Ashmozulaire, Negeri Tanpa Kepala
Inilah impian seorang anak manusia yang terpinggirkan oleh pergaulan zaman, yang tersudut di dalam kamarnya sendiri, dengan luka hati dan kepedihan atas sekeliling.
“Aku ingin manusia di dunia ini tidak punya wajah, sehingga tidak ada perbedaan antara tampan atau jelek, jerawatan atau mulus. Aku juga tidak ingin manusia di dunia ini punya otak, sehingga pikiran-pikiran buruk yang tercipta darinya bisa dicegah. Hanya ada hati nurani yang tulus, yang lahir dari hati. aku… aku tidak ingin manusia di dunia ini punya kepala!”
Namanya, Ash, umur delapan belas. Tidak ada yang khusus darinya, kecuali kenyataan bahwa dia berkulit hitam, dengan wajah lebar yang disebut wajah monyet oleh teman-temannya, dan sangat tidak diterimanya. Malangnya, sebutan itu datang dari seorang gadis, bernama Illie, yang sayangnya lagi, mengisi keseluruhan relung hati Ash. Bisa dibayangkan bagaimana jika orang yang kalian puja menyebut kalian muka monyet?
Ash langsung merebahkan badan setelah mengucapkan doa. Selimut ditariknya sampai ke kepala, seakan ia lelah melihat dunia. Dan memang benar, ia lelah melihat dirinya ditindas oleh pergaulan dan juga lelah melihat tipu muslihat Illie.
Ia memejamkan mata, dan tak lama, mulai tidak yakin apakah itu nyata atau maya, ia merasa berada di depan sebuah gerbang. Ia hanya melihat gelap, namun bisa merasakan dan benar-benar yakin bahwa di depannya memang gerbang. Dua orang penjaga berada disana, masing-masing berdiri tegak dengan memegang semacam tongkat yang terbuat dari bahan mengkilat.
Gerbang itu sendiri berupa dua buah pilar yang terbuat dari bahan entah apa, berwarna keemasan, dan menyangga sebuah kubah kecil. Ada tulisan mengkilat di bagian depannya, Ash mengetahuinya dan terbaca Ashmozulaire.
Seseorang muncul dari balik gerbang, Ash merasakannya. Ia tidak tahu wujudnya, namun bisa membedakan antara orang itu dengan kedua penjaga, bahwa orang ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Entah bagaimana caranya ia tahu, yang jelas pengetahuan itu muncul begitu saja seiring dengan kedatangan orang itu.
Selamat datang, di Asmozulaire, Negeri Tanpa Kepala.
Tidak terdengar apa-apa, namun Ash tahu itulah yang dikatakan orang itu.
Ash, kamu orang ke seratus sepuluh yang datang kesini. Satu orang dalam jangka seabad, dan untuk itu, kamu adalah warga kehormatan di sini. Silahkan masuk!
Ash tidak bingung, walaupun ia tidak tahu maksudnya. Ia melangkah masuk ke celah antara pilar, dengan orang itu berjalan disampingnya. Daerah di dalam pilar tidak berbeda dengan di luar tadi, hanya rasanya lebih ramai dan hangat. Pemandangan tetap gelap, tidak terlihat apa, namun Ash tahu kemana harus melangkah.
Tiba-tiba Ash ingin bertanya, tempat apa ini? Dan oh, ia terkejut, karena tanpa ia bicara, ia seakan bisa mendengar suaranya sendiri. Kenapa pertanyaanku terdengar padahal aku belum mengatakannya?
Karena kita bicara dengan bahasa hati, jawab orang itu.
Bahasa hati? Ash berhenti sejenak, seraya merasakan ada seseorang lewat di sebelahnya. Maksudnya? Apa yang aku ingin aku katakan, langsung tercetus begitu saja?
Iya
Wow, keren! Seru Ash senang. Tidak ada yang bisa disembunyikan, semua orang disini jujur karena hati mereka langsung mengatakan apa yang dirasakannya. Benar-benar keren…
Bukankah kamu sendiri yang menginginkannya?! Kata orang itu, seraya kembali melangkah.
