Selasa, 30 Desember 2008

17.32.00

Miror Miror....

"Miror miror, where did I left my heart?"

cermin itu tetap diam, tidak menyahut seperti di dongeng Putri Salju.

"Miror miror, where did i left my self?"

cermin itu tetap bening, nampak bayangan wajahnya yang kusust masai di permukaannya. Air mata masih membias di pelupuk, menyajikan bayang-bayang suram dan menyedihkan di bekas penglihatan. Sampai sekarang, ia tetap berdiri memandang cermin, entah menunggu cermin menjadi ajaib, atau karena lelah. yang jelas, ia masih tetap bersedih.

Dia, seorang gadis yang sedang galau. Bahkan tidak berubah saat bayangan lain muncul di cermin, bayangan seseorang yang gelap, tanpa mata, tanpa alis, tanpa hidung, tanpa wajah.

"Apa yang kamu risaukan?" tanya bayangan itu.

gadis itu hanya mengerjap sekali. "Aku merisaukan masa depanku!"

"Hiduplah pada batasan hari ini!" ujar bayangan dalam cermin.

Gadis itu menggeleng. air mata masih tetap meleleh di pipinya. "Dan membiarkan hari esok samar? Oh, kurasa itu bukan pilihan hidup yang baik. Sebuah pilihan hidup yang egois."

Bayangan dalam cermin hening sejenak, sampai kemudian, ia menjawab. "Masa depan yang aku tahu, Masa depan yang satu jam lagi? iya, kalau masih ada usia. Hidupku adalah hidup sampai detik ini. Makanan yang telah habis kumakan itu adalah milikku."

gadis itu terdiam, menyesapi kata-kata itu dalam. sebutir pemahaman yang selama ini ia tekankan pada dirinya, menyeruak dalam pikirannya, dan itu merusak argumen bayangan hitam. gadis itu menolak.

"Itu seperti menelusuri goa gelap dengan sebatang lilin. Dan kamu hanya terpaku pada lilin di tangan, bukan pada panjang goa yg harus kamu tempuh.

Bayangan menjawab. "Goanya berakhir dimana?"

Gadis itu melanjutkan. "Jika kamu hanya mengurus hari sekarang, maka kamu akan bahagia karena lilin masi di tangan, namun jika kamu berpikir panjang akan hari esok, maka kamu akan mulai khawatir semenjak lilin itu dinyalakan."

Sang Bayangan diam. Entah apa yang terjadi, ia terus membisu hingga sang gadis menyusut air matanya sendiri.

"Kenapa diam?" tanya gadis itu.

"Kamu sudah mengetahui jawabannya, semua pertanyaanmu sudah ada di kepalamu. Diri dan hatimu tertinggal di tempatnya, hanya kamu yang sedang tidak merasakannya saat ini. Jika kamu takut masa depan, maka hanya dirimu sendiri yang bisa menghadapinya, sama halnya saat kamu mempertanyakan dimana hati dan dirimu. Hanya kamu yang tahu, bahwa masa depanmu ada di bayangan yang akan kamu lihat di cermin ini, nanti setelah aku menghilang,"jawab bayangan di cermin.

Perlahan bayangan di cermin membayang. Samar-samar gambar hitam di permukaannya menghilang, semakin samar dan menghilang. Hingga akhirnya, cermin itu benar-benar kembali seperti semula.

Hanya bayangan gadis itu sendiri yang terlihat.
Dan itu menjawab semua pertanyaan.

Dimana kita mencari kebahagiaan?
Dimana kita menemukan kesedihan?
Dimana pula saat kita butuh bantuan dan pertolongan?
jawabannya hanyalah, dari diri kita sendiri. Hanya diri kita sendiri yang kita punya untuk menghadapi semua, hanya diri sendiri yang yakin bisa diandalkan, dan kadang itu sendiri sudah cukup.

Gadis itu akhirnya tersenyum, kembali

*Berkat obrolan menyenangkan dengan seorang ijazah SD

Sabtu, 27 Desember 2008

13.58.00

The Evil Twin, Horor Korea Yang Tidak Terlalu Horor

Semalam mampir di rumah teman, berhubung masih agak sore akhirnya memutuskan untuk nonton film.
banyak pilihan DVD, dan akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada film ini.


cover depannya seram sekali, namun teman saya meyakinkan bahwa film ini tidak seseram film horor Indonesia.
dan yap... akhirnya saya menonton.

The Evil Twin mengisahkan tentang hantu seorang gadis yang meninggal karena tenggelam di danau. Kejadian bermula saat gadis itu beserta saudara kembarnya terjatuh setelah memperebutkan gelang di danau, dan sang ibu, yang ternyata sejak awal pilih kasih hanya menyelamatkan salah satu, yaitu gadis yang memakai gelang.

