Senin, 31 Agustus 2009

08.31.00

Selamat Ulang Tahun, Ren

Air danau masih saja sama. Bening, jernih dan segar. Bagian dekat pinggir, riak-riak kecil terbentuk setelah sekumpulan serangga kecil takut-takut menghujan ke permukaannya, dan akhirnya terbang lagi sebelum kembali mencoba. Permukaan air danau kini bergelombang kecil, seperti gerakan lelehan minyak goreng yang merayap pelan. Sayup angin yang berhembus pelan di sela-sela pepohonan, membawa sedikit rayapan minyak itu ketepi danau, meleleh kaki saya sampai sebatas mata kaki.

Saya membiarkannya.

Dingin yang terasa, membawa kembali perasaan yang sama terhadap danau ini. Ketika saya membuka mata, nyatanya memang semuanya masih sama. Permukaan danau, dua bongkah batunya, gemerisik angin, rumput, bahkan jejak kaki sewaktu terperosok di tengah hujan dekat batu sana, semua masih sama.

Tapi satu yang berubah. Hanya satu. Waktu. Dan itu merubah semuanya.

Hari ini saya kembali ke tepian danau Kenangan, teringat bahwa tanggal ini tanggal istimewa bagi seseorang. Jejak kakinya yang masih ada di belakang, yang terpeta di atas hamparan rumput dan terlihat samar, mengembalikan ingatan akan hari hujan itu. Lima tahun lalu, di hari yang sama, tanggal yang sama dan bulan yang sama seperti hari ini, jejak itu terbuat.

Saya merenung.

****

Hari itu mendung, tapi tidak menghalangi. Pulang sekolah, seperti janji kemarin, saya langsung menghilang dari peredaran kawan dan menyelinap ke tepi danau. Nenek sudah pasti akan marah jika tahu saya kesini, terlebih jika terlihat bersamanya dan karena itu saya sembunyi-sembunyi.

Dengan kotak kecil di tangan dan sebuah bungkusan lain tersembunyi di tas, sangat susah untuk bergerak cepat. Namun dengan menyelinap diantara pohon, bersembunyi di balik batu saat ada gerobak pengangkut sayur lewat, atau pura-pura mencari batu ketika seseorang bertanya, akhirnya tepi danau tercapai juga. Disini, saya menunggu.

Ia datang tidak lama kemudian, masih seragam yang sama dengan saya, senyum sama namun keringat menetes. Saya yakin ia mengalami perjuangan yang sama susah, berhubung Kakeknya tidak akan menghendakinya menemui saya di tepi danau Kenangan, danau tempat ribuan kenangan jaman lalu tersimpan.

“Maaf, aku telat lima menit,” ucapnya sambil terengah.

Saya tersenyum, duduk di bongkah batu sebelah kanan. Ia mengikuti di bongkah sebelah kiri, sambil melepas tas selempang dan meletakannya di rumput. Gema alam kemudian berseru, menyemangati kami dalam melakukan pemberontakan pada dua orang sesepuh konvensional dan keras kepala, yang menganggap satu sama lain tidak pantas menjadi keluarga.

“Tiga Desember, tepat tiga bulan sebelum aku, apa kamu punya harapan tertentu?” tanya saya sambil mendudukan kotak kecil di batu dan membuka bungkusnya. Kami sama-sama tersenyum melihat kue tart kecil tanpa tulisan, dengan serpihan cokelat di atasnya.

“Belum. Karena aku takut, harapan kemarin tidak terwujud!” jawabnya konyol. Ia memperhatikan tangan saya yang cekatan, mengambil lilin kecil di tas dan meletakannya di atas kue.

“Bagaimana caramu menyembunyikan itu dari kawan-lawan?” tanyanya.

Saya tersenyum. Sambil merobek sisi kotak yang tegak, meratakannya hingga keseluruhan sisi kue terlihat jelas.

“Aku menyembunyikannya di dekat gudang," jawab saya.

"Ada korek?" tanyanya saat saya menancapkan sebatang lilin merah di atas kue.