Aku? Sentak Ash terkejut, makin terkejut karena nyata-nyatanya hatinya langsung mengungkapkan keterkejutannya. Oh, sial, aku harus menjaga perasaanku! Sesalnya lagi, dan lagi-lagi meringis karena tetap lupa mengontrol apa yang dirasakannya.
Orang itu tertawa. Lucu sekali, begitu suara hatinya. Lucu sekali, lucu sekali, lucu sekali…
Hmm… Ash menggumam, dan orang itu menghentikan tawanya, dan berdeham.
Kamu yang menginginkannya, dan Tuhan menyampaikannya padaku tadi.. jawab orang itu. Ingatkah kamu? bahwa kamu memintanya pada Tuhan tadi, negeri tanpa wajah, negeri tanpa otak, dan negeri tanpa kepala!
Dan jadi kenyataan? sentak Ash cepat, karena jujur ia kaget. Aku tidak tahu kalau doaku dijawab secepat ini, dan.. dan.. dan... apa benar aku tidak punya kepala sekarang? dan bagaimana aku melihat, mendengar atau mengetahui sekeliling? batin Ash terburu-buru, sambil menaikan kedua lengannya ke atas tubuh. benar saja, ia tidak punya kepala, bagian atas badannya hanya sebatas leher.
Orang itu tertawa kecil. Sebenarnya kamu tidak perlu heran akan semua itu. Karena kamu sendiri sudah merasakannya. Kamu tahu kan bahwa kita sedang berjalan dimana? bersama siapa, dan bahkan ada apa di sekitar kita sekarang?!
Ash diam, mengerti. Iya, aku tahu begitu saja, entahlah. Aku tahu, sekarang ada dua orang di belakang, sedang berjalan dan bergandengan tangan. Ada semut di sebelah kakiku, ada pohon kelapa di sisi jalan, tumbuh terpisah dengan jarak tertaur, dan.. dan.. dan...
Ada suara hati lain, dan Ash sadar itu dari Pohon kelapa terdekat. Kamu benar anak muda, disini kita semua bisa berkomunikasi, selama sesuatu itupunya hati dan nyawa, semuanya bisa berkomunikasi.
Ash takjub. Betapa menyenangkannya,
Iya, menyenangkan. karena itulah negeri impian, negeri yang kita impikan bersama. sahut orang di sampingnya.
Dan tanpa wajah juga, kan?! dan, kamu tahu bukan, wajahku jelek, karena itu aku benci kalau manusia punya wajah, sahut Ash dengan semangat.
Tanpa wajah,tanpa mata, tanpa telinga, tanpa hidung, tanpa otak, tanpa rambut dan tetek bengek lain yang membuat kita khawatir rusak atau cacat. Hanya ada hati, dan itulah impianmu, dan juga impianku! jawab orang itu.
Ash tersenyum, walau ia tahu tidak akan ada orang yang melihatnya, namun dua orang di belakangnya, yang ia tahu sebagai gadis-gadis, terkikik malu-malu dengan senyumnya.
Mereka terus berjalan, hingga sampai di samping sebuah kolam dan mereka berhenti. Ash merasakan ada kehadiran makhluk-makhluk air disana, ikan, kepiting, katak, belut, dan udang. Menyadari udang besar itu, girang Ash tidak tertahankan.
Ada lobster, oh, aku suka sekali makan lobster! seru Ash.
Tiba-tiba lobster itu marah. Enak saja! Disini, aku sama denganmu. Jika aku bisa dimakan, maka kamupun bisa dimakan!
Ash menggeleng. Enak saja, masak manusia mau dimakan, kata hati Ash.
Lobster itu makin marah. Kenapa aneh?
Tentu saja aneh, kamu mau makan aku? Mana boleh binatang makan manusia, mana bisa. yang bisa dimakan ya kamu, binatang. karena kamu binatang, diciptakan Tuhan untuk membantu manusia!
Yang marah tidak hanya sang lobster, namun Ikan, kepiting, katak, bahkan binatang-binatang di sekeliling. Ash menyadari kehadiran mereka di sekeliling, mengepungnya dari segala penjuru. Itu membuat Ash panik, nampaknya seisi Ashmozulaire marah, karena bukan hanya binatang, para manusiapun mulai berkerumun.
