Tampilkan postingan dengan label Percikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Percikan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Maret 2010

15.34.00

Berbatas

Hmm... tidak ada yang tanpa batas di dunia ini, mungkin ada, tetapi hal-hal real yang kita lakukan di dunia selalu berbatas. Kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, kegembiraan dan tak lepas keasyikan.

Hidup itu penuh dinamika, kadang naik kadang turun. Tidak bisa ditebak, tidak seperti kebanyakan sinetron cinta yang kadang dari awal nonton sudah tahu si A akan sama si B, atau seperti film yang sudah pernah kita tonton berkali-kali dan kita tahu kalau sehabis si C meninggal maka si D akan begini.

Istilah kerennya, kita tidak akan bisa menebak hari esok seperti apa. Karena ilmu ramalan itu tidak akan pernah selalu tepat. Seperti kata Clara, kita tidak bisa mengintip diary Tuhan, karena kita tidak punya kewenangan untuk itu.

Hanya untuk berkeluh kesah, bahwa apa yang selama ini aku banggakan dari dunia blogger, sekarang sudah mulai surut.

Ada yang gugur ada yang lahir
Ada yang pergi ada yang datang
Ada yang pensiun, ada yang mulai merintis
Sebuah hal akan selalu berdaur ulang, selalu refresh dengan anggota ataupun penghuni baru.
Menjadi tergantung itu resiko
Beredar ada, tidak beredar terlupakan

Lelah mengejar ramah tamah
waktunya untuk melihat di kejauhan,
sesekali singgah untuk kemudian menunggu....
Menunggu waktu menyusul yang lain.

Hahaha....



Sabtu, 19 Desember 2009

09.00.00

Tentang Para Laron

Malam ini udara sedikit dingin karena sudah memasuki musim penghujan. Semenjak membatalkan janji untuk mampir di rumah seorang teman, saya memutuskan untuk diam di rumah, sambil menulisi laptop pinjaman ini dengan segudang personifikasi yang mendesak ingin keluar

Hujan yang mulai turun rupanya mengakhiri siklus para laron di dalam tanah. Seperti kemarin sewaktu dalam perjalanan, jalanan gelap karena pemadaman bergilir hingga satu-satunya penerangan yang ada hanyalah sorot lampu kendaraan.

Para laron yang malang tidak mengenal itu lampu apa, berasal darimana, insting mereka sebagai makhluk sederhana hanya mencari cahaya. Malang mereka, malam itu Tuhan hanya mengirimkan cahaya kendaraan itu saja, sehingga berbondong-bondong mereka terbang menuju cahaya dan memenuhi jalan.



Tetapi apa yang mereka dapat, cahaya hanya sesaat karena para pengemudi tidak akan berbelas kasihan untuk menghentikan kendaraannya barang sejenak agar para laron bisa mendapatkan cahayanya. Satu kendaraan lewat, belasan atau mungkin puluhan anak laron terlindas. Sayap-sayap cokelat mereka beterbangan, lalu terhempas kesana-kemari oleh angin yang menderu akibat laju kendaraan.

Apakah untuk itu mereka lahir ke dunia?

Apakah mereka lahir sia-sia, hanya untuk dilindas dan dijadikan bahan tulisan oleh orang iseng macam saya yang terheran-heran melihat begitu banyaknya mereka dijalanan kemarin?

Rupanya lindasan kendaraan mereka kemarin tidak mengurangi populasi mereka. Kamar saya barusan dipenuhi oleh mereka. Sebagai manusia yang egois, saya mematikan lampu agar mereka keluar. Namun beberapa dari mereka tertarik pada cahaya televisi yang sedang menyala. Mereka disana, entah bagaimana kejadiannya, sayap-sayap mereka rontok hingga hanya tinggal badan hampir sekecil semut. Mereka merayap-rayap di lantai.

Akan jadi apa mereka selanjutnya?

Seberapa lama mereka akan bertahan dengan tubuh rentan itu di alam yang buas ini?
Apakah untuk itu mereka dikirim ke atas?

Cukup mempertanyakan itu karena belum lama tadi, ketika salah satu anak laron itu merayap didepan televise dengan sisa sayap yang menempel, seekor cicak pelan-pelan muncul dari bawah televise dan sekali gerakan menangkap laron yang hidupnya sangat singkat itu di dunia. Betapa malangnya.

Ah, apakah masih mereka bisa saya sebut makhluk malang?

Ada sebuah cerita di kitab Itihasa milik kami. Kalau saya tidak salah ingat, ada sekelompok dewa bersaudara yang melakukan kesalahan hingga harus dihukum dengan dilahirkan menjadi manusia. Merekalah anak Sang Wasudewa, kakak-kakak sang Sri Krisna, yang kemudian dikembalikan lagi ke surga oleh paman mereka yang jahat setelah beberapa jam dilahirkan sebagai manusia. Walau hanya sekejap namun mereka nyatanya menangis saat terlahir sebagai manusia. Dan tangis itu pula yang menjadi penebusan dosa mereka hingga akhirnya bisa kembali menjadi dewa.

Mengingat hal itu, lalu apakah masih bisa saya sebut kalau laron berhidup singkat itu sebagai makhluk yang malang?



Denpasar, 18 desember 2009 jam 9.00 PM

About