Bagi kami, hari raya yang paling menyenangkan adalah hari raya Galungan dan Kuningan. Kami memperingatinya setiap 6 bulan sekali waktu kalender Bali, dan selau jatuh pada hari Rabu. Galungan dimaknai sebagai kemenangan dharma melawan Adharma.
Salah satu tradisi menyenangkan di desaku dalam menyambut galungan adalah, beli baju baru. Rasanya tidak lengkap kalau hari raya tanpa baju baru, ditambah, kalau bertemu saudara pasti ditanya, "Mana baju barunya, kok tidak dipake?"
Entahlah tradisi ini berawal sejak kapan, tetapi yang jelas turun temurun. Namun berdasarkan cerita-cerita tetua, katanya pada jaman dulu kemewahan hanya didapat pada saat hari raya Galungan. Nenek cerita kalau dulu beliau hanya makan nasi beras pada saat galungan, hari lain hanya makan nasi jagung. Mungkin begitu pula dengan baju, orang-orang baru dapat beli baju saat hari raya.
Berhubung waktu kecil aku tidak punya saudara yang belum menikah, maksudnya saudara yang sudah kerja dan belum punya tanggungan anak untuk dibeliin baju, jadi yang beliin baju itu pasti selalu ibu. Mungkin naluri seorang ibu, setiap baju yang dibelikan aku selalu suka. Satu stel gaun dengan rok, atau kadang celana panjang. Setelah selesai sembahyang, maka salah satu teman akan datang dan kami berempat siap untuk jalan-jalan. Jalan-jalan disini bukan berarti naik motor ke objek wisata. Tahun 90an itu belum waktunya untuk anak SD jalan-jalan jauh, tetapi hanya berjalan kaki mengitari desa. Jadi jalan beneran. hiii
Lalu masa sekarang bagaimana?
Nah, berhubung aku sudah kerja dan tidak punya tanggungan, maka sekarang aku jadi tukang beliin baju. Berawal dari adikku paling kecil, walau selalu sebatas hanya kaos cowok dan kadang celana jeans. Lalu si Cantik, nah dia sekarang sudah bisa rekuest baju, kapan itu sempat dia bilang "Minik, kayang ne gapgapin baju nah" dengan suara cadelnya. Lalu ada anak sepupuku yang lain. Dan kemudian, ada anak sepupu yang lain dua orang juga, dan... tentunya tambahan itu hanya kalau ada uang lebih.
Beginilah resiko jadi Tante yang manis, sampai sampai ga sempat beli baju buat diri sendiri. Ada yang bermurah hati membelikan mungkin?Hiii...
Salah satu tradisi menyenangkan di desaku dalam menyambut galungan adalah, beli baju baru. Rasanya tidak lengkap kalau hari raya tanpa baju baru, ditambah, kalau bertemu saudara pasti ditanya, "Mana baju barunya, kok tidak dipake?"
Entahlah tradisi ini berawal sejak kapan, tetapi yang jelas turun temurun. Namun berdasarkan cerita-cerita tetua, katanya pada jaman dulu kemewahan hanya didapat pada saat hari raya Galungan. Nenek cerita kalau dulu beliau hanya makan nasi beras pada saat galungan, hari lain hanya makan nasi jagung. Mungkin begitu pula dengan baju, orang-orang baru dapat beli baju saat hari raya.
Berhubung waktu kecil aku tidak punya saudara yang belum menikah, maksudnya saudara yang sudah kerja dan belum punya tanggungan anak untuk dibeliin baju, jadi yang beliin baju itu pasti selalu ibu. Mungkin naluri seorang ibu, setiap baju yang dibelikan aku selalu suka. Satu stel gaun dengan rok, atau kadang celana panjang. Setelah selesai sembahyang, maka salah satu teman akan datang dan kami berempat siap untuk jalan-jalan. Jalan-jalan disini bukan berarti naik motor ke objek wisata. Tahun 90an itu belum waktunya untuk anak SD jalan-jalan jauh, tetapi hanya berjalan kaki mengitari desa. Jadi jalan beneran. hiii
Lalu masa sekarang bagaimana?
Nah, berhubung aku sudah kerja dan tidak punya tanggungan, maka sekarang aku jadi tukang beliin baju. Berawal dari adikku paling kecil, walau selalu sebatas hanya kaos cowok dan kadang celana jeans. Lalu si Cantik, nah dia sekarang sudah bisa rekuest baju, kapan itu sempat dia bilang "Minik, kayang ne gapgapin baju nah" dengan suara cadelnya. Lalu ada anak sepupuku yang lain. Dan kemudian, ada anak sepupu yang lain dua orang juga, dan... tentunya tambahan itu hanya kalau ada uang lebih.
Beginilah resiko jadi Tante yang manis, sampai sampai ga sempat beli baju buat diri sendiri. Ada yang bermurah hati membelikan mungkin?Hiii...