Setelah sepuluh tahun berlalu, arwah gadis yang meninggal itu gentayangan dan memburu satu per satu teman-teman semasa kecil mereka. Ia juga membayangi kehidupan kakaknya, saudara kembarnya yang hilang ingatan sejak kejadian di danau.

Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti alur ceritanya, mungkin karena perbedaan bahasa, dan juga translate dalam bahasa Malaysia yang kadang terdengar aneh, syukur sebelum nonton sudah dapat spoiler dari teman.

Sebagai film horor, film ini lumayan mengejutkan (karena pada dasarnya saya memang penakut), terutama adegan saat sang ibu menyisir rambut sang kakak dan saat ia membelah rambutnya, wajah lain muncul di baliknya. namun secara umum, kualitas horornya masih kalah jauh dengan horor Indonesia, baik dari segi make up hantu, special efek, musik dan juga kejutannya.

Dan oh, hantunya cantik sekali. walaupun dandannya sama dengan hantu Indonesia, baju putih dan rambut panjang, namun ia tidak memakai hiasan wajah,rambutnya juga lurus, ga seperti rambut kunti yang rada gimbal.
melihat hantu yang ini, memangnya siapa yang takut?



Tokoh utama prianya juga luar biasa ganteng. setelah tak search di net, ternyata namanya Jae hee. artis korea yang sempat saya lihat di salah satu dorama yang lupa ah judulnya.tapi dibandingkan dengan poto dibawah ini, rasanya dia yang di film The Evil Twin jauh lebih cakep, kekekek


dan secara umum, saya suka film ini karena temanya korea banget. sangat unik dan cantik, apalagi dengan setting pedesaan itu.
dan bagi yang ingin tahu review lebih lanjut, bisa dilihat di sini. saya kurang pintar merivew soalnya, hehehe

Rabu, 24 Desember 2008

13.41.00

Termanggu...

Pernah merasa dekat.
Ketika jalan sedang bercabang dua
dan rasa belum sepenuhnya terkenali.

Tak wajar tersia-siakan saat itu, begitu sekarang berpikir.
Karena ternyata,
dia kembali jauh sebelum sempat benar-benar dekat,
lalu benar-benar pergi saat hati baru tersadar,
bahwa ia memang selalu ada didalam sini.

Dan sekarang, yang tertinggal hanya...
termanggu....

Senin, 22 Desember 2008

10.06.00

Untuk Dua Puluh Tiga Tahun Ini....

Buat Ibu

Hari ini, memang bukan hari spesial untukmu, karena rutinitasmu tetap sama seperti kemarin. Memasak, mengurus ternak, mengurus rumah tangga, mengurus bermasyarakat. Tidak ada hal khusus, ataupun pengetahuan intelek akan hari ini, karena keseharianmu jauh lebih mulia daripada sekedar makna hari ini.

Ibu, bertahun-tahun waktu aku jauh, aku mohon maaf kalau aku tidak menjadi dekat denganmu. Kadang aku durhaka, hanya meminta namun tidak pernah memberi, ataupun tidak pernah membagi cerita. Hanya memberi cemberut saat datang.

Ibu, walaupun demikian, aku beruntung memilikimu. Wanita perkasa, tameng yang melindungiku dari takut, wadah yang mengalasiku saat butuh, ataupun pakaian yang menyelimutiku saat membutuhkan.

Semoga untuk kedepan, aku bisa lebih berbakti, walaupun sejak dua pulu tiga tahun ini belum pernah bisa untuk 'sekedar' berbakti.

Terimakasih, Ibu

Selamat hari Ibu

Sabtu, 20 Desember 2008

12.33.00

Bawang Merah dan Bawang Putih

untuk cecil yang kecepatan, selamat ulang tahun. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya sendiri, dan bukan untuk diperbincangkan, namun semata-mata untuk membuatnya jadi indah. Miss u

Suatu hari di keranjang bumbu sebuah rumah, dua keluarga bawang sedang asyik menikmati matahari pagi yang menerobos masuk lewat jendela yang terbuka. Si Bawang Putih bertengger pongah di bagian atas, badannya yang besar dan dengan sedikit tangkai membuatnya selalu berada di atas karena akan menyesakan keranjang jika ditaruh di dasar. Sementara di bagian bawahnya, Bawang Merah terpojok di bagian dasar dengan kulitnya yang merah namun sudah keriput.

Bawang Putih paling senang mentertawakan bagian itu.

