Jumat, 15 Mei 2009

09.01.00

Danau Pinggir Laut Yang Biru

Kenapa malah jadi ada label jalan-jalan ya disini, padahal tujuan awalnya hanya ingin share poto. Tapi tak apalah, kemarin ada beberapa yang minta untuk dipostingin tentang Bali. Dan, yah kali ini kebetulan ada poto-poto bagus.

Obyek Wisata baru, mungkin belum banyak yang tahu. Aku sendiri jujur belum pernah kesana, hanya temanku berkali-kali. Malangnya, selalu ada halangan setiap aku mau ikut, dan poto-potonya membuatku penasaran pengen kesana.

Kali ini, wisata pantai (lagi). Sebuah pantai kecil yang ada di dekat pelabuhan Padangbai. Namanya Blue Lagoon. Tadi tak coba search di gogle, ternyata pantai ini lebih terkenal dengan keindahan biota lautnya, sehingga sangat cocok digunakan sebagai tempat diving ataupun snorkeling.

Dari dua teman yang pernah berkunjung kesana, garis pantai Blue Lagoon dibilang pendek, dan pantainya sendiri sangat privatte. Masih harus jalan kaki untuk mencapai tempat itu dari parkiran.

Namun tidak sia-sia sih. Kata temanku, kalau pantai sedang surut maka kita bisa renang agak ke dalam untuk melihat ikan-ikan. Bisa berenang sambil dikelilingi ikan-ikan berwarna-warni, kan seperti terapi gigitan ikan. heeh.
Disana bisa juga sewa kaca mata untuk snorkeling, tarifnya hanya sepuluh ribu rupiah, sepuasnya. Tapi jangan sampai hilang, karena kalau hilang harus ganti rugi. Temannya teman merogoh kocek empat ratus ribu untuk ganti. Yahh... sayang kan.
Bagi yang ga bisa berenang (aku contohnya), disana juga bisa sewa pelampung. Tarifnya bisa ditawar. Kunjungan pertama temanku dikasi tarif 30.00, kedua 20.000 dan terakhir 15.000. pinter pinter nawar saja.

Pantai ini semacam teluk, yaitu lautan yang menjorok ke daratan. Namanya juga Lagoon, danau di pinggir laut. Jadi kalau tidak salah membayangkan, keadaannya sama seperti pantai yang ada di film The Beach nya Leonardo Dicaprio. Lebay kali, cuman dari poto-potonya seperti itu.
Nah, yang mau tahu gambarnya, ini nih, tak pajang.


































Bagi yang punya rencana ke bali dan jalan-jalan kesini, bisa lihat info lokasinya disini. Atau mungkin ada yang mau meminangkau untuk jadi gaid (atau malah aku yang digaidin heeh).

N.b Ut orang yang iseng,jangan nanya kok potonya mocca_chi ga ada. Uda dibilang aku belum pernah kesana




Rabu, 13 Mei 2009

09.32.00

Hal Yang Mengerikan Itu....

Hal mengerikan yang ada dalam pikiranku selain menonton film horor adalah......


Iya benar, mengurangi porsi makan, memperketat aliran kalori yang masuk ke tubuh, mengkonsumsi banyak air putih, duh membayangkannya saja sudah berat. Apalagi menjalankannya.
Bahkan, bertahun-tahun aku terbelenggu pada masalah obesitas yang ternyata hilang dengan sendirinya seiring jalannya waktu, bendera putih sudah melambai sebelum aku memutuskan kalau aku harus menjalani diet.

So, kenapa sekarang harus diet?
Walau nyadar sekarang lebih gemuk daripada kemarin, tetapi teman-teman bilang aku tidak gemuk lagi, tapi sekarang aku harus diet.

Kemarin malam aku nganter teman ke dokter. Itu kali kedua aku masuk ruang dokter kandungan, melihat USG rahim seseorang di layar monitor. Kerennya, untuk pertama kalinya kemarin aku ngelihat yang namanya test pack. Ternyata kukira tes pack itu batangan, eh ternyata hanya kecil pipih seperti jenis kertas sampul buku. Tapi... test pack sama sekali tidak ada hubungannya dengan diet bukan?

