Tampilkan postingan dengan label Bali is my home. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bali is my home. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Mei 2014

08.13.00

Bali dalam Sebuah Video

Selama ini, Bali yang saya kenal sangatlah krodit dan krodit. Mungkin karena kejenuhan beraktivitas, sehingga selalu saya menilai bahwa Bali itu adalah sebatas itu saja, bekerja, aktivitas, macet dan ramai. Saya lupa menilai bahwa setidaknya ada sisi yang lain sehingga banyak orang yang rela menghabiskan uangnya untuk bisa sekedar mampir ke pulau ini selama beberapa malam.


Pagi ini saya lihat sebuah video. Isinya sih tidak jauh dari kebiasaan dan pemandangan umum yang sudah biasa saya lihat dan alami. Mungkin disana titik pointnya mengapa pemandangan itu terlihat biasa bagi saya, tidak berkesan dan juga lumrah, karena saya sudah terlalu sering melihatnya.

Tetapi pagi-pagi, ketika melihat video ini saya takjub. Sama takjubnya dengan melihat poto-poto tentang negeri-negeri asing yang indah dan menarik minat. Iya, intinya disana. Kadang kita begitu penasaran terhadap sesuatu, sehingga ketika melihatnya hanya sekali, kita jadi ketagihan lagi dan lagi. Namun kalau sudah bisa melihatnya setiap hari, maka sesuatu itu menjadi tidak begitu menarik lagi.

Ah, begitu besar peran sebuah kata dalam mengarahkan pandangan kita pada sesuatu, sebuah kata simple yang disebut PENASARAN.

bagi yang mau lihat, ini dia videonya.





diambil dari Vimeo.

Baca juga: Cara Menghilangkan Noda Coklat di Baju danPeralatan Berbahan Kain Lain

 

Senin, 20 Januari 2014

12.13.00

Melewati Jalan Tol Bali

Bali memang punya jalan tol sekarang, lalu apakah itu patut dibanggakan? Heeh. saya termasuk orang yang bisa lewat tol setiap hari karena jalur kerja memang menuju rute tol. Tapi saya baru tiga kali naik tol semenjak diresmikan September tahun lalu. Pertama waktu gratisan, kedua dan ketiga saat terburu-buru.

Tol seperti menjadi alternatif kedua bagi saya, dan mungkin juga bagi pengemudi-pengemudi yang lain. Harusnya seperti di luar Bali, orang lebih sering lewat tol dibanding jalan umum. Namun mungkin perkecualian untuk Tol bali.

Seperti yang banyak dilansir media, tol bali merupakan salah satu tol terindah. Lokasinya yang ada di atas perairan memang menjanjikan pemandangan yang indah sepanjang jalan. Memang, hari paling baik melewati tol adalah siang hari. Pengguna bisa melihat hutan mangrove di salah satu sisi jalan dan kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Benoa di sisi yang berlawanan. Jika beruntung, mungkin bisa melihat pesawat yang mendarat di sekitar bandara.

Hanya saja, untuk masuk ke tol itu, bayaranya tidak sedikit. Sepeda motor saja kena 4.000 rupiah sementara mobil standar kena 10.000. Saya tidak tahu sih itu kemahalan atau tidak, yang jelas banyak yang bilang bahwa harga segitu termasuk mahal jika dibandingkan dengan harga masuk tol di luar Bali.

Yah, mungkin tol di bali ini plus jasa melihat pemandangan indah ya, jadi mahal. Hanya saja, dengan tarif segitu, menciutkan minat pengendara. Jangankan mobil pribadi, mobil travel dan bus wisata lebih memilih menggunakan jalur biasa dibandingkan lewat tol.

Saya belum menemukan data resmi soal hasil pemasukan tiket tol ini sih, namun banyak yang mengatakan dan melansir bahwa tol bali ini menjadi tol terindah, termahal sekaligus tersepi di Indonesia. Yak, selamat!






Jumat, 09 Agustus 2013

16.39.00

Tinggal di Bali, Bagaimana?

Bagi beberapa orang, tinggal di Bali tentu terasa menyenangkan. Liburan tiap hari, lihat pemandangan bagus, jalan-jalan, bisa ke pantai gratis, lihat sawah, makan-makanan enak dan banyak lagi. But, tunggu dulu. Bagi kalian yang membayangkan bahwa Bali seperti layaknya surga, baiknya mikir-mikir deh. Memang Bali punya banyak sekali kelebihan, pemandangan bagus, budaya yang unik, tempat-tempat wisata menarik dan juga tempat hiburan yang melimpah, namun dibalik itu semua ada sebuah harga yang harus dibayar.

Pemandangan bagus tentu bisa dilihat secara gratis. Begitu juga budaya unik dan tempat wisata menariknya, namun jangan pikir semuanya seratus persen gratis ya. Bali adalah pulau yang sangat mahal untuk dinikmati, tidak hanya dari segi uang namun juga waktu.

Saya seumur hidup tinggal di Bali, menjalani cepatnya harga-harga melambung naik berkat pariwisata. Sementara pendapatan naiknya tidak sebanding. Nah, tentu tahu kan bagaimana jadinya?

Selain mengingat tingginya biaya hidup, Bali juga dikenal dengan macetnya. Tidak hanya di ibu kota provinsi, namun sudah menjalar ke daerah-daerah terutama di kawasan pariwisata pedesaan. Bukan daerah wisatanya yang seringkali membuat macet, namun deretan rumah makan atau restoran serta toko-toko wisata yang ada di sekitarnya. Tentu ga enak dong, macet-macetan sambil lihat orang makan sementara perut kita lapar?
Selain itu, yang tidak enaknya di Bali adalah ramai dan sumpeknya. Polusi bukan hal yang susah ditemui, terutama di wilayah Bali selatan. Memang desa-desa wisata tertentu menawarkan udara segar dan bebas polusi, namun untuk tinggal disana memangnya tidak butuh duit? Harga penginapannya saja semalam sudah ratusan ribu, kalau tidak punya uang lebih, tentu udara segar hanya bisa dinikmati maksimal 24 jam.

Ramai, sudah pasti! Ini ada hubungannya dengan macet dan polusi. Kepadatan penduduk bertambah karena banyak orang tergiur dengan Bali yang indah dan konon katanya banyak duit. Saya merasa sangat pusing ketika melewati daerah Monang-Maning. Sumpeknya. Rumah-rumah berderet tanpa jeda, jalanan kecil namun ramai dilewati kendaraan, bengkel motor berserakan di tepi jalan sambil menyumbangkan deru kendaraan yang sedang diservis. Belum lagi dagang-dagang DVD di tepi jalan saat malam yang memasang music keras-keras. Pokoknya, hmmm.. enggak banget.

Nah, bagi yang mau tinggal di Bali, coba deh dipikir lagi. bisa pakai test drive beberapa minggu (kek motor aja). Untung kalau daerah yang dipilih Denpasar ke timur, masih sedikit lebih ‘sepi’.
Kalau saya sendiri sih, karena udah ga bisa kemana-mana sih. Jadinya, walau Bali kian tahun kian suram, tetap memilih tinggal disini. Kalau urusan rasa cinta, ya, karena tidak pernah ada pembanding, ya Bali tetap nomer satu. Bali is my home.

About