Akkadia - Review
Okeh, setelah prareview tempo hari, sesuai janji yang ditagihin, tadi malam baru sempat nulis review untuk buku ini. Bacanya sendiri lama, hampir dua mingguan. Review ini tidak diikutkan pada sayembara review yang berakhir pada 14 februari nanti, namun sebagai ungkapan terimakasih karena sudah diberikan tanda tangan gratis.
Akkadia, membaca buku ini harus dilakukan saat kepala sedang lowong dan kondisi rileks, karena novel fantasy ini lebih berat daripada buku fantasy local yang pernah aku baca. Pembukaan bab, kita akan diberikan semacam resume singkat mengenai sejarah peperangan serta latar belakang terjadinya sebuah alur cerita yang sedang terjadi saat itu, yang disisipkan penulisnya lewat dialog antara salah satu tokoh utama dengan karakter makhluk kegelapan.
Padat dan sarat info, kalau bagian ini tidak dibaca dan diingat, maka selamat berbingung-bingung ria. Menurutku pribadi, cara Villam mengawali bab pertama sangat berat, meletakan informasi latar belakang di bab awal bisa mengurangi efek misterisasi sebuah novel, dan iyah, karena informasi disajikan di awal sangat lengkap, untuk kebelakang pembaca hanya perlu mengikuti saja.
Sebagai ahli fantasy medieval atau Fantasy perang-perangan (Urgh.. aku ga suka cerita perang-perangan), villam tahu bagaimana teknik bertempur. Pertempuran satu lawan satu dihadirkan dengan detail yang lengkap, yang secara pribadi banyak aku lewatkan karena pertama aku tidak suka perang, kedua, bagiku adegan berperang baru akan menegangkan jika dihadirkan dalam bentuk film dan aku tidak terlalu suka perang-perangan. Jika membaca, otak terlalu sibuk mencerna setiap gerakan dalam pertempuran.
Berbicara mengenai alur, aku salut sama Villam. Pelajaran outline dan perencanaan kerangka tulisan, benar-benar diterapkannya dalam buku ini. Alurnya rapi, teratur dan menjadi satu kesatuan. Seakan kita menghanyutkan baju di satu sudut sungai, lalu kita pergi ke muara sungai dekat laut dan kita ketemu lagi baju itu. Apa yang dihadirkan di awal, benar-benar ada hubungannya dengan adegan yang akan muncul selanjutnya. Tidak ada adegan yang tidak bertujuan, semuanya punya peran di ending cerita. Dan walaupun tidak begitu terkejut dengan baju yang bertemu di muara sungai itu, namun kepastian bahwa baju itu sampai disana, cepat atau lambat benar-benar aku acungi jempol. Semua complicated namun terstruktur. Kira-kira kerangka tulisan ini disusun selama berapa tahun ya?
Karakter. Yah, mahap kalau menurutku bagian ini masih kurang kuat. Kebanyakan karakter-karakter tokohnya disebut secara explicit, padahal menurutku penunjukan karakter dengan cara seperti ini membuat tulisan jadi menjemukan. Tidak terlalu konsisten jadi karakternya tidak hidup dan tidak membekas di ingatan. (untuk pembangunan karakter aku masih salut sama clara). Tambahan, ada beberapa karakter yang tidak logis, seperti sosok Naia yang seorang raja sebuah Negara yang dihancurkan lalu menjadi buronan tokoh natagonis selama tiga bulan. Karakter seperti itu harusnya kuat dan kokoh, tidak mungkin membiarkan dirinya terlihat menangis dan cengeng didepan pengawal pribadinya.
Sudut pandang. Orang ketiga, namun unlimited karena penulis banyak menjelaskan tentang pikiran karakternya. Aku lebih suka POV yang limited, terbatas, walaupun penulis tahu tetapi tidak gembar gembor, biar misterius gituh. Selain itu penjabaran yang berlebihan bisa menimbulkan resiko ketidakkosistendian sebuah karakter *buset, bahasanya boo*
Tapi intinya, aku salut sama Villam karena sudah mampu menulis cerita ‘sependek’ ini, dengan beribu-ribu kali revisi dan penolakan. Ini untuk pertama kalinya aku baca buku dan kaget karena ternyata halaman yang terbaca baru seperempatnya. Penerbit benar-benar mensiasati biar buku ini muat dengan harga dibawah lima puluh ribu, padahal buku-buku fantasy semacam ini harganya relative mahal karena tebal dan panjang.
Aku sudah sebut diatas, aku tidak terlalu suka fantasy medieval, tapi aku cukup menikmati saat membaca buku ini terutama di seperempat bagian belakangnya. Semua pendapat diatas pribadi, berasal dari pemikiran kolotku yang murni seorang pembaca dengan teori penulis *halah*. Semoga penggemar Villam di FFDN tidak memberondongiku dengan sanggahan ini itu, karena aku juga ga akan bisa jawab.