Memang tidak. Setelah dari ruang dokter kandungan, temanku mencoba tes di apotek. Tes gula darah dan tensi. pertama tes gula darah. telunjuk tangan kanan temanku ditusuk jarum, darahnya dioleskan pada selembar kertas tipis yang kemudian dimasukan ke sebuah alat mirip remote. Hanya menunggu dua belas detik, maka sebuah angka muncul di layar alat itu. 125 mg/dL, ukuran kadar darah normal orang sebelum makan itu sekitar 70-110 mg/dL, namun dokter menganggapnya wajar karena sebelumnya temanku makan gorengan.

Aku dibujuk untuk tes, dengan segala bujuk rayu dan kebohongan yang bilang bahwa sama sekali tidak sakit waktu ditusuk jarum, yang tentu saja memang bohong. Namanya ditusuk jarum ya sakit, bahkan sampai di rumah juga masih kerasa sakit (bahkan sekarang saat ngetik masi terasa, hiksss)
Dan yang membuatku shock, angka di layar alat itu menunjukan angka 135 mg/dL. Oh, tidak, kadar gulaku jauh di atas normal.

Alamak. Pamanku memang kena diabetes, dan dengar-dengar itu penyakit juga keturunan. Iseng aku search di gogle, ada sebuah artikel yang menyebutkan bahwa Diabetes berarti "mengalir terus" karena penderitanya selalu minum dan dalam jumlah banyak, kemudian mengalir terus berupa urin alias kencing. Iya betul, aku kan memang beser.

Selama ini aku paling kuat makan nasi. Walau sayur juga suka, namun perbandingannya sangat jauh, olahraga juga sangat kurang, tidak pernah gerak dan suka ngemil roti cokelat dengan teh manis.

Karena itu aku sekarang harus diet. Mengurangi nasi, tidak ada teh manis sekali sehari, tanpa roti cokelat, no ngemil, menyingkirkan gorengan, tidak ada makan malam dua kali, sehabis makan roti tidak boleh makan nasi, atau kalau sudah makan mie jangan makan nasi lagi. Duh, neraka apa pula ini.

Ada cara lain katanya untuk menurunkan gula darah. Salah satunya makan bawang merah. Sehari sekilo, biar bau badannya apek seperti kambing wkwkwkkw
Lalu katanya makan undur-undur. Yak ampun bujubuneng, makan undur-undur? tinggal buka mulut lebar-lebar kalau bawa motor malam-malam, membiarkan binatang itu masuk ke dalamnya, lalu sekali telan langsung happ... seperti cicak makan nyamuk.
Jawabannya NO WAY

Yah,memang ga ada cara lain selain DIET KARBOHIDRAT. Minta doanya ya, biar kuat menolak salah satu surga dunia. Deuh...
Dan... Eh ya bener. Gula darahku tinggi, pantes saja orang-orang bilang aku manis. Duh, jadi maluuu



Gambar dari http://www.amihungry.com

Selasa, 12 Mei 2009

15.23.00

Lihat, Ikan Mas Kokinya Segede Kucing!!!

Hari raya tidak ada matinya di Bali, benar? Tentu saja benar.
Sabtu tanggal 9 Mei kemarin, bertepatan dengan Hari Raya Purnama. Kebetulan juga perayaan hari waisak, libur. Setelah perjalanan ke Besakih tempo hari, aku sama teman serasa ketagihan untuk jalan-jalan lagi, tentunya tidak sekedar jalan-jalan, tapi jjs plus sembahyang. Selain dapat refresing juga dapat pahalanya biar nanti bisa masuk surga.

Tujuan awal Besakih, namun ternyata meleset menuju sebuah pura yang dekat dengan rumah (setengah jam perjalanan lah). Namanya pura Tirta Empul, lokasinya di desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, gianyar. Pura ini letaknya berdampingan dengan Istana presiden, yang walau orang Bali aseliii tetapi sama sekali belum pernah aku pakai lokasi bernarsis ria. Uh.. pelit.

Seperti namanya, dalam pura ini ada sumber mata air yang biasa dipakai umat untuk melukat (istilahnya pembersihan dirilah). Pura ini biasanya ramai dikunjungi saat hari purnama ini, ketika bulan sedang penuh. Ada mitos sih dulu, katanya kalau keramas saat purnama maka rambut akan jadi indah. Tapi namanya juga mitos.

Pura ini mempunyai nilai historis menyangkut cerita-cerita para dewa tempo doeloe. Yang berminat silahkan baca-baca saja disini. Atau pasti sudah ada yang pernah pergi kesana, mengingat sekarang pura itu sendiri sudah dikomersilkan untuk wisatawan. Banyak bule kesana, eh bukan bule ding. kebanyakan wisatawan cina dan domestik. Liad aja bule di bawah ini, semoga saja saat itu dia sedang tidak lagi halangan ya.