“Lihatlah diriku, seberapa lama aku hidup, kulitku akan selalu mengkilap dan licin. Siungku penuh, tidak mengkerut sepertimu saat dimakan usia,” ejeknya sambil tertawa.
Bawang Merah hanya tersenyum. Biasanya ia hanya mendumbel sebal dalam hati saat Bawang Putih mencemoohnya tiap hari dengan materi yang berbeda.


Namun kali ia tidak tahan. “Biarkanlah aku hidup dengan kekuranganku, kulit terkelupas, merah membara, kerisut dan membusuk. Namun setidaknya kalau tidak aku, nasi goreng tidak akan lezat!”

Mendengar hal itu, Bawang Merah tertawa. “Apa? Lezat? Tidak salah?” ia melanjutkan tertawa, sampai terpingkal-pingkal.

“Tidakah kamu pernah melihat kalau orang membuat nasi goreng tidak perlu memakai bawang merah? Yang mereka perlukan adalah aku, Bawang Putih, yang dicincang dan mengeluarkan aroma terenak sepanjang masa. Dan kau, Bawang Merah, hanya jadi penabur, bumbu tambahan yang tidak akan membuat yang memakan kehilangan selera jika kamu tidak ada.”

Bawang Merah diam sesaat, ouh, rupanya ia mengambil kelebihan yang kurang tepat.
“Terserah kamu saja, tapi Ibu-Ibu rumah tangga, lebih sering membeli aku daripada kamu! Lihatlah mereka di pasar, berkilo-kilo membeliku, sementara dirimu, paling banyak hanya satu kilo.”

Namun Bawang Putih makin terkekeh. “Kamu sungguh lugu dan bodoh. Mereka membelimu banyak-banyak karena ukuranmu yang kecil, sungguh boros saat dipakai memasak. Rasamu tidak pekat, jadi jika hanya diisi sedikit tidak akan membuat masakan lezat!” hardik Bawang Putih dengan sangarnya.

Bawang Merah kembali diam, merasa tertohok.

“Sadarlah, Bawang Merah. kamu tidak lebih berarti daripada aku. Aku banyak manfaatnya, bumbu dasar nasi goreng itu aku, siungku memiliki zat anti kanker yang baik untuk manusia, dan pernah kan kamu mendengar di Cina sana, orang-orang memakaiku untuk mengalahkan vampire?” Bawang Putih kembali terkekeh.

“Sadarlah kamu juga, bahwa ukuranmu yang besar itu juga memenuhi wadah? Merugikan manusia?” balas Bawang Merah perlahan.

Bukannya kalah, tawa Bawang Putih makin menjadi-jadi.

“Hey, cuma masalah keranjang, manusia bisa membuat banyak keranjang untuk menamung bumbu-bumbu lain. Mereka tidak akan merasa dirugikan, justru karena aku besar itu sangat menguntungkan mereka. Nyawaku banyak karena satu butir berisi banyak siung, dan itu membuat pengeluaran mereka semakin irit.”

Mendengarnya Bawang Merah hanya diam. Bawang Putih semakin senang karena ejekannya berhasil.

“Dan lagipula, kamu mempunyai gas menyengat yang menganggu. Manusia menangis saat mengirismu. Aku berani taruhan kalau mereka tidak akan memakaimu jika bisa menemukan butiran bawang lain yang lebih bersahabat. Tidak keriput, tidak kerisut, tidak berbau menyengat. Dan… kurasa juga sudah ada penggantimu, Bawang Bombay, jauh lebih besar, tidak terlalu mengeluarkan gas yang membuat perih dan… dia itu bawang impor. Aku lebih senang berkeluarga dengan dia,” Bawang Putih melirik Bawang Merah yang makin tersudut. “Bukan dengan bawang kecil menyedihkan sepertimu!”


Bawang Merah tetap diam, membiarkan Bawang Putih berbicara panjang lebar tentang Bawang Bombay itu.


Disaat yang bersamaan, pintu dapur terbuka. Penghuni rumah, seorang wanita cantik masuk bersama seorang lelaki tampan sambil membawa bungkusan. Mereka tertawa-tawa, saling bercanda, dan kedua bawang mendengar mereka akan memasak bersama.

“Sayang, kita masak apa?”

“Masak hati dengan bumbu cinta!” jawab sang wanita sambil meletakan bungkusan dan mengambil keranjang bumbunya.

Mereka kembali terkikik.

“Sayang, kupas bawangnya tolong!” pinta sang Wanita.

Lelaki tampan itu bergeser menghadap ke keranjang, memilih-milih bawang, namun menggeleng saat melihat betapa kecilnya si Bawang Merah. Ia mengambil bungkusan yang dibawa sang Wanita lalu mengeluarkan butir-butir bawang bombay yang besar dan ranum.
Bawang Putih tersenyum mengejek. “Nah, kamu lihat sendiri kan, lelaki itu lebih memilih Bawang Bombay daripada kamu!”