Orang yang mendampingi Ash mengambil alih keadaan, ia mengangkat tangan, mencoba menyabarkan semuanya. Sabar saudara-saudara! Ash masih baru disini, ia belum tahu sekeliling. Jadi ia masih membawa kebiasaannya di dunia yang dulu. Sekarang tugas kitalah yang membimbingnya, mengajarinya agar menjadi hati yang tulus dan baik disini.
Mengerikan sekali disini! ujar hati Ash tiba-tiba, dan karena hatinya menyuarakan apa yang dirasakannya, semua orang bisa mengetahuinya. Kemudian ia kaget sendiri, karena merasa perhatian semuanya mengarah padanya.
Ash, kontrollah suara hatimu! nasehat orang disampingnya, karena kita semua disini berbagi segalanya.
Ash menggeleng. Aku susah mengaturnya, karena kadang hatiku bersuara sendiri.
Itu karena dia bukan orang jujur, sahut sang lobster. Kalau ia jujur dan baik hati, ia tidak akan berpikir untuk memakanku, Tuan!
Itu karena aku bukan vegetarian! Aku tidak hanya makan tumbuha, tapi daging juga! sahut Ash cepat, secepat ia bisa menguasai diri. Dan akibatnya, semuanya makin marah.
Enak saja, tidak ada rantai makanan disini, seru pohon kelapa. Tidak ada yang makan memakan, terserah itu binatang atau tumbuhan. Semua disini sama!
Ash mengerang. Ia membayangkan tidak bisa makan lobster, atau kerang yang disukainya. Tidak bisa mengumpat dalam hati karena semua orang akan mengetahuinya. Ide-idenya yang brilian juga bisa dicuri, dan juga, ia tidak akan bisa lagi berfantasy akan Illie. Begitu banyak yang tidak bisa ia lakukan, dan ia jadi ingat bagaimana reaksi teman-temannya saat ia menemukan ide untuk membuat mesin pembuat roti.
Ia bukan seorang yang baik, ia tidak cocok disini!
Dia masih memikirkan memakan aku dan lobster
Betul, dia juga tidak suka berbagi
Dia orang jorok
Hatinya busuk
Tidak ada tempat untuk orang seperti itu disini
Betul, hatinya penuh hawa nafsu
Usir dia dari sini!
Musnahkan dia!
Usir dia!
Ashmozulaire tidak bisa menerima orang seperti dia
Suara-suara itu terus berteriak di sekeliling, Ash tahu mereka marah. Ia jadi panik, merasa bahwa ia tersudut dan mereka semakin mengepungnya. Tolong aku! pekik suara hati Ash, namun semuanya tidak menerima kenyataan bahwa ia masih punya hawa nafsu dalam hatinya.
Semuanya semakin mengepungnya, Sang Tuan, yang sedari tadi bersamanya juga tidak bisa melakukan apa-apa. Penjelasannya tidak didengar, dan kemarahan penghuni Ashmozulaire telah meluap.
Akhirnya Ash memutusan untuk kabur. Dalam kekalutannya, ia mengingat Illie. Gadis itu tidak menyukainya karena ia jelek, itu pendapat secara fisik. Namun penghuni Ashmozulaire tidak menyukainya karena hatinya masih penuh hawa nafsu, itu pendapat yang lebih mendalam. Di sela-sela pelariannya menuju gerbang, mau tidak mau, ia membandingkan keduanya. Keduanya sama-sama berpendapat buruk tentangnya, namun ada lobster dan kerang yang enak, dengan saus tiram di meja makannya, dan perutnya yang gendut merindukan aromanya itu. Dan, hatinya berkata, aku mau kembali ke duniaku, cepatlah lari, Ash!
Gerbang masih jauh di depan, namun selesai membatin begitu, tiba-tiba ada tangan besar dari atas. Warnanya cerah, seperti cahaya. Tangan Cahaya itu mengayun ke arahnya, meraup Ash ke telapaknya dan membawanya naik menyongsong cahaya.