And at least, aku akan sangat senang jika Hikayat Orang Utara, forgotten heroes, atau Batu Delima Terakhir juga ada versi cetaknya *spoiler* Jadi… hahaha… salamm buat ramir
Akkadia, membaca buku ini harus dilakukan saat kepala sedang lowong dan kondisi rileks, karena novel fantasy ini lebih berat daripada buku fantasy local yang pernah aku baca. Pembukaan bab, kita akan diberikan semacam resume singkat mengenai sejarah peperangan serta latar belakang terjadinya sebuah alur cerita yang sedang terjadi saat itu, yang disisipkan penulisnya lewat dialog antara salah satu tokoh utama dengan karakter makhluk kegelapan.
Padat dan sarat info, kalau bagian ini tidak dibaca dan diingat, maka selamat berbingung-bingung ria. Menurutku pribadi, cara Villam mengawali bab pertama sangat berat, meletakan informasi latar belakang di bab awal bisa mengurangi efek misterisasi sebuah novel, dan iyah, karena informasi disajikan di awal sangat lengkap, untuk kebelakang pembaca hanya perlu mengikuti saja.
Sebagai ahli fantasy medieval atau Fantasy perang-perangan (Urgh.. aku ga suka cerita perang-perangan), villam tahu bagaimana teknik bertempur. Pertempuran satu lawan satu dihadirkan dengan detail yang lengkap, yang secara pribadi banyak aku lewatkan karena pertama aku tidak suka perang, kedua, bagiku adegan berperang baru akan menegangkan jika dihadirkan dalam bentuk film dan aku tidak terlalu suka perang-perangan. Jika membaca, otak terlalu sibuk mencerna setiap gerakan dalam pertempuran.
Berbicara mengenai alur, aku salut sama Villam. Pelajaran outline dan perencanaan kerangka tulisan, benar-benar diterapkannya dalam buku ini. Alurnya rapi, teratur dan menjadi satu kesatuan. Seakan kita menghanyutkan baju di satu sudut sungai, lalu kita pergi ke muara sungai dekat laut dan kita ketemu lagi baju itu. Apa yang dihadirkan di awal, benar-benar ada hubungannya dengan adegan yang akan muncul selanjutnya. Tidak ada adegan yang tidak bertujuan, semuanya punya peran di ending cerita. Dan walaupun tidak begitu terkejut dengan baju yang bertemu di muara sungai itu, namun kepastian bahwa baju itu sampai disana, cepat atau lambat benar-benar aku acungi jempol. Semua complicated namun terstruktur. Kira-kira kerangka tulisan ini disusun selama berapa tahun ya?
Karakter. Yah, mahap kalau menurutku bagian ini masih kurang kuat. Kebanyakan karakter-karakter tokohnya disebut secara explicit, padahal menurutku penunjukan karakter dengan cara seperti ini membuat tulisan jadi menjemukan. Tidak terlalu konsisten jadi karakternya tidak hidup dan tidak membekas di ingatan. (untuk pembangunan karakter aku masih salut sama clara). Tambahan, ada beberapa karakter yang tidak logis, seperti sosok Naia yang seorang raja sebuah Negara yang dihancurkan lalu menjadi buronan tokoh natagonis selama tiga bulan. Karakter seperti itu harusnya kuat dan kokoh, tidak mungkin membiarkan dirinya terlihat menangis dan cengeng didepan pengawal pribadinya.
Sudut pandang. Orang ketiga, namun unlimited karena penulis banyak menjelaskan tentang pikiran karakternya. Aku lebih suka POV yang limited, terbatas, walaupun penulis tahu tetapi tidak gembar gembor, biar misterius gituh. Selain itu penjabaran yang berlebihan bisa menimbulkan resiko ketidakkosistendian sebuah karakter *buset, bahasanya boo*
Tapi intinya, aku salut sama Villam karena sudah mampu menulis cerita ‘sependek’ ini, dengan beribu-ribu kali revisi dan penolakan. Ini untuk pertama kalinya aku baca buku dan kaget karena ternyata halaman yang terbaca baru seperempatnya. Penerbit benar-benar mensiasati biar buku ini muat dengan harga dibawah lima puluh ribu, padahal buku-buku fantasy semacam ini harganya relative mahal karena tebal dan panjang.
Aku sudah sebut diatas, aku tidak terlalu suka fantasy medieval, tapi aku cukup menikmati saat membaca buku ini terutama di seperempat bagian belakangnya. Semua pendapat diatas pribadi, berasal dari pemikiran kolotku yang murni seorang pembaca dengan teori penulis *halah*. Semoga penggemar Villam di FFDN tidak memberondongiku dengan sanggahan ini itu, karena aku juga ga akan bisa jawab.