Saya mengangguk lagi sambil mengeluarkan korek dari tas. Saya sudah memastikan benda itu di tas, dia tidak merokok, jadi akan susah mencari korek di tempat begini.
Lilin sudah tersulut, tinggal menunggu untuk ditiup.

Kami berpandangan.

“Nah, sekarang tiup lilinnya!”

Ia menggeleng. “Belum nyanyi.”

“Kekanak-kanakan sekali!”

Ia menggeleng. “Tidakah kamu mau mengabulkan permintaanku ini? Sebelum aku bertambah tua dan bisa memerintahmu karena umurku lebih besar setahun.” Ia selalu terlihat lucu, dengan senyum miring dan setengah alis terangkat.

Maka jadilah disana saya bernyanyi, bisa dibilang berbisik karena volumenya sangat kecil.

Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, Happy birthday… to you!”
Ia bertepuk tangan, tersenyum gembira.

Make a wish dulu!” saya mengingatkan.
Ia mengangguk. Namun bukannya memejamkan mata, ia malah memegang tangan saya dan meletakannya di dada.

“Doaku masih tetap sama seperti dulu. Aku ingin bersamamu selalu, berbahagia di desa kecil ini, dengan anak-anak kita yang nanti akan lahir, menjadi petani sayur. Nenekmu dan Kakekku berdamai setelah orang tua kita meninggal karena keteledoran Ayahku saat mengemudikan mobil, dan… cukup, itu saja!”

Saya terharu, serasa tidak mengingat konflik antara keluarga kami. Seperti kisah Romeo dan Juliet yang kami baca di perpustakaan, tetap bisa bersatu walau kedua keluarga tidak mengijinkan, kami ingin seperti mereka sedari hidup sampai mati.
Sayup angin dan kicauan burung serasa menjawab doanya, membuat kami mengingat lelehan lilin di bawah tangan kami.

“Cepat tiup lilinnya, sebelum doanya kadaluwarsa!”

Giliran dia yang terkikik.

Saya mengikuti dia yang bersiap meniup lilin dengan senandung wajib, tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang.. juga…

Huss…

Nyatanya lilin mati sebelum ia sempat menghembuskan napas, angin terlebih dahulu merubah nyala api menjadi gas tak terlihat, dan asapnya menyembur ke wajahnya, membuatnya terbatuk.

Kami mengikik, tertawa.

Lalu hujan turun, tanpa isyarat gelegar atau petir. Tiba-tiba saja turun, seperti balita umur satu tahun yang kencing tanpa bisa berkata apa-apa. Dan kue kami basah, benyek dan hancur.

“Ayo pergi!” ujarnya sambil menarik tangan saya.

“Tapi kuenya…”

“Sudahlah, yang penting kita sudah merayakannya,” cegahnya, sambil meraih tas dan tangan saya, lalu menarik saya turun dari bongkahan batu menuju rumput.

Ia meloncat terlebih dahulu, lalu saya. Kami berlari di bawah hujan, tanpa sadar ia menginjak bagian tanah yang amblas dan benyek. Kaki kanannya masuk lubang sebatas lutut, sambil memekik kesakitan.

Saya panik, kaget melihatnya meringis.

“Ada apa?”

Ia menggeleng. “Bantu aku menarik kakiku!”

Saya membantunya, agak susah karena sepatunya tertarik lumpur. Ia menggoyangkan kakinya, ke kanan dan ke kiri, berharap bisa mengacaukan gaya tarik lumpur, lalu tarikan saya di pangkal pahanya, dan usahanya dia, akhirnya kakinya berhasil tercabut di bawah siraman hujan.

Kami tertawa, karena sepatunya tertinggal. Ia menjulurkan tangan ke dalam lubang, berusaha menjangkau sepatunya. Sesaat wajahnya menegang, membuat saya panik. Ia memucat, bergerak-gerak seperti sedang menahan sesuatu, saya takut, tapi kemudian badanya tegak dan sesuatu tertarik dari lubang. Sepatunya, dan sesuatu panjang seperti tali yang ikut naik bersama sepatu.