Bawang Merah hanya bisa terdiam, tersuruk di sudut.

Sang wanita menoleh, melihat pacarnya menggenggam bawang bombay.

“Aduh, Sayang, jangan bawang yang itu! kita tidak akan membutuhkan bawang yang besar itu untuk masakan kita, karena rasanya kurang kuat. Pakai Bawang Merah, yang kecil-kecil itu!”

Bawang Merah tersenyum mendengarnya. “Nah, dengarkan kamu, orang yang pintar memasak lebih memilihku daripada keluarga impor yang kamu dengungkan tadi. Sedangkan kamu sendiri, sama sekali tidak bisa memasak namun sudah berani menilai sesuatu. Lain kali, belajarlah memasak dahulu, baru kemudian menilai bumbu apa yang paling penting.”

Sang lelaki mengambil bawang merah, bersiap akan mengupas. “Bawang putihnya juga, Sayang?”

“Tidak! Kita tidak memakainya, aku tidak suka. Baunya ga enak!”

Sang lelaki mengangguk, mulai mengayunkan pisaunya ke arah kulit keriput sang Bawang Merah yang mengikik menang. Sayup-sayup, terdengar suara keresak saat kulit-kulit keriput itu diangkat, hingga akhirnya ada siung kecil yang merah merona dan indah.

“Eh, Bawang Putih, kurasa ada untungnya aku hanya punya satu nyawa,” teriak Bawang Merah dari tangan sang lelaki. “Aku lebih cepat ke surga daripada kamu, dan di surga aku tidak perlu mendengarkan ocehan orang tua seperti kamu. Selamat tinggal, berbahagialah dengan keluarga impormu si Bawang Bombay!”

Lalu sang wanita datang dan menuangkan bawang Bombay yang basah ke keranjang. Cairannya memercik, menetes di kulit Bawang Putih yang mengeryit.

“Hatcca hatcaaa haccaa Bawang Putih, saia Bawang Bombay hayaa…” teriak Bawang Bombay dengan semangat.

Dan untuk hari-hari selanjutnya, Bawang Putih makin mengkerut karena pusing mendengar suara Bawang Bombay yang nyaring sangat impor itu.

****

20 des 08

Jumat, 19 Desember 2008

10.50.00

Having Fun with Poker

Poker is general game for the gambler. Many people know this game as one of casino games. By using card as the playing mediator, poker has famous as one of casino game, both of casino online or casino on the real place.

Poker becomes more familiar now, because there are many websites that offer online free poker in the internet. Getting information about play poker online is also easily. When I try to search how to play poker in the search engine, I get thousand pages that write about.

Like other games such as blackjack or Roulette, these topics attract more visitors. The expert on this game write about the tutorial, tips or other advise to win. One of the biggest social website in the internet has provided the free media to play poker. Many people buy the chip for playing this game. But we already know, not all of the player will spend their money there. We know that poker is not always play for gamble. Many people play this game to learning how to play poker, so when their friend ask about the poker, they can explain. So the game is just to having fun not for make money or addicted like.

So we can’t judge if the poker player is a gambler. Poker is just a game, but the different of motivation makes the game become a gambler.

Rabu, 17 Desember 2008

14.41.00

Antara Datang dan Pergi itu...

Sesuatu itu akan datang ketika waktunya tepat, dan kadang waktu yang tepat bukan waktu yang baik bagi semua orang. Hal yang wajar, sesuatu yang tepat belum tentu baik, karena baik menurut persepsi orang adalah adanya kesempatan untuk memilih. Namun ketepatan itu kadang tidak memberikan kesempatan untuk itu.

Sesuatu pula akan pergi saat waktunya tepat, dan sekali lagi, tepat bukan berarti baik. Malah, kepergian seringkali lebih sadis dalam soal ketepatan waktu, tidak ada kata undur, sekalipun dalam keadaan gawat. Dan takdir, memperparah hal itu, hampir di setiap jengkal kehidupan manusia.

Datang dan pergi adalah hal lumrah dalam hidup. Bukan sesuatu yang harus dipersulit ataupun dilebih-lebihkan. Namun saat dua hal itu dipaksakan, saat itulah ia akan menjadi tidak wajar. Keadaan 'tidak wajar' ini, melahirkan berbagai akibat, yang kadang cenderung tak lebih dari sebuah sugesti pribadi, hanya perasaan yang lahir karena kekurangpuasan atas implikasi datang dan pergi itu sendiri.

Datang dan pergi, sebuah fenomena dalam hidup. Bukan kewajiban, namun unsur wajib dalam hidup.

Bingung?
silahkan bingung. Karena saya juga bingung.

About