adik ambil hari Senin saja bagaimana? Kalau senin bapaknya sudha kembali.”
APA? SENIN?

“Aduh, Pak! Saya pakai buat besok, lho. Tidak bisa diusahakan?”

“Maaf, Dik. Tidak bisa. Harus Pak Hidayat, prosedurnya memang begitu.”

Ohh.. tidak! Kenapa aku harus mengalaminya? Apa salahku? Apa yang kurang lengkap lagi?

Oh, Indonesia! Kenapa dirimu selalu begitu kolot. Kenapa engkau harus meribetkan sesuatu yang sebenarnya mudah hanya dengan alasan prosedur? Oh, Indonesia! kenapa kau buat administrasi yang beribet itu? Kenapa pula sampai di Cinapun engkau masih Indonesia?

Denpasar, 2 Juli 2008
Dilaporkan langsung dari korbannya, seorang pelajar (saat cerita ini ditulis) Indonesia di cina. Sumpah, bukan rekayasa, hanya dibumbui merica, garam dan tanpa cabe.


eh eh eh, dikasi jejak kucing sama si Juragan Kucing, katanya blog jelek ini masuk blog terapdate versi kucingnya dia, ter dari mana ya.....??

meongnya lagi ngantuk keknya tuh,,,

About