Berdelapan berangkat dari denpasar jam 9 pagi lewat (setelah ngaret setengah jam). Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam lebih, itupun setelah ngetem lima belas menit di tengah jalan untuk nungguin anggota rombongan yang ketinggalan. Agak lupa sampai disana jam berapa, yang jelas pengunjung sudah membludak. Buih, membayangkan melukat berdesak-desakan. ckk ckk ckkk...
Ini wantilan luar pura, tempat orang berganti pakaian.



Aku sih ga perlu ganti-ganti lagi karena sudah siap dari denpasar. Memakai Kain kamben dan baju kaos, akhirnya langsung nyemplung ke kolam dengan pancurannya yang banyak. sayangnya waktu itu tidak sempat bawa kamera, jadi ini poto ambil dari web sebelah. Tapi serius, ga enak banget berdesak-desakan dengan bapak-bapak gemuk yang tidak mau kalah. Bau badannya itu loh, bayangin sajalah badan basah kena matahari, menguap sama bau badannya. Hmphh...
Tapi syukurlah, dengan badan yang lebih kecil daripada mereka bisa nelungsep sana-sini.


Dari salah satu pancuran itu ada yang namanya Tirta Pengentas, dalam bahasa indonesianya ditranslate secara ga bener artinya tirta pamungkas atau tirta mungkin lebih ke sesuatu yang berarti menyelesaikan. Air dari pancuran ini khusus untuk orang meninggal, jadi dipercikan pada saat acara pemandian mayat. Jika keblalasan saja kita mengguyurkan kepala di airnya, maka akan jadi mayat. (Upss.. yang ini ga bener, bercanda doang).

Walau rame, syukur ga lama ngantri. Sekitar satu jam aku selesai dan kedinginan. Bersama teman cewek kemudian menuju kamar ganti dan... yah... anak anak cowok sempat-sempatnya juga mejeng narsis.


kebetulan waktu itu juga sedang ada desa yang merarianan (sejenis perjalanan ritual) kesana. Ada iringan umat, disertai barong sesuunan dan gong. sayang waktu itu aku lagi ganti baju jadi tidak melihat langsung. namun temanku sempat mengambil gambarnya.





Di sebelah belakang kamar ganti ada kolam dengan ikan Mas Kokinya yang gede-gede. Banyak sekali. Bagi kucing-kucing liar, tahan lidah biar ga kelenger ya (melirik seseorang) hiii







Puas poto ikan, saatnya narsisin diri sendiri. jangan ada yang protes ya!!


(kali ini anggurnya ga ada :P)





Sekitar jam 1 siang, perut sudah kelaparan. Akhirnya pulang, sampai rumah langsung, makannn.........
Ya sudahlah, segitu saja dulu.
Thataa....


Abis ngepost mampir ke blog teman dan bilang "Abis ngelihat ikan mas koki segede kucing, sekarang lihat blog teman"
Dia menjawab, "Mimpi kali lihat ikan mas koki segede kucing"
Dan kujawab, "Emang, kalau ga mimpi mana bisa lihat ikan mas koki segede kucing"
Jadi, aku lagi tidur pas bikin judulnya....



Senin, 11 Mei 2009

09.40.00

Bintang Ungu

Pernah ada cahaya bintang ungu yang datang pada suatu malam, dengan kerling indah dan menawan.

Cahaya di ujung jalan? harapan? Penuntun?

Bukan ternyata....
Hanya kias cahaya dari tetangga sebelah, yang bermimpi tentang hal yang sama.
Walau sesempatnya, Malam itu memanjang melampaui waktu
Dengan euforia semu, bernama angan

Bintang ungu itu akan redup
meluruh dalam konstelasi ruam hari kemarin
mulai hari ini, dan untuk seterusnya.....

Kamis, 07 Mei 2009

11.46.00

Antara Kiamat, Reality Show sampai Pilsuf.

Dunia semakin kacau, mungkinkah kiamat akan datang? atau mungkin hari sudah akan berakhir?
yah, mungkin ia, mungkin benar. ga jelas soal masa depan.
soal manusianya juga ga jelas, makin aneh, makin kacau. Liat saja juga publik pigur kita. Bosan banget dengan berita antasari segala macam, lalu jupe yang ga dikasi nikah sama pemain bola. juga urusan JK-Wiranto yang sudah nikah. Lalu Rani Juliani dan golfnya. korupsi, pemilu dan....
pindah canel, ada sinetron striping. bahasannya kalau ga cerita cinderela basi, pasti soal mertua yang intimidasi mantunya, atau cinta yang tak sampai.