*****
Blar...
kilat menyambar. Ash tersentak lalu terlonjak bangun dari tidurnya. Napasnya terengah, dan ia buru-buru memegangi kepalanya.
"Syukurlah!" erangnya lega, kepalanya masih utuh. Lalu wajahnya yang lebar, semuanya masih ada, termasuk jerawat-jerawatnya yang banyak. Ash bersyukur dalam hati bahwa ia tidak kehilangan itu, dan ia tambah bersyukur, hatinya tidak menyuarakan suaranya sendiri.
"Oh, terimakasih. Aku bisa mengontrol semuanya!" teriaknya gembira. Dan lalu, ia ingat sesuatu dan terlonjak turun dari tempat tidur. Ia berlari keluar kamar, menuruni tangga dan sampai di ruang tengah dengan meja yang diapit anak kursi. Tudung Saji merah tergelatak di atas meja, dan karena terlalu sedih atas ejekan Illie tadi sore, ia lupa membuka tudung itu. Dan ternyata, uhh.... rupanya ada lobster besar di bawahnya, lengkap dengan kerang dan saos tiram.
"Uh, lezatt....!"
Siapa yang peduli dengan negeri impian tanpa kepala, dengan hanya orang jujur di dalamnya jika ada lobster dan kerang saus tiram di atas meja?
untuk Ary Al Andonesy
sebuah impian merupakan hal baik, namun jauh dairpada itu, kenyataanlah yang terbaik.
selamat bermimpi
“Aku ingin manusia di dunia ini tidak punya wajah, sehingga tidak ada perbedaan antara tampan atau jelek, jerawatan atau mulus. Aku juga tidak ingin manusia di dunia ini punya otak, sehingga pikiran-pikiran buruk yang tercipta darinya bisa dicegah. Hanya ada hati nurani yang tulus, yang lahir dari hati. aku… aku tidak ingin manusia di dunia ini punya kepala!”
Namanya, Ash, umur delapan belas. Tidak ada yang khusus darinya, kecuali kenyataan bahwa dia berkulit hitam, dengan wajah lebar yang disebut wajah monyet oleh teman-temannya, dan sangat tidak diterimanya. Malangnya, sebutan itu datang dari seorang gadis, bernama Illie, yang sayangnya lagi, mengisi keseluruhan relung hati Ash. Bisa dibayangkan bagaimana jika orang yang kalian puja menyebut kalian muka monyet?
Ash langsung merebahkan badan setelah mengucapkan doa. Selimut ditariknya sampai ke kepala, seakan ia lelah melihat dunia. Dan memang benar, ia lelah melihat dirinya ditindas oleh pergaulan dan juga lelah melihat tipu muslihat Illie.
Ia memejamkan mata, dan tak lama, mulai tidak yakin apakah itu nyata atau maya, ia merasa berada di depan sebuah gerbang. Ia hanya melihat gelap, namun bisa merasakan dan benar-benar yakin bahwa di depannya memang gerbang. Dua orang penjaga berada disana, masing-masing berdiri tegak dengan memegang semacam tongkat yang terbuat dari bahan mengkilat.
Gerbang itu sendiri berupa dua buah pilar yang terbuat dari bahan entah apa, berwarna keemasan, dan menyangga sebuah kubah kecil. Ada tulisan mengkilat di bagian depannya, Ash mengetahuinya dan terbaca Ashmozulaire.
Seseorang muncul dari balik gerbang, Ash merasakannya. Ia tidak tahu wujudnya, namun bisa membedakan antara orang itu dengan kedua penjaga, bahwa orang ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Entah bagaimana caranya ia tahu, yang jelas pengetahuan itu muncul begitu saja seiring dengan kedatangan orang itu.
Selamat datang, di Asmozulaire, Negeri Tanpa Kepala.
Tidak terdengar apa-apa, namun Ash tahu itulah yang dikatakan orang itu.
Ash, kamu orang ke seratus sepuluh yang datang kesini. Satu orang dalam jangka seabad, dan untuk itu, kamu adalah warga kehormatan di sini. Silahkan masuk!