Woaa…

Ia melempar sepatunya, sesuatu seperti tali itu, yang ternyata hidup langsung menjauh dari sepatu, melata. Seekor ular kecil.

“Kamu tidak apa-apa?”

Ia menggeleng sambil memungut sepatu. “Hanya kaget. Ayo pergi!” ajaknya sambil melingkarkan tangan di bahu saya, tertawa geli karena acara ulang tahun yang terganggu.

Saya tertawa, bahagia.

*****

Saya bangun lalu menjauh dari air. Kaki saya menginjak rumput hijau yang segar di musim penghujan ini. Setelah mengambil sebuah kotak kecil yang tadi saya tinggalkan, saya menyusuri tepian danau itu sambil tetap mengenang memori-memori lama yang indah itu. Hingga akhirnya saya tiba di lubang tempat kakinya terperosok itu. Rasa nyeri serasa menghujam di jantung, namun entah mengapa saya malah berjongkok disana dan menyibak rumput yang menutupi lubang itu. Ternyata lubang itu masih sama dalamnya dengan dulu.

Saya ingat dia lagi....

Hampir sepuluh menit disana, saya berdiri sambil menatap kotak yang saya bawa. Dia pasti senang saya datang, membawa kue tart yang dulu sempat benyek sewaktu ulang tahunnya.

Saya berjalan melewati lubang itu, sesaat mengarah ke dua bongkah batu besar tempat kue kami hancur dulu. Tapi langkah saya membelok, menelusuri sisian danau sampai ke area yang dipagari batu dan tempat kenangan banyak orang terpendam.

Saya melewatinya, mencari tempat terlapang di pinggir sebuah gundukan yang ditumbuhi rumput banyak, dan duduk. Ia sudah berada disana, saya yakin. Kue sudah saya letakan di atas rumput, kardus dibuka hingga permukaannya yang kini bertuliskan cairan manis berwarna merah mengkilat tertimpa matahari. Lengkap sudah, dengan lilin dan korek di tangan. Semuanya siap, hanya tinggal menyalakan lilin.

Denting sesuatu di atas permukaan danau membuat saya menoleh. Titik air berjatuhan dari langit, seperti hari itu. Hujan gerimis kecil, seakan meramaikan suasana.
Saya menyalakan lilin, memandangi tulisan di atas kue.

Selamat ulang tahun ke 23
Ren


Saya tersenyum. Mulai menyanyi sementara langit makin menangis.

Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, Happy birthday… to you

Happy birthday, Ren. Sekarang ayo, tiup lilin!”

Saya menoleh ke arah kanan, Ren tersenyum lewat batu nisannya. Bersiap meniup lilin. Tapi saya yang menggantikannya berharap, berharap gigitan ular itu tidak begitu menyakitkannya di surga sana, seperti bisa yang membuat matanya tertutup selamanya.

Huss…

Kali ini saya mendahului angin meniup lilin. Nyala api padam, berubah menjadi asap. Tapi Ren tidak pernah padam di hati saya.

“Selamat ulang tahun, Ren!”
****

Tamat
3 Desember 2008

N.b Hepy besday from someone out there, who had created me ^ ^




Kamis, 27 Agustus 2009

08.37.00

Don't Look Under The Bed

Itu adalah judul film jadul tahun 99-an. Aku lupa kapan nontonnya, sama lupanya dengan jalan ceritanya bagaimana. Namun yang jelas kolong tempat tidur menjadi tempat yang menakutkan bagiku saat kecil. Bayanganku bukan pada kepulan asap atau Boogey menakutkan, tapi pada sepasang mata merah yang tiba-tiba saja muncul saat aku melongok ke bawah tempat tidur yang gelap. Mengerikan....

Tapi kalau sekarang, ungkapan dont look under the bed bisa jadi beneran kalau diterapin di kamar kost-kostanku yang kecil hanya berukuran 3x4 meter. Jika artis-artis banyak yang diperiksa paksa isi tasnya sama infotainment, maka kalau aku, dipaksa memeriksa isi kolong tempat tidurku sendiri.