Eh ya, belakangan makin banyak acara reality show, terutama dari sebuah stasiun teve yang ga menanyangkan sinet sedikitpun. Konsep yang sama dengan kemasan berbeda. seorang anak sma yang mau bantuin temannya yang hamil. muka siswi yang hamil di blur, padahal sama saja bohong. lingkungan kedua siswi itu akan langsung tahu muka siapa yang diblur, apalagi jika teman sekelas atau tetangga.

atau itu, reality show yang mencari-cari kesalahan seseorang. menguntit orang yang bersangkutan dengan bantuan salah seorang teman dekatnya. kalau memang teman dekat, kenapa mereka mau mempublikasikan kejelekan teman sendiri di teve, ke seluruh indonesia pula? benar-benar ga punya hati (kalau memang itu benar-benar nyata)

Atau jaman sudah berubah, seorang membuka kisah asmara masa lalunya yang (mungkin) buruk, meminta maaf, menangis tersedu-sedu dengan dipelototin kamera. kalau memang serius, kenapa harus pake kamera segala. kenapa harus meminta bantuan orang yang sama sekali ga ada hubungannya. Jadi, apa benar itu reality???

Sudahlah. itulah manusia. dan omong soal manusia pula, ada beberapa orang yang tiba-tiba jadi seorang pilsuf. Ketika tak tanya, jawabannya ada yang bilang mungkin usianya sudah mau habis, dan ada pula yang bilang "maklum, lagi jatuh cinta".

aduh, ada ada saja.
tapi.. hmmm... sekalipun pilsuf, sms mereka ndalem juga. baca aja deh,

..... dan janganlah pernah ragu tuk melangkah maju. karena sesungguhnya sang waktu kan selalu melaju.

kejar dan raihlah mimpimu.


ini dari orang yang ngaku umurnya mungkin sudah mau habis hiiii
Dan lalu...

Mereka menyayangimu, tetapi bukan kekasihmu
mereka perhatian kepadamu, tapi bukan dari keluargamu
mereka siap bagi rasa, tapi mereka tidak berhbungan darah denganmu
mereka adalah...
Teman!!!

teman sejati
marah seperti ayah
peduli seperti ibu
mengganggu seperti kakak
mengesalkan seperti abang
dan terakhir....
????


smsnya keputus, terakhir ga jelas apa.
Sudahlah, sudah bicara mengenai manusia. karena aku juga manusia, yang ga jelas apa maunya. mungkin kamu juga ya, sama ga jelasnya. hiii



Senin, 04 Mei 2009

15.37.00

Self Euthanasia

Lima belas …
Enam Belas…
Tujuh…
Nngg..
Ng..
Ngg..
Dua puluh..

Ternyata belum cukup segini dan aku menarik laci. Rasanya botolnya ada di laci terbawah. Dan oh.. ada! Tenang, Pin! Cukup banyak waktu kok sampai mama datang. Jangan tergesa-gesa!

Klontang…

Huh, menyebalkan! Botol kok kayak kaleng begini. Jatuhnya bersuara amat keras.
Aku menunduk, botol itu menggelinding ke bawah meja. Huh, apa emang aku tak boleh melakukannya? Hah, sebodoh amat! Tapi syukur, botolnya tak menggelinding jauh. Aku turun dari kursi, berjongkok sementara tangan kiri menggenggam erat dua puluh bijian ini.

Auww…

Ini dahi kenapa nonongnya maju sekali sih! Ini meja juga, bisa nggak sih geser dikit biar aku ga perlu menjangkau-jangkau jauh begini! Atau dia bantu mengurangi nonongku? Halah, percuma juga, nanti setelah semua biji ini terkumpul semuanya juga hilang.

Nah sekarang aku menyentuh botol itu. Dapat! Haha.. inilah hari kebebasanku, sesaat sebelum nekad aku memandnagi botol ini. Botol bongkok jelek, tapi isimu bisa membuatku bebas, selamanya.

Krieett…

Sesuatu berderik di luar kamar sana, oh.. jangan-jangan Mama sudah pulang? Gawat kalau sampai ketahuan.

Aku bangun, cepat lari ke pintu dam mengunci pintu.