Ash tidak bingung, walaupun ia tidak tahu maksudnya. Ia melangkah masuk ke celah antara pilar, dengan orang itu berjalan disampingnya. Daerah di dalam pilar tidak berbeda dengan di luar tadi, hanya rasanya lebih ramai dan hangat. Pemandangan tetap gelap, tidak terlihat apa, namun Ash tahu kemana harus melangkah.
Tiba-tiba Ash ingin bertanya, tempat apa ini? Dan oh, ia terkejut, karena tanpa ia bicara, ia seakan bisa mendengar suaranya sendiri. Kenapa pertanyaanku terdengar padahal aku belum mengatakannya?
Karena kita bicara dengan bahasa hati, jawab orang itu.
Bahasa hati? Ash berhenti sejenak, seraya merasakan ada seseorang lewat di sebelahnya. Maksudnya? Apa yang aku ingin aku katakan, langsung tercetus begitu saja?
Iya
Wow, keren! Seru Ash senang. Tidak ada yang bisa disembunyikan, semua orang disini jujur karena hati mereka langsung mengatakan apa yang dirasakannya. Benar-benar keren…
Bukankah kamu sendiri yang menginginkannya?! Kata orang itu, seraya kembali melangkah.
Aku? Sentak Ash terkejut, makin terkejut karena nyata-nyatanya hatinya langsung mengungkapkan keterkejutannya. Oh, sial, aku harus menjaga perasaanku! Sesalnya lagi, dan lagi-lagi meringis karena tetap lupa mengontrol apa yang dirasakannya.
Orang itu tertawa. Lucu sekali, begitu suara hatinya. Lucu sekali, lucu sekali, lucu sekali…
Hmm… Ash menggumam, dan orang itu menghentikan tawanya, dan berdeham.
Kamu yang menginginkannya, dan Tuhan menyampaikannya padaku tadi.. jawab orang itu. Ingatkah kamu? bahwa kamu memintanya pada Tuhan tadi, negeri tanpa wajah, negeri tanpa otak, dan negeri tanpa kepala!
Dan jadi kenyataan? sentak Ash cepat, karena jujur ia kaget. Aku tidak tahu kalau doaku dijawab secepat ini, dan.. dan.. dan... apa benar aku tidak punya kepala sekarang? dan bagaimana aku melihat, mendengar atau mengetahui sekeliling? batin Ash terburu-buru, sambil menaikan kedua lengannya ke atas tubuh. benar saja, ia tidak punya kepala, bagian atas badannya hanya sebatas leher.
Orang itu tertawa kecil. Sebenarnya kamu tidak perlu heran akan semua itu. Karena kamu sendiri sudah merasakannya. Kamu tahu kan bahwa kita sedang berjalan dimana? bersama siapa, dan bahkan ada apa di sekitar kita sekarang?!
Ash diam, mengerti. Iya, aku tahu begitu saja, entahlah. Aku tahu, sekarang ada dua orang di belakang, sedang berjalan dan bergandengan tangan. Ada semut di sebelah kakiku, ada pohon kelapa di sisi jalan, tumbuh terpisah dengan jarak tertaur, dan.. dan.. dan...
Ada suara hati lain, dan Ash sadar itu dari Pohon kelapa terdekat. Kamu benar anak muda, disini kita semua bisa berkomunikasi, selama sesuatu itupunya hati dan nyawa, semuanya bisa berkomunikasi.
Ash takjub. Betapa menyenangkannya,
Iya, menyenangkan. karena itulah negeri impian, negeri yang kita impikan bersama. sahut orang di sampingnya.
Dan tanpa wajah juga, kan?! dan, kamu tahu bukan, wajahku jelek, karena itu aku benci kalau manusia punya wajah, sahut Ash dengan semangat.
Tanpa wajah,tanpa mata, tanpa telinga, tanpa hidung, tanpa otak, tanpa rambut dan tetek bengek lain yang membuat kita khawatir rusak atau cacat. Hanya ada hati, dan itulah impianmu, dan juga impianku! jawab orang itu.
Ash tersenyum, walau ia tahu tidak akan ada orang yang melihatnya, namun dua orang di belakangnya, yang ia tahu sebagai gadis-gadis, terkikik malu-malu dengan senyumnya.