Kejadiannya berawal dari dua hari lalu. Sebelum berangkat kerja, waktu nyapu iseng aku melongok ke kolong dekat tumpukan buku. Aih aih aih... kok bando putihnya numplek disana?

pantesan, aku cari kemana-mana itu bando. Dan eh, itu bando juga bukan milikku. Kutemukan di tempat ia ditemukan saat ini (baca:kolong). Oala, jadi selama itu bando ngumpet di kolong toh. Iseng nambah, sudah lama aku tidak memeriksa kolong tempat tidur. Sudah rapi, cantik, harum, manis, aku akhirnya mindahin dipan untuk melihat keadaan kolongku. Dan jahh... bener deh, dont look under my bed, berbagai barang ajaib numplek disana.

1. Kuitansi pembayaran kost bulan maret 2008, tergeletak disana dengan indahnya. Masih bagus pula, ga kotor ga lecek dan huaa... masih dengan tarif lama. Berarti bisa jadi tempat arsip utang nih.
2. Penghapus.
3. Jam dinding
4. Karet-karet gelang bekas bungkus nasi.
5. Jepit rambut (ini disini toh, kukira dipinjam sama para Borrower yang tinggal di bawah lantai kamarku)
6. tali rapia
7. Kardus-kardus bungkus tipi sama lemari (maklum ga ada gudang)
8. Botol Handbody yang telah abis
9. D E B U

dan terakhir yang pastinya adalah KE COAMySpaceIni binatang sudah ada sejak aku belum aku ngetem di kamar ini, jadi karena lebih junior aku menghormati beliau dengan tidak mengusirnya. Nampaknya sang KE COA juga tahu diri karena dari dulu dia cuman membesar, ga membiak seperti semut-semut yang tiap pagi ngerubungi rice cookerku. Dan kami bertetangga akrab, buktinya tiap pagi kalau benerin seprai kita selalu bertemu.



Don't Look Under The Bed, Ada Kecoak Lagi Nungging


Hii... yah ajaib memang kolong tempat tidurku. Beralihfungsi jadi macam-macam, syukur ga jadi toilet juga. Nah, bagi yang baca postingan ini dan langsung teringat KE COA yang juga ada di kolongnya, aku saranin, marilah kita bertetangga dengan akrab.

N.b ada cara nyepam baru nih di blogku, aneh dan... ntahlah siapa yang memulai. spamnya bukan dengan dua kata tiga kata, tapi dengan emo berderet dan bikin kapala nguengngueng lihatnya. Ouh.... tapi tak apalah,aku seneng seneng aja sih. dan ah, postingan ga mutu ini disupport sama gambar dari gambar dari http://tintedglasses.files.wordpress.com/ *lagi ngirit link eksternal*

MySpaceMySpaceMySpaceMySpace



Selasa, 25 Agustus 2009

09.27.00

Blogger Matre Kena Batunya

Yang mau ketawa, silahkanlah ketawa, sebelum ketawa diundang-undangkan. Huwaaaa

MySpaceMySpaceMySpace

Kemarin karena kehabisan tenaga, aku jadi bingung mau ngerjain apa. Magabut bosan sudah, instal game dari teh tika ternyata VGA komputer ga support jadi gambarnya hancur. Kepala juga pusing, walau uda minum kopi tapi tetap saja puyeng.

Alhasil, aku iseng ngecek PR blog yang Alhzeta dan Recycle Bin. Wuakakak tentunya hasilnya N/A, ga heran. Dua blog kurus kering dan sakit-sakitan, yang satu baru lahir dan udah dijejalin google Adsense, mana mereka bisa naik kelas. Ga heran....

Iseng nambah, aku cek PR blog yang ini. Maunya sedikit memuaskan diri dengan PR N/A tadi dengan melihat angka 3/10 untuk blog yang ini, tapi... WHAT??