Hehe… sekarang aman! Mama tak bisa mencegahku, ada gunanya aku punya uang sendiri sekarang dan bebas berkeliaran kala sekolah. Sekali lagi botol itu aku pandangi, bersamaan berbutir-butir di tangan kiri ini. Uang beratus ribu, sungguh sangat gampang memperoleh surga dengan uang seratus ribu. Ups.. atau neraka?
Whateverlah! Entah kemana, yang penting aku bebas.

“Pin, kau serius?”

Jantungku berdetak keras ketika kudengar suaraku sendiri. Hey, kita berdua yang menginginkan ini! teriakku. Tak seharusnya sekarang kau ragu begitu.

“Tapi Pin, tidakkah kita bisa bicara pada Mama soal ini?”

Hey, bisakah kau diam!
Aku kesal, kupukul ia dengan keras tepat di dada. Dan dadaku sendiri berguncang karenanya, menimbulkan suara berdebam keras. Huh.. sakit.

“Kita hanya perlu bicara baik-baik, Pin! Mama tak akan maksa kita untuk tetap ngambil dokter!”

Sudah kubilang diam! Ngerti ga sih? Aku benar-benar kesal sekarang.

Ada pisau di atas meja sana, aku berlari dengan beringas dan menyambarnya setelah menaruh botol kebahagiaan ini.

Oke.. kalau kau bicara lagi, aku akan langsung menusukmu!

“Jangan, Pin! Itu akan menyakitimu sendiri. Kenapa kita tak coba bicara sama Mama?”

Brengsek! Aku menggebrak meja. Tanganku menindih mata pisau, dan uhh.. perih sekali.

“Pin… apa itu?” sebuah suara berteriak dari luar, amat jauh terdengar.

Lihat kan sekarang akibatnya? Gara-gara kau tak mau kompak mama jadi tahu.

Dogg dogg dogg..

“Pin…” Suara mama, selang-seling dengan gedoran pintu, terdengar lagi, “Pin.. buka pintu!”

“Mama akan menyelamatkan kita, Pin!”

Aku mengacungkan pisau. Sebodo amat! Dia menyelamatkan kita untuk menyelamatkan mukanya sendiri dari orang-orang. Dia seorang dokter dan mau seluruh keturunannya menjadi dokter. Aku bukan keturunannya, dan aku tak mau jadi dokter.

“Kita anak Mama, Pin!”

Bukan! Yang anak mama itu kau, bukan aku!

Gedoran pintu bertambah keras, handel pintu seakan mau rusak ditarik-tarik begitu.

“Pin, buka pintu atau mama dobrak?” teriak mama,

Terserah!

“Pin, letakan pisau itu! Tangan kita berdarah,”

Darah? Darahkah namanya cairan merah yang menggenang dimeja itu? Di dekat pisau itu? Oh.. tidak, aku takut pada cairan itu. Tangan itu, ternyata masih menggenggam pisau itu.

“Lempar!”

klontang…

Kulempar ke sudut dan mengenai kaca jendela. He he.. ternyata memang benar cara itu menyakitkan, dan aku tak mau cara yang sakit. Nah sekarang aku sudah mulai beringas lagi. Caraku sendiri lebih menyenangkan, dua puluh biji dan sebotol yang masih baru. Kurasa lebih daripada cukup.

“Pin…” teriak mama sementara botol ini kubuka, darah membasahi tutupnya, menyayat dagingku hingga sakit. Tapi aku tak peduli, dadaku terlalu bergairah.

“Pin buka pintu!” teriak mama lagi sambil menggedor pintu.

“Pin, kamu dengar kan mama menggedor pintu?”

Sebodo amat! Sekarang botol sudah terbuka. Cukupkah waktu untuk menghitungnya? Percuma dihitung, yang penting lebih dari cukup untuk membawaku pergi.

“Pin, sadar!”

Diam kau! Sebentar saja, setelah aku memindahkan isinya ke tangan kiri kau boleh bicara, untuk terakhir kalinya. Eh sebentar, kau boleh bicara setelah semuanya masuk mulut dan air membawanya turun.

“Pin, jangan!”

Aku tak peduli, semua kepenatan ini membuatku lelah. Tidakkah kau lelah?

“Pin, buka…” hah, gedoran mama masih saja terdengar, tapi aku tak peduli.

“JANGAN!”

Aku tersenyum, melirik sesaat senyum lain di pigura atas buffet. Wajahnya memang manis, tapi kelakuannya tak semanis itu. Hey, jangan ingat dia lagi. Alvin tenang kok dengan Manda. Dan sekarang kau akan tenang dengan puluhan biji ini.