Mereka terus berjalan, hingga sampai di samping sebuah kolam dan mereka berhenti. Ash merasakan ada kehadiran makhluk-makhluk air disana, ikan, kepiting, katak, belut, dan udang. Menyadari udang besar itu, girang Ash tidak tertahankan.
Ada lobster, oh, aku suka sekali makan lobster! seru Ash.
Tiba-tiba lobster itu marah. Enak saja! Disini, aku sama denganmu. Jika aku bisa dimakan, maka kamupun bisa dimakan!
Ash menggeleng. Enak saja, masak manusia mau dimakan, kata hati Ash.
Lobster itu makin marah. Kenapa aneh?
Tentu saja aneh, kamu mau makan aku? Mana boleh binatang makan manusia, mana bisa. yang bisa dimakan ya kamu, binatang. karena kamu binatang, diciptakan Tuhan untuk membantu manusia!
Yang marah tidak hanya sang lobster, namun Ikan, kepiting, katak, bahkan binatang-binatang di sekeliling. Ash menyadari kehadiran mereka di sekeliling, mengepungnya dari segala penjuru. Itu membuat Ash panik, nampaknya seisi Ashmozulaire marah, karena bukan hanya binatang, para manusiapun mulai berkerumun.
Orang yang mendampingi Ash mengambil alih keadaan, ia mengangkat tangan, mencoba menyabarkan semuanya. Sabar saudara-saudara! Ash masih baru disini, ia belum tahu sekeliling. Jadi ia masih membawa kebiasaannya di dunia yang dulu. Sekarang tugas kitalah yang membimbingnya, mengajarinya agar menjadi hati yang tulus dan baik disini.
Mengerikan sekali disini! ujar hati Ash tiba-tiba, dan karena hatinya menyuarakan apa yang dirasakannya, semua orang bisa mengetahuinya. Kemudian ia kaget sendiri, karena merasa perhatian semuanya mengarah padanya.
Ash, kontrollah suara hatimu! nasehat orang disampingnya, karena kita semua disini berbagi segalanya.
Ash menggeleng. Aku susah mengaturnya, karena kadang hatiku bersuara sendiri.
Itu karena dia bukan orang jujur, sahut sang lobster. Kalau ia jujur dan baik hati, ia tidak akan berpikir untuk memakanku, Tuan!
Itu karena aku bukan vegetarian! Aku tidak hanya makan tumbuha, tapi daging juga! sahut Ash cepat, secepat ia bisa menguasai diri. Dan akibatnya, semuanya makin marah.
Enak saja, tidak ada rantai makanan disini, seru pohon kelapa. Tidak ada yang makan memakan, terserah itu binatang atau tumbuhan. Semua disini sama!
Ash mengerang. Ia membayangkan tidak bisa makan lobster, atau kerang yang disukainya. Tidak bisa mengumpat dalam hati karena semua orang akan mengetahuinya. Ide-idenya yang brilian juga bisa dicuri, dan juga, ia tidak akan bisa lagi berfantasy akan Illie. Begitu banyak yang tidak bisa ia lakukan, dan ia jadi ingat bagaimana reaksi teman-temannya saat ia menemukan ide untuk membuat mesin pembuat roti.
Ia bukan seorang yang baik, ia tidak cocok disini!
Dia masih memikirkan memakan aku dan lobster
Betul, dia juga tidak suka berbagi
Dia orang jorok
Hatinya busuk
Tidak ada tempat untuk orang seperti itu disini
Betul, hatinya penuh hawa nafsu
Usir dia dari sini!
Musnahkan dia!
Usir dia!
Ashmozulaire tidak bisa menerima orang seperti dia
Suara-suara itu terus berteriak di sekeliling, Ash tahu mereka marah. Ia jadi panik, merasa bahwa ia tersudut dan mereka semakin mengepungnya. Tolong aku! pekik suara hati Ash, namun semuanya tidak menerima kenyataan bahwa ia masih punya hawa nafsu dalam hatinya.
Semuanya semakin mengepungnya, Sang Tuan, yang sedari tadi bersamanya juga tidak bisa melakukan apa-apa. Penjelasannya tidak didengar, dan kemarahan penghuni Ashmozulaire telah meluap.