MySpaceMySpaceMySpaceMySpace

Kok PRnya ikut ikutan N/A? MySpace

Yah, akhirnya kena batunya. Matre sih, kebanyakan paid riview tuh blog, mati lu sekarang, kata mbah gugel dengan sewenang-wenangnya. yah, bagaimana lagi, nasib-nasib, begitulah resiko jadi matre. Maunya dapat duit, eh belum seberapa PR udah jeblok. Jeblok atau gimana sih? ga tau.

Lalu ngapain chi kamu selanjutnya?
Langkah pertama adalah, cemberut. Lalu kemudian merajuk dan akhirnya menangis sampai galon aqua penuh (lebay.mode.on). dan selanjutnya apa???

I duno dah, yang begini aku ga tahu. Yang jelas sekarang maaf, komengan jadi no follow dulu setelah kemarin sempat tak pasang do follow. Tapi entah tutorialnya yang bego atau aku yang bego, ubah HTML malah jadi kaco, link komentator malah ga bisa di klik. So What Chi???? mosok bisa bongkar aja, pasang ga bisa??

Nah, ntu dah manfaat back up. Sekali lagi back up itu PENTING, cadangan itu PENTING (tapi kalau jadi kita yang jadi cadangan, PENTING ga?) Beruntung dulu aku sempat ekspor ini blog dan kemudian mengimpornya ke url yang baru, jadi aku cuman buka html blog yang ntu, dicocokan dan taraa... url komengan udah bisa direct ke blog yang bersangkutan.

Yah... tapi tetap saja, back to the fact, PRmu sekarang Not Available Chi! Mau diapain tuh???? Merana banget dakuh nih haaa MySpace




Senin, 24 Agustus 2009

08.58.00

When Ryan Owed In Aunt Ida's Shop

Ryan entered the house’s gate. He took a snack and eaten it fastly while his eyes looked worry into house. He didn’t want mother know if he had a snack, because his mother would be angry.

But poor Ryan, mother was drying clothes in yard. She looked Ryan eat something and she asked.

“Ryan, where do you get the snack?” mother asked.
“I buy it in Aunt Ida’s Shop, Mom!”
“Buy? You don’t have a money, Child!”
“Yeah…Dad will pay it, Mom!”
“You owe in Aunt Ida’s Shop?”

Ryan nodded his head. His mother would be angry, but she canceled it. She talked it with her husband when Ryan had slept.

“Dad, do you know if Ryan often owe in Aunt Ida’s shop?” she asked. She surprised when his husband nodded. “You know if Ryan owe, but you never tell me, why?”

Ryan’s father just smiled. “Yeah, I think it’s not a seriously problem. Ryan don’t owe too much, just two thousand until five. Aunt Ida tell me if Ryan have taken something, and I pay it.”

Ryan’s mother shaked her head. She was angry. “I don’t agree with you, Dad. You know, it’s mean that you make Ryan think if owe is right. Maybe now he just owe a thousand, but how about a year? Five years later? Or if he become adult? I don’t want it, Dad!”

Ryan’s father thought for a minutes, and his wive was right. “Yeah, I’m sorry. I will talk to him.”

Someday later, Ryan came home with a snack again. His father asked him. “Ryan, where do you get the snack?”


“I Buy it in Aunt Ida’s shop, Dad!”

“You owe it again?”

Ryan nodded. “Yes, Dad!”

“You can’t owe again, Ryan. That’s not good!”

But Ryan shaked his head. “Don’t worry, Dad. Mom’s Nini have much money to pay it!”

Ryan’s father dan mother couldn’t say something. They looked each other, asked for a solution while Ryan entered his room. They knew one thing, Ryan wouldn’t ever change if only by an adivice. They had to do something and next day, they talked to Aunt Ida.


Someday later, Ryan owed again. He took a candy and when he left shop, Aunt Ida stoped him.

“Ryan, when you will pay your debt?”

“My Dad have payed it, Aunt!”

Aunt Ida shaked her head. “Oh, no, Ryan. You buy it, you eat it, you pay it. Not your mother, not your father. Just you!”

