Sebuah Hal Tentang Rasi Orion di Langit
“Eh, kenapa baru sekarang aku menyadari bahwa bintang-bintang sangat bagus jika dilihat dari sini?” gumam Rani, dengan sangat rileks mendongak sambil menggoyangkan kaki.
Wedha membuka mata, melihat bintang yang dimaksud. Sebuah gugusan bintang, dengan beberapa bintang besar terletak di garis yang menyilang dan membentuk hurup X.
“Itu namanya rasi bintang Orion, “jawab Wedha.
“Sok tahu kamu!” ejek Rani.
Wedha membalas. “Enak aja. Aku, kan, juga suka baca tentang astronomi!”
Rani melirik curiga. Entah terhadap apa, namun kemudian ia tertawa sendiri.
“Kenapa?”
Rani menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya saja kamu itu begitu aneh, kadang terkesan misterius.”
Wedha melongo dibilang misterius. “Maksudnya?”
Sambil menggeleng enteng Rani menanggapi. “Kamu begitu penuh kejutan, entah apa saja isi otakmu itu!” kata Rani sambil menjitak kepala Wedha.
Wedha berusaha menghindarkan kepalanya, tapi tidak sungguh-sungguh.
“Eh, ya, Mbak. Mau kuceritakan sebuah mitologi tentang rasi bintang itu?”
Rani mengernyit, namun Wedha mengartikannya dengan kata ‘iya’. Maka remaja itu akhirnya bercerita.
“Ini kisah tentang perseteruan abadi antara dua makhluk, yang menyangkut pada bintang itu,” Wedha menunjuk rasi bintang Orion. “Menurut mitologi Yunani, ada seorang pemburu yang gagah perkasa bernama Orion. Ia seorang yang hebat, dan karena hebatnya membuat ia menjadi sombong. Nah, suatu waktu ia bepergian ke sebuah pulau yang bernama Pulau Kreta dan menghabiskan waktunya disana dengan berburu, ditemani oleh Dewi Artemis dan Leto.”
Rani tertawa dengan sebelah alis terangkat melihat gaya Wedha bercerita.
“Sang pemburu sangat percaya diri akan kemampuan berburunya dan yakin bahwa ia mampu mengalahkan dan membunuh segala macam makhluk buas yang ada di muka Bumi.”
“Segala macam makhluk buas? Dia bisa membunuhku?” ujar Rani bergurau.
Wedha tertawa sesaat, kemudian melanjutkan. “Hyah, namanya juga orang sombong. Nah, mendengar hal itu, Dewi Bumi, entah siapa namanya, kalau tidak salah Dewi Gaia. Iya, Dewi Gaiya pun marah dan sengaja melepaskan seekor kalajengking raksasa, namanya Scorpius, untuk mengalahkan Orion. Setelah perkelahian sengit, akhirnya Scorpius berhasil membunuh Orion dengan sengatan capitnya.”
“Lalu hal yang menarik di bagian mana?”
Wedha tersenyum. “Nah, sebagai pelajaran untuk manusia agar tidak berlaku sombong di atas muka Bumi, dan juga atas permintaan Artemis dan Leto, Dewa Zeus menempatkan dua makhluk ini di langit sebagai sebuah kenangan atas apa yang telah terjadi.”
Rani hanya bergumam sesaat. Wedhapun melanjutkan.
“Tetapi letak mereka berdua berjauhan, malah bersebrangan. Saat rasi Scorpius hendak muncul, rasi Orion pun perlahan mulai tenggelam di kaki langit seberangnya. Konon sengaja ditempatkan demikian untuk menghindari pertarungan lebih lanjut antara keduanya. Nah, karena itu, jadi selama langit itu ada, perseteruan itu akan tetap ada. Nah, karena langit abadi, jadi perselisihan itu juga abadi!”
Rani menggeleng dan mendengus enteng. Ia melambaikan tangan. “Sudahlah, jangan mendongeng macam-macam begitu. Itu membuatku berpikir kalau Lasbauga Ingai masih punya musuh yang abadi, seperti air sama api saja!”
Wedha hanya tertawa.
“Ini sudah malam. Lebih baik kamu tidur!” ujar Rani, ketika melihat Wedha menggeleng akhirnya ia melangkah meninggalkan gazebo.
Wedha memandanginya hingga menghilang, sekali menoleh ke rasi bintang di langit.
“Permusuhan yang abadi…” gumamnya, “Mungkin itu ide baik, seperti Orion dan Scorpio,” lanjutnya geli.
Ia lalu melangkah ke arah klinik, meninggalkan gelombang yang pecah
:p
Wedha membuka mata, melihat bintang yang dimaksud. Sebuah gugusan bintang, dengan beberapa bintang besar terletak di garis yang menyilang dan membentuk hurup X.
“Itu namanya rasi bintang Orion, “jawab Wedha.