Akhirnya Ash memutusan untuk kabur. Dalam kekalutannya, ia mengingat Illie. Gadis itu tidak menyukainya karena ia jelek, itu pendapat secara fisik. Namun penghuni Ashmozulaire tidak menyukainya karena hatinya masih penuh hawa nafsu, itu pendapat yang lebih mendalam. Di sela-sela pelariannya menuju gerbang, mau tidak mau, ia membandingkan keduanya. Keduanya sama-sama berpendapat buruk tentangnya, namun ada lobster dan kerang yang enak, dengan saus tiram di meja makannya, dan perutnya yang gendut merindukan aromanya itu. Dan, hatinya berkata, aku mau kembali ke duniaku, cepatlah lari, Ash!
Gerbang masih jauh di depan, namun selesai membatin begitu, tiba-tiba ada tangan besar dari atas. Warnanya cerah, seperti cahaya. Tangan Cahaya itu mengayun ke arahnya, meraup Ash ke telapaknya dan membawanya naik menyongsong cahaya.
*****
Blar...
kilat menyambar. Ash tersentak lalu terlonjak bangun dari tidurnya. Napasnya terengah, dan ia buru-buru memegangi kepalanya.
"Syukurlah!" erangnya lega, kepalanya masih utuh. Lalu wajahnya yang lebar, semuanya masih ada, termasuk jerawat-jerawatnya yang banyak. Ash bersyukur dalam hati bahwa ia tidak kehilangan itu, dan ia tambah bersyukur, hatinya tidak menyuarakan suaranya sendiri.
"Oh, terimakasih. Aku bisa mengontrol semuanya!" teriaknya gembira. Dan lalu, ia ingat sesuatu dan terlonjak turun dari tempat tidur. Ia berlari keluar kamar, menuruni tangga dan sampai di ruang tengah dengan meja yang diapit anak kursi. Tudung Saji merah tergelatak di atas meja, dan karena terlalu sedih atas ejekan Illie tadi sore, ia lupa membuka tudung itu. Dan ternyata, uhh.... rupanya ada lobster besar di bawahnya, lengkap dengan kerang dan saos tiram.
"Uh, lezatt....!"
Siapa yang peduli dengan negeri impian tanpa kepala, dengan hanya orang jujur di dalamnya jika ada lobster dan kerang saus tiram di atas meja?
untuk Ary Al Andonesy
sebuah impian merupakan hal baik, namun jauh dairpada itu, kenyataanlah yang terbaik.
selamat bermimpi
waw, ya, ini keren
BalasHapusini hebat
ceuk orang sunda mah, that was awesome
ash..ash...apakah kamu aku?
Jadi gini ceritanya ree? khayalan tingkat tinggi ini.
BalasHapusFiksi, aku menikmatinya.
BalasHapusihh gilaaaaaaaaaaaaaa..
BalasHapusidenya kok sama banget ya???
aku juga pernah buat cerpen kek gini, Kak.. beneran, deh. pengennya, sih, dijadiin hadiah buat ulang tahunnya si Dhanang..
kauuuu benar-benar PENCURI IDE!!!
tapi lucu juga, deh, kalau ada dunia tanpa kepala.
hahaha.. sekalian aja, dunia tanpa tubuh. dimana seorang gadis ngga perlu dibedakan lagi dari bentuk tubuhnya yang bongsor ataupun yang langsing.
btw, cerpen ini asalnya dari pengalaman nyata, ya? tentang jerawat2 itu?
hahaha..
cepat sembuh, kakakku sayang :)
miss u always.. emmuaaahh...
P.S. : komen cerpenku juga napaaa.. hahaha..
cerita yang bagus, tapi pesannya apa ya ? apa "jangan muluk-muluk dalam hidup ?"
BalasHapusnegeri tanpa kepala??? hmm kayaknya aq gak terlalu suka walaupun negeri itu negeri dongeng.... hehehe
BalasHapusNegeri tanpa kepala.???? kalau denger ngeri rasanya, setelah baca baru tau maksudnya.
BalasHapus