And at least, aku akan sangat senang jika Hikayat Orang Utara, forgotten heroes, atau Batu Delima Terakhir juga ada versi cetaknya *spoiler* Jadi… hahaha… salamm buat ramir
Berusaha membaca reviewnya dalam keadaan ngantuk dan sedikit lemas...
BalasHapusnice review deh...
trims buat reviewnya.. btw mau review web rumahdanproperti.com gak? confirm balik ke ferdian[at]rumahdanproperti.com ya.
BalasHapusmantab reviewnya Cik, sangat detail disertai edngan penilaian2 yg membangun
BalasHapusmembaca ini, dari situ keliatan bahwa bukunya "berisi". kesanku sperti itu, tak lepas dari review-nya yang "berisi".
BalasHapusmantaaap.. wew, latar belakangmu udah keyeen tuuh.. gw juga suka kok tulisan2 di blog ini.. terus berkarya yah.. ^^
BalasHapusbtw, nunut promosi nih, ditempatku ada kompetisi artikel, emang sih, temanya agak berbeda dari blog ini, tapi sebuah kebanggaan bagi saya jika blogger sekelas Chi bisa ikutan.. tak tunggu yah.. ^^
hmm.. sama mbak,, aku juga suka kalo POV nya limited,, jadinya pembaca juga bisa berimajinasi sendiri gituh, ga perlu imajinasinya dibimbing sama penulis, entar pada akhirnya kesimpulan si penulis dengan si pembaca jadi seragam. padahal yang namanya dalam sebuah buku ato novel 'something' yang bisa diambil itu kan ga cuma satu ato dua macam toh?!
BalasHapushehehehe.. kok jadi panjang gini yah komennya?! udaahh ahh.. ntar kepanjangan lagi, trus bisa ngalahin posting lagi, trus kena pentung yang punya blog lagi, trus.. trus.. wkwkwkwk... okeh dah ciaoo... :p
aduh, kagak ngerti. gakpernah baca bukunya sih.
BalasHapussalut dah sama Villam,
BalasHapusakhirnya buku ini selesai juga ya chi? hehehehe...tadinya aku mau beli juga, buat temanku yg suka fantasy, tapi berat ya bukunya? hmmm, mau baca ga ya dia...hihahahahaa...
review yang mantap banget apalagi reviewernya dirimu nChi (serius). btw opo kui POV gak ngerti aku...
BalasHapussalam ae...kunjungan pertama....
BalasHapusSaya gak punya bukunya mbak.
BalasHapusBoleh gak dikirimin ke saya..?? Bwkakakakakakaka....
*Ngarep mood ON :D
Boleh pinjam ga chi bukunya...hahha..biar lebih menikmati gitu..salam
BalasHapusoH.. jadi ceritanya tentang sungai ya.. penghanyutan baju.. terus ketemu, gitu neng?
BalasHapus*manggut-manggut.
Udah ketemu belum yang punya baju, dia ga sampe gentayangan buat review kannn??
*dijitak enchi...
hihihihihi
Blognya bagus ik.... isinya juga menarik...
BalasHapussalam kenal ya....
hm............buku ini ada sama saya sekarang huahahahahahaha............lagi berusaha baca sebanyak mungkin tiap pagi (sambil ........) huuuufffff!!!!! benar kata nchi, lumayan berat lho novelnya, 400 halaman!!!!!!!
BalasHapusChi....ternyata kamu bukan semata Reviewer pencari $$, tapi juga piawai dalam mereview buku.
BalasHapusyuhuuuuu,, beraaat nih tulisannya. tapi nyampe juga selesai membacanya, meski belum sempurna faham.
BalasHapusmet weekend chi..
Wah.., sepertinya bukunya oke juga nih. Kisah peperangannya apa seru juga spt Lord of The ring ya..?
BalasHapusReview-nya mantap nih. Jadi penasaran dg bukunya.
BalasHapusHemmm... jadi penasaran mau baca2 juga. :D
BalasHapuscoba ah cari ntar... sepertinya menarik...
BalasHapusuntuk segi novel fantasy kek na dikasih point : pinjem aja ma temen yang punya ^^
BalasHapusaku juga ga terlalu suka fantasy,,sampe fantasy sitta karina pun ga ku beli padahal aku suka tu pengarang
diriku lagi cari buku na jalaludin rumi :(
hmmmm dan aku bingung membacanya *udah ngantuk bin malem kali ya??
BalasHapustapi keren lho bisa ngasih review untuk jenis novel yang kurang disukai....
di Gramedia Matraman bukunya ada apa enggak ya? penasaran...
BalasHapusBlog yang manis, kawan!
BalasHapus-JBS-
belum pernah baca bukunya mbak. reviuw nya mantep
BalasHapusBagus ni review nya.....
BalasHapushalo nchiiiiiiiiiiii!!!! ah kirimin aku bukunyaaaaaaa
BalasHapus