“Sok tahu kamu!” ejek Rani.
Wedha membalas. “Enak aja. Aku, kan, juga suka baca tentang astronomi!”
Rani melirik curiga. Entah terhadap apa, namun kemudian ia tertawa sendiri.
“Kenapa?”
Rani menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya saja kamu itu begitu aneh, kadang terkesan misterius.”
Wedha melongo dibilang misterius. “Maksudnya?”
Sambil menggeleng enteng Rani menanggapi. “Kamu begitu penuh kejutan, entah apa saja isi otakmu itu!” kata Rani sambil menjitak kepala Wedha.
Wedha berusaha menghindarkan kepalanya, tapi tidak sungguh-sungguh.
“Eh, ya, Mbak. Mau kuceritakan sebuah mitologi tentang rasi bintang itu?”
Rani mengernyit, namun Wedha mengartikannya dengan kata ‘iya’. Maka remaja itu akhirnya bercerita.
“Ini kisah tentang perseteruan abadi antara dua makhluk, yang menyangkut pada bintang itu,” Wedha menunjuk rasi bintang Orion. “Menurut mitologi Yunani, ada seorang pemburu yang gagah perkasa bernama Orion. Ia seorang yang hebat, dan karena hebatnya membuat ia menjadi sombong. Nah, suatu waktu ia bepergian ke sebuah pulau yang bernama Pulau Kreta dan menghabiskan waktunya disana dengan berburu, ditemani oleh Dewi Artemis dan Leto.”
Rani tertawa dengan sebelah alis terangkat melihat gaya Wedha bercerita.
“Sang pemburu sangat percaya diri akan kemampuan berburunya dan yakin bahwa ia mampu mengalahkan dan membunuh segala macam makhluk buas yang ada di muka Bumi.”
“Segala macam makhluk buas? Dia bisa membunuhku?” ujar Rani bergurau.
Wedha tertawa sesaat, kemudian melanjutkan. “Hyah, namanya juga orang sombong. Nah, mendengar hal itu, Dewi Bumi, entah siapa namanya, kalau tidak salah Dewi Gaia. Iya, Dewi Gaiya pun marah dan sengaja melepaskan seekor kalajengking raksasa, namanya Scorpius, untuk mengalahkan Orion. Setelah perkelahian sengit, akhirnya Scorpius berhasil membunuh Orion dengan sengatan capitnya.”
“Lalu hal yang menarik di bagian mana?”
Wedha tersenyum. “Nah, sebagai pelajaran untuk manusia agar tidak berlaku sombong di atas muka Bumi, dan juga atas permintaan Artemis dan Leto, Dewa Zeus menempatkan dua makhluk ini di langit sebagai sebuah kenangan atas apa yang telah terjadi.”
Rani hanya bergumam sesaat. Wedhapun melanjutkan.
“Tetapi letak mereka berdua berjauhan, malah bersebrangan. Saat rasi Scorpius hendak muncul, rasi Orion pun perlahan mulai tenggelam di kaki langit seberangnya. Konon sengaja ditempatkan demikian untuk menghindari pertarungan lebih lanjut antara keduanya. Nah, karena itu, jadi selama langit itu ada, perseteruan itu akan tetap ada. Nah, karena langit abadi, jadi perselisihan itu juga abadi!”
Rani menggeleng dan mendengus enteng. Ia melambaikan tangan. “Sudahlah, jangan mendongeng macam-macam begitu. Itu membuatku berpikir kalau Lasbauga Ingai masih punya musuh yang abadi, seperti air sama api saja!”
Wedha hanya tertawa.
“Ini sudah malam. Lebih baik kamu tidur!” ujar Rani, ketika melihat Wedha menggeleng akhirnya ia melangkah meninggalkan gazebo.
Wedha memandanginya hingga menghilang, sekali menoleh ke rasi bintang di langit.
“Permusuhan yang abadi…” gumamnya, “Mungkin itu ide baik, seperti Orion dan Scorpio,” lanjutnya geli.
Ia lalu melangkah ke arah klinik, meninggalkan gelombang yang pecah
:p
dendam abadi???
BalasHapusMaaf biar cepet sampe ke yang paling atas, kalo artikelnya panjang aku pake emo ya......
BalasHapusOk untuk artikel ini koment nya....gud cerita chi...
setuju (lagi) ma buwel (lagi) chi....
BalasHapusmaksudnya si wedha bermusuhan sama siapa??? kok permusuhan yg abadi jadi ide siy..... hmmm zujoe sama bang buwel udah nyampe sini toh.... ckckckck
BalasHapusYang ini postingan pertama yah Chi??
BalasHapusDari pertama udah keliatan bakat menulisnya.
BalasHapusMantap.....
BalasHapusSemangat selalu....
BalasHapuslanjutkan....
BalasHapuslebih banyak lebih baik...
BalasHapus