“TIDAK!”

Aku buka mulut, ohh.. ternyata belum cukup lebar untuk menampung semua butir ini. Kubuka lebih keras, sesekali mendengar getaran keras di pintu. Hore.. semuanya masuk, dan rasanya pahit ternyata. Tak apa, air ini akan menghapus rasa pahit.

Glekk.. glekk. Glekkk..

Susah juga ternyata. He he he…

Pintu menjeblab terbuka, ah aku tak peduli mama menerjang tanganku, gelas terjatuh ke lantai dan pecah. Aku tertawa, sekarnag semua biji telah masuk ke kerongkongan. Aku tertawa lagi, senang rasanya membalas dendam begini. Sementara itu mama memukul punggungku. Uhuk… sampai mati tak akan kumuntahkan. Haa.. haa.. ha…

Lalu semua gelap, aku suka gelap. Aku cinta gelap. Bubye mama.. bubye semua… muah….



Bagi yang bingung, selamat berbingung-bingung ria ya. hiiiii.....
dibuat pada, Denpasar, 6 maret 2008. dan dipost pada tanggal yang sama dan dikomentari orang-orang pada Kemudian.com



Jumat, 01 Mei 2009

14.05.00

Bye Bye Flu Babi

Sejak kabar tentang jenis flu yang satu ini merebak, jujur aku juga khawatir kalau penyakit ini masuk ke Indonesia, tepatnya Bali. Dan ternyata, belum juga penyakitnya masuk, akibatnya sudah masuk duluan. Walau di beberapa media aku lihat bahwa pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak panik, namun kenyataannya meredam isue-isue mengerikan seperti ini tidak semudah merawat babi itu sendiri.

Tadi aku sempat jalan-jalan ke Kompas.com. Tertarik melihat salah satu judul berita yang dirilis koran itu per hari ini. Selamat Tinggal Flu Babi! aku kira sudah ditemukan semacam obat penangkal dari penyakit ini, namun ternyata bukan. Flu Babi bukan hilang, namun sekedar berganti nama. Katanya, WHO takkan lagi menggunakan istilah "flu babi" (swine flu, melainan memilih untuk menyebut virus influensa baru tersebut sebagai "influensa A" (H1N1). Hoho, ternyata. Sama saja, cuman beda nama namun jenisnya sama.

Secara langsung aku memang belum terpengaruh dengan virus ini. Namun salah seorang teman yang bekerja di sebuah pembuatan sosis dengan salah satu bahan bakunya yaitu babi, mengaku bahwa omzet perusahaannya telah turun hampir setengah miliar rupiah. Padahal bahan yang dipakai hanyalah daging lokal, yang nota bene masih bebas dari virus H1N1 itu. Ini merupakan dampak dari pemakaian nama "Babi" pada jenis penyakit itu.

Padahal, menurut WHO, orang tidak dapat terinfeksi virus ini melalui konsumsi daging babi yang telah dimasak dengan baik. Virus H1N1 menular dari manusia ke manusia. Jadi menurut sumber yang sama, memakan daging babi dengan penanganan makanan yang baik, tidak akan menimbulkan bahaya pada manusia.

Jalan-jalan lagi, dari situs Okezone,penyakit ini ditemukan pertama kali di meksiko,pada seorang bocah 5 tahun bernama Edgar Hernandez,yang tinggal di dekat peternakan babi. Namun Warga di desa yang bernama La Gloria itu membantah jika virus tersebut berasal dari babi-babi di wilayah itu.

Nah, jadi apa benar memang wabah itu berasal dari babi? Benar tidaknya, yang jelas banyak produsen serta sektor usaha yang bergerak dalam bidang yang berhubungan dengan bab 1 itu telah dirugikan. Dan aku juga takut kalau-kalau Babi-babi Bapakku di rumah tidak laku dijual gara-gara isue ini. padahal, rata-rata setiap keluarga di desaku memelihara binatang ini sebagai mata pencaharian. Satu anakan sebesar anak anjing bisa laku ratusan ribu, bagaimana dengan dewasanya yang beratnya sama sepertiku, hampir setengah kuintal, bisa sejuta lebih.
Hmm.. kasihan banget.
Tapi kalau aku yang dijual, hmm... keknya dagingku ga enak. jadi ga akan laku semahal itu kayaknya. huh....


Kok jadi ngurusin babi ya? wkwkwkwkkw.

About