“But, Aunt Ida, I…”

Aunt Ida interrupted. “You have to pay, you can't just escape from this!”
Ryan afraid. Aunt Ida looked so angry. She opened wide her eyes. Ryan started to cry.

“But, I don’t have money, Aunt Ida. I will ask to my mother,” Ryan screamed.

“Oh, no! That’s not your money. That’s your mother’s money.”

“But aunt, I don’t have money…” Ryan cried.

Aunt Ida nodded. “Okay, you don’t have money. You can pay it with work in my shop!”
At least, Ryan didn’t have a choice. He worked in Aunt Ida’s shop. He cleaned the floor and windows while his tear droped down in cheek. He put the goods in shop table, took a snack which was bought by someone.

Aunt Ida let him left on 5 PM. Ryan was very tired. He ran home and cried.

“Mom, I don’t want to broom Aunt Ida’s floor again. I don’t owe again!” he screamed.
Ryan’s mother and father just smiled, they hug Ryan togheter. And right, Ryan never owed anymore.

*****

11April 2009
*Uji coba bikin cerpen bahasa inggris, klo ada salah gramar jangan diketawain*

Jumat, 21 Agustus 2009

16.07.00

Accomodation For Your Comfort Holiday

Accommodation is the important thing if we like travelling, especially for those of you who are on holiday. Comfort is a one of the factors that make your vacation fun, and it can be gotten from a trusted accommodation.

So, how to get a comfortable accommodation? Besides choosing the best accommodation provider, travelling destination can also be a factor of your great vacation. As an example, if you want to go to Myrtle Beach, so you can find many Myrtle Beach Resorts that can make you feel like home.

Myrtle Beach Accomodations not provide only a comfortable resort, also an affordable transportation, sports facilities and swimming pool, restaurant, cafe, and also other facilities that can be used by visitors. Natural beauty of the sunset and rarely can be found in other regions to be the interesting things that can be found in Myrtle Beach.

But once again, the accommodation must be noticed on your vacation time. Even though you got a very beautiful place to go, but if your accommodation does not support, comfort be the main problem because it affects your health. Do not feel a holiday if your body is stiff because sleeping unwell or tired because of running away to reach the hotel where you stay. So first you must find a good accommodation, new attractions, and for that, Myrtle Beach with gorgeous view and the Myrtle Beach Resort will be a good choice.



11.21.00

Taylor Swift - Breathe

And we know it's never simple,Never easy. Never a clean break, noone here to save me. You're the only thing I know like the back of my hand, And I can't,
Breathe, Without you,
But I have to, Breathe,
Without you, But I have to.


Postingan nyambung nih keknya sama yang terdahulu, Gadis di tepi danau, ada yang sedang merasa kehilangan hingga membuatmu tidak bisa bernapas? halah halah, kek kehilangan oksigen saja.

Dari album Fearless yang rilis pada tanggal 11 November 2008, Breathe merupakan salah satu lagu dari 13 lagu, termasuk love story yang menjadi top hits. Tylor Swift sendiri memulai karier bermusik di tahun 2006 dengan meluncurkan sebuah lagu berjudul Tim McGraw.


Bernama lengkap Taylor Alison Swift, lahir tanggal 13 Desember 1989 di salah satu kota di Pennsylvania. Pada umur sebelas tahun, Taylor Swift membuat demo dari rekaman lagu karaokenya sendiri dan mendistribusikannya pada setiap label rekaman yang ada di kotanya namun sayangnya ditolak. Lalu ia mulai menulis lagu dan memainkan gitar saat umur 12. Pada umur 15 tahun, dia pernah menolak sebuah label rekaman karena dilarang menyanyikan lagunya sendiir, sampai akhirnya Big Machine Records, label tempatnya bernaung menemukannya saat nyanyi di Nashville's songwriters' venue. Setelah single pertamanya, Taylor Swift mengeluarkan debut album pertama yang ditulis olehnya sendiri pada Oktober 2006.

Pada pertengahan januari 2009, dia menjadi artis yang paling banyak di download lagunya yaitu 2 juta download untuk 3 lagu yang berbeda. Lalu Akhir Februari 2009, lagunya yang berjudul Love Story menjadi lagu country yang banyak didownload dan juga jadi lagu country pertama yang masuk urutan teratas Mainstream Top 40 chart.



Yah, dia memang sukses besar dengan album keduanya ini. Sudah cantik, suskes kaya pula. Siapa sih yang ga mau jadi kek dia. Ckk ckk ckk... tapi lagu dia emang keren-keren sih. Selain Love Story, aku paling suka sama Breathe. Lagunya yang slow ditambah petikan gitar yang merdu, bisa bikin yang lagi sedih jadi pada mewek. hiii



Ini dia lirik yang bikin, Huwaaaaa....

Taylor Swift - Breathe Lyrics

I see your face in my mind as I drive away,
Cause none of us thought it was gonna end that way.
People are people,
And sometimes we change our minds.
But it's killing me to see you go after all this time.

Mmm mmm mmm
Mmm mmm mmm mmm mmm
Mmm mmm mmm
Mmm mmm mmm mmm mmm

Music starts playin' like the end of a sad movie,
It's the kinda ending you don't really wanna see.
Cause it's tragedy and it'll only bring you down,
Now I don't know what to be without you around.

And we know it's never simple,
Never easy.
Never a clean break, noone here to save me.
You're the only thing I know like the back of my hand,
And I can't,
Breathe,
Without you,
But I have to,
Breathe,
Without you,
But I have to.

Never wanted this, never wanna see you hurt.
Every little bump in the road I tried to swerve.
But people are people,
And sometimes it doesn't work out,
Nothing we say is gonna save us from the fall out.

And we know it's never simple,
Never easy.
Never a clean break, no one here to save me.
You're the only thing I know like the back of my hand,
And I can't,
Breathe,
Without you,
But I have to,
Breathe,
Without you,
But I have to.

It's two a.m.
Feelin' like I just lost a friend.
Hope you know it's not easy,
Easy for me.
It's two a.m.
Feelin' like I just lost a friend.
Hope you know this ain't easy,
Easy for me.

And we know it's never simple,
Never easy.
Never a clean break, noone here to save me.

Ohhh

I can't,
Breathe,
Without you,
But I have to,
Breathe,
Without you,
But I have to.

Sorry (oh) Sorry (mmm)
Sorry (eh eh) Sorry (mmm)
Sorry (eh eh) Sorry (mmm)
Sorry


Yang suka, silahkan di dunlud di tempatnya dunlud, hii



btw, hari ini alexaku akhirnya tembus kepala 2, setelah beberapa minggu bergulat di angka 300an, semoga ga melorot lgi (disini si masi 300, tpi di alexa.com udah 298, kok bisa beda ya widget sama di webnya?). dan eh... ada ewod dari Mbak suka gigit nih, thanks ya sis... hiii

(Diambil dari banyak sumber)


Kamis, 20 Agustus 2009

16.53.00

Repair Your Bad Credit With DSI Solutions

When the needs increase and finances dwindle, there are no other options for people but indebting. Shop with credit cards, loan to bank, and home or new car credit, everything will not be a problem if we can limit ourselves and discipline in pay, but many people even fall with a bad credit and high interest loans.

One of my friends has a bad experience about it. She has a lot of credit card debt, when the bill came she was just sorry and could only reduce his shopping will. It is not enough; she must reset the financial services and credit repair.

Nowadays there are credit repair companies that provide credit repair services. DSI Solutions is one solution. It is a professional company that will help you to improve your credit. They understand how, during the 8 years of experience make them expert and they assurance to give 50 dollars if the costumer got nothing and wasting time only with this company.

Many people are satisfied with their service and recommended to their friends. So, much money can be saved and not just to pay for the cost of interest rates. If you are such a my friend, start spending 10 Minutes and one day you will realize that your lifesaver was